Ultah Jepara ke-476 dan Ey. Sosrokartono ke-148

Warga Jepara hari ini bisa merayakan 2 ultah akbar sekaligus, yaitu ultah Jepara ke-476 dan Ey. Sosrokartono ke-148. Namun memang harus diakui bahwa ultah yang kedua dirayakan oleh sangat sedikit warganya karena tidak tahu atau tidak ada teman wiyosan.



Memang jarang yang notice dan itu bukanlah hal yang perlu disayangkan atau diperdebatkan. Disklaimer, saya tidak ikut perayaan apapun dan merayakannya dengan tulisan ini saja. Maklum, emak pingitan. Sudah lama saya sangat-sangat jarang keluar kandang sejak punya anak kecil. Setidaknya sudah 6 tahun saya memingit diri namun mengembangkan cakrawala ilmu.

Tak berpanjang kata, yuk sobat Susindra, kita rayakan dengan tulisan dan ucapan di sini.


Hari Jadi Jepara ke-476

Jepara termasuk kota tua, karena berusia 476 tahun. Ini pun kalau kita mengambil hari jadi Kerajaan Iapara atau kita kadang membacanya Kerajaan Kalinyamat. Mengenai ejaan lama Iapara, saya mengacu pada bendera kerajaan. 

Pada perjalanannya memang ada yang menulis Japara (dibaca Yapara). Beberapa naskah zaman kolonial menulis Djapara. 

Pada tahun 1950an, dengan alasan penyamaan ejaan, Japara menjadi Jepara. Sama seperti Samarang menjadi Semarang, Damak menjadi Demak. Bisa baca penjelasan saya di artikel lawas Japara atau Jepara, sih?

ratu kalinyamat di kirab buka luwur 2025


Usia Jepara seharusnya lebih tua dari itu jika mengacu pada buku sejarah Tome Pires. Namun karena tidak berangka, maka disepakati pada Hari Penobatan Ratu Kalinyamat tanggal 10 April 1549. Kita terpaksa mengabaikan kepemimpinan Pati Unus (dan ayahnya) yang dikisahkan membuka Jepara pertama kali sebagai daerah perdagangan dan menjadi bagian dari Kerajaan Demak.

Menurut rangkuman dari berbagai sumber baik babad maupun buku akademik tentang sejarah Ratu Kalinyamat, bisa dikisahkan secara singkat sebagai berikut: 

Suksesi Kerajaan Demak pasca meninggalnya Sultan Trenggono membuat Putri Retna Kencana kehilangan suaminya, Pangeran Kalinyamat (mengacu pada daerah tinggal). Mengenai nama pangeran ini, ada 3 versi yang akan panjang kalau diceritakan.
Setelah pembunuh suaminya meninggal, Jepara menjadi kerajaan mandiri dan Putri Retna Kencana menjadi Ratu Kalinyamat. Dengan candra sengkala Trus Karya Tataning Bumi, kerajaan ini di bawah kepemimpinan beliau,  menjadi negara yang kaya raya dan sangat disegani. Orang Portugis menjulukinya Rainha de Japara Senhora paderosa e rica 
Ratu ini punya sumber kuat dana, kemiliteran dan networking sehingga berani 2x menyerang Portugis di Malaka. Inilah yang menjadikan beliau dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional tahun 2023 lalu oleh Presiden Jokowi.

Bisa juga baca artikel saya tentang Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional agar makin paham.

Salah satu yang khas dan tak boleh hilang adalah Kirab Buka Luwur (9 April) dan sudah pasti ada "Ratu Kalinyamat" muda sebagai visualisasi beliau. Rutenya ajek, dari Pendopo Kabupaten Jepara sampai Makam (dan Masjid) Mantingan. Acaranya bermula jam 14.00 WIB sampai jam 17.30 WIB.


kijing makam ratu kalinyamat


Karena stok foto kirab saya terlalu tua, saya pinjam sana-sini fotonya beserta sumber fotonya, ya. Semoga tahun depan sudah tidak mager dan semangat ngonten. Btw ada yang sadar ga sih kalau medsos saya sudah vakum lebih dari setahun? Hehehe


Ultah Eyang Sosrokartono

Bukan karena ada hubungan kerabat saya pakai sapaan eyang, melainkan karena sedang mode khidmat. Siapa yang tak kenal beliau? Atau kalau diganti siapa yang tahu hari kelahiran beliau?

Tepat 10 April 148 tahun lalu beliau lahir di Kawedanan Mayong Jepara dari rahim seorang perempuan hebat bernama Mas Ajeng Ngasirah. Gelar Mas Ajeng didapatkan karena beliau menikah dengan seorang raden mas. 

Sosrokartono


Aslinya beliau dari putri dari keluarga santri. Pada masa itu yang bukan berdarah biru dikatakan wong cilik, sehingga kisah beliau sering digambarkan sebagai ART di rumah sendiri. Oh, betapa saya sering berusaha meluruskan data sejarah ini, salah satunya di artikel saya Kisah Ngasirah Tak Sesedih yang Digambarkan.

