Tanggal 17-21 Oktober ada acara literasi yang luar biasa di Jepara. Kota di sudut terlupakan (judul tulisan sastra Kartini) mendapatkan anugrah menjadi kota ke-4 yang dipercayai untuk event Perpusnas Writer Festival ke-4. Judul festivalnya masih bernuansa batin se-Indonesia saat ini, yaitu PERUBAHAN. Lebih tepatnya, Menulis untuk Perubahan.
Saya sebagai salah satu pecinta baca-tulis merasakan gelora luar biasa - bukan karena didapuk jadi salah satu pengisi acara - karena ini Jepara. Orang zaman sekarang akan mengatakan,
"Ini Jepara, Meen.... kota sepi yang jauh dari mana-mana..."
Jepara, kota paling pelosok utara Pulau Jawa yang 3/4 batasnya berupa laut. Batas utara, selatan, dan barat mengajakmu jeguran di laut. Sungguh menyenangkan di sisi lain tapi juga terasa kesepian di sini lainnya karena jauh dari mana-mana.
Dalam draft buku sejarah saya menulis, "Pulau Jawa kalau diibaratkan burung yang mengepakkan sayab, maka Jepara adalah kepalanya, karena dia di ujung paling atas pulau."
Bagian ini ditertawakan teman proofreader. Hahahaha. Memang cuplikan komentar lugu seorang anak Jepara puluhan tahun, lalu saat mengerjakan tugas membuat peta Pulau Jawa. Hahahaha.
Perpusnas Writer Festival ke-4 di Jepara
Sungguh beruntung. Sungguh beruntung, di kota yang bagi sebagian orang menjemukan, ada DNA literasi Indonesia bernama Kartini dan Kartono. Ide dan perjuangan keduanya diduplikasi begitu banyak "pencerah" yang menyuarakan perlunya orang bisa membaca dan menulis. Tentang pentingnya membuka kuil pengetahuan melalui sekolah.
Saya Kartinian yang dengan sadar sepenuhnya membeo gaya satir tentang sepinya Jepara di karya sastra Kartini berjudul Van een vergeten uithoekje (Dari Sudut yang Dilupakan) yang saya kutip di artikel Keresahan di Bulan Kematian Kartini. Baca sana saja, ya.....
Tulisan Van een vergeten uithoekje merupakan salah satu tulisan terbaik Kartini dan sangat mungkin pada zaman itu, karena sudah bergaya travelog - jenis tulisan yang mulai tren 1 dekade lalu di kalangan narablog dan masih sangat diminati sampai saat ini.
121 tahun lalu Kartini sudah memakainya! Dan dunia tidak banyak yang tahu! Bukankah itu wagu?
Minggu tanggal 6 Oktober 2024 lalu dalam zoom reading Kartini bersama Jaladara, ada pertanyaan mengapa tulisan sastra Kartini tidak dimasukkan sebagai karya sastra? Padahal tulisannya bagus-bagus. Malah banyak yang tidak tahu. Apakah untuk mengaburkan sejarah Kartini? Saya menjawabnya di sana dan akan mengulasnya di artikel lanjutan ini. Anggaplah laporan kegiatan acara ini.
Untuk mengalirkan semangat yang menggelegak di dada, saya berencana membuat serangkaian tulisan dan reels "Road to Perpusnas Writer Festival ke-4 di Jepara; Menulis untuk Perubahan". Saya merasa punya tanggung jawab moral untuk membuat acara ini banyak diketahui dan didatangi ribuan orang. Karena Jepara bisa, dan Jepara hebat!
Gemetar saya saat menulis ini. Energi saya selalu meluap-luap jika diundang ikut serta dalam sebuah acara literasi, baik sebagai audience maupun sebagai pembicara. Semangatnya tetap sama, yaitu rasa bahagia menemukan teman seperjalanan.
Kalau ada yang tanya Mbak Susi jadi panitia? Bukan, saya peserta di banyak agenda di Perpusnas Writer Festival ke-4 di Jepara kali ini. Kesempatan bertemu dan ngobrol dengan Susindra.... hayo siapa mau? Alhamdulillah sudah dapat restu dari bapaknya Gi juga.
Saya ikut menjadi 1 pembicara di 1 agenda, tepatnya di "Gelar Wicara Spirit Kepenulisan Kartini. Sesuatu yang gue banget. Sudah beratus-ratus buku, majalah, jurnal, web, dsb yang jadi santapan harian saya.
Tanpa menjadi pembicara pun saya selalu antusias ikut jadi audiense acara literasi asalkan diajak. Karena perasaan mempunyai teman seperjalanan itu sungguh luar biasa. Ayok, kita rame-rame sukseskan acara Perpusnas Writer Festival ke-4 di Jepara ini.