Saat lahir, nama beliau adalah Raden Mas Kartono. Kita mengenalnya sebagai R.M.P. Sosrokartono sebagai gelar. Zaman dahulu keluarga bangsawan memang punya nama lahir dan nama dewasa (gelar sesuai pangkat).

Buku tentang Sosrokartono


Ada banyak literatur yang menyatakan beliau poligot atau menguasai banyak bahasa. Totalnya 27 bahasa. Ini bukan asal klaim melainkan memang ada sertifikasinya. Meskipun saya baru menemukan bukti sertifikasi bahasa beliau di 4 bahasa yang tesnya tidak kaleng-kaleng melainkan di universitas dan diuji profesor. Dalam 1 tahun beliau lulus tes 4 bahasa tersebut dan saya auto pening saat membaca suratnya karena saya 1 bahasa pun tak punya sertifikatnya.

Saat belajar di Belanda beliau sempat terpeleset dalam pergaulan kaum jetzet karena dinyatakan sebagai pangeran dari Jawa. Awal-awalnya karena ikut pameran feminis terbesar dalam seabad di Belanda, Data pamerannya bisa dibaca di Nationale Tentoonstelling van Vrouwenarbeid 1898: Awal Mula Kartini Dikenal Dunia sebelum kenal dengan Stella/Abendanon.

Selain adiknya, sang kakak juga menjadi sangat dikenal. Prof Kern juga mengajak Kartono sebagai narasumber di seminar linguistik di Eropa dan pidatonya ditulis lengkap di banyak media internasional, juga di Hindia sendiri. Pidato ini juga masuk di pembahasan parlemen dan mengubah wajah bahasa Belanda di Hindia. Kursus bahasa merebak bagai jamur di musim hujan. 

Inilah yang membuat Kartono dielu-elukan sebagai Pangeran Jawa dan diundang ke sana kemari. Sekelas Bung Hatta menyebutnya legend saat berpapasan karena branding beliau yang sangat kuat. Padahal beliau sudah tobat dari pergaulan jetzet dan kembali lurus belajar, mengejar ketertinggalan dengan mengikuti banyak ujian demi ujian sekaligus. Memang dasarnya jenius.... dan sebutan beliau adalah Si Jenius dari Timur.



Dengan networking yang luas serta keahlian beliau, maka pekerjaan sebagai penerjemah di PBB versi awal dan wartawan perang dijalani dengan baik. Tentu saja beliau memiliki banyak sekali musuh, termasuk Pemerintah Belanda yang masih menduduki Jawa. Maka tak heran jika saat pulang beliau dipersekusi. 

Seluruh aset beliau dirampas sejak sebelum naik kapal menuju negaranya. Ke pelabuhan dengan beberapa puluh koper buku, hanya tinggal 1 koper pakaian yang boleh dibawa pulang. 

Sesampai di Jawa pun beliau di-cancel culture dengan fitnah luar biasa. Dalam kondisi demikian beliau hidup dan dikenal sebagai tabib alif (atau Sang Alif), karena menjadi master kebatinan yang juga menyembuhkan aneka penyakit denga rajah huruf alif (hijaiyah). 



Pada tahun 1942, dalam kondisi setengah lumpuh, beliau tetap menerima banyak sekali tamu. Para pendiri bangsa adalah salah satu yang sering meminta nasihat beliau. Bung Karno mengakui beliau sebagai guru spriritual.

Eyang Sosrokartono meninggal dunia pada tanggal 8 Februari 1952 di Bandung, dan tidak meninggalkan istri atau keturunan. Makamnya ada di Kudus, tepatnya di Makam Sidomukti. 


Kesimpulan

Meskipun hanya merayakan dalam bentuk tulisan, kiranya, semoga jadi sumbangsih bagi teman-teman yang ingin tahu tentang ultah Jepara dan Eyang Sosrokartono yang punya tanggal sama. Siapa tahu, suatu saat akan ada gabungan ultah keduanya, kan lebih gayeng, ya. Lebih Jepara Memesona, karena keduanya adalah memory of the world asal Jepara.

Btw, ultah Eyang Kartini tanggal 21 April ini akan dirayakan seperti apa, ya? Berkebaya saja? Berkontemplasi? Bersinergi untuk pemberdayaan, atau berkompetisi literasi? 

Saya membagikan beberapa literasi sejarah di sini:

Sejarah Jepara 

Sejarah Kartini dan keluarga



1 Komentar

  1. Wah meriah sekali perayaan ulang tahun kota Jepara ya. Aku baru tahu loh usianya sudah ratusan tahun. Menyimpan banyak sejarah yang wajib banget untuk ditulis sih. Merayakan dalam bentuk tulisan sudah termasuk mencatat sejarah juga mbaakk. Keren sekali 😍

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)