Sekilas tentang Perpusnas Writer Festival
Perpusnas Writers Festival (PWF) lahir pertama kali dalam ulang tahun ke-41 Perpusnas, tahun 2021 lalu. Tahun ini memasuki tahun ke-4. Sependek yang saya ketahui, PWI I dan II acaranya di Jakarta, sedangkan PWI III di Bandung. Tiba-tiba mlengkang (melenceng) jauh sekali ke Jepara.
"Apa ndak bikin orang terkaget-kaget.... sehebat itukah Jepara?" Apalagi ada mimpi untuk menjadikannya sebergengsi Ubud Writer Festival melalui dampak yang terjadi pasca kegiatan.
PWI atau Perpusnas Writer Festival punya beberapa tujuan, yaitu:
- Memberdayakan masyarakat melalui karya tulis,
- Mempertemukan penulis dan pembaca,
- Membangkitkan gairah kepenulisan,
- Mendorong peningkatan literasi dan kegemaran membaca.
Dampak yang dihasilkan dari tulisan, tidak hanya untuk pembaca tetapi juga untuk penulis yang hadir di acara tersebut. Jadi memang sangat rugi jika dilewatkan.
Dalam Road Show Perpusnas Writer Festival Jepara 2024 di Resto Dapure Mbak Berto, hadir Edi Wiyono (Perpusnas Press) dan Aris Munandar (TBM Pusat) dan sejumlah tokoh kunci di balik penyelenggaraan acara ini. Dari situlah saya mendapatkan penjelasan rinci mengapa acara ini diadakan dan bagaimana kelanjutannya.
Menurut Edi Wiyono, kesuksesan acara ini terlihat dari keterlibatan masyarakat dan hasil nyata dari serangkaian acara yang diadakan dan hasil karya berupa penulisan dari peserta Perpusnas Writer Festival. Sedangkan Aris Munandar menekankan bahwa acara ini adalah untuk meletakkan pondasi literasi.
Katanya banyak, kok cuma intinya? Ya Allah, kalau ditulis semua bisa jadi tulisan berjilid-jilid karena pemaparannya sangat bagus.
Yang membuat saya memutuskan ikut daftar di banyak acara yang diadakan selama tanggal 17-21 Oktober nanti, sebagai peserta. Itu kan bukti nyata bahwa jika seorang ibu yang memingit diri bertahun-tahun mau jadi peserta acara.
Menulis untuk Perubahan
Why Jepara? Kota sunyi yang tak punya mall dan bioskop sama sekali. Kota yang penduduknya sebagian besar hidup sesantai seniman, karena produk kebanggaannya memang seni ukir.
Alasan pemilihan Jepara tak lain tak bukan tentu saja karena sosok Kartini sebagai pencetus DNA Literasi di Indonesia. Jepara, kota kelahiran seorang raden ajeng yang terpasung adat.
"Mereka tidak bisa mengambil penaku...."
Demikian kata Kartini, melahirkan perasaan iba, betapa perempuan di masa lalu disembunyikan dalam goa gelap bernama kebodohan. Usia 10 tahun disembunyikan dari dunia luar agar tidak sempat mengenal pertemanan dan perasaan suka pada sesuatu atau seseorang. Hanya boleh nunut pada rencana orangtua atau wali nikahnya.
"Jalan hidup perempuan hanya satu, berjalan di depan gamelan"
adalah stigma lazim pada masa hidup Kartini. Berjalan di depan dengan kehormatan sebagai istri pejabat atau dengan kehinaan sebagai penari ledek.
Ungkapan ini tidak seviral cerita tentang jawaban "menjadi raden ayu", padahal ada dalam satu tulisan hanya selisih sedikit paragraf.
Betapa kalimat "mereka tak bisa mengambil penaku" punya nuansa perjuangan sengit anak manusia di rumahnya sendiri.
Perpusnas Writer Festival ke-4 di Jepara akan menggali banyak jejak-jejak inspiratif Kartini di dalam bidang penulisan. Tulisan adalah salah satu warisan terpenting Kartini.
Kartini sebagai tokoh literasi perempuan pertama di Indonesia, yang kala itu penulis perempuan di dunia pun masih sangat langka. Ketika Bapak Pers Indonesia Tirto Adhi Soerjo masih bersekolah, Kartini sudah menjadi penulis di sejumlah surat kabar dan majalah. Tulisan anumerta Kartini pertama lahir ketika T.A.S baru masuk kelas 1 SD.
Tapi mengapa di antara sedikit pembaca pemikiran Kartini hanya sedikit pula yang melihatnya dalam daftar penulis/sastrawan Indonesia?
Karena....
Tunggu jawaban saya di acaranya nanti. Hahahaha. Ingat, ya, 18 Oktober 2024 pukul 08.00 - 10.45 WIB di Pendopo Kabupaten Jepara, saya akan membahasnya dengan tema' "Spirit Kepenulisan Kartini." Saya tidak sendiri, tentunya.
Menulis untuk perubahan. Saya belum tanya ke Den Hasan mengapa temanya ini meskipun sedikit banyak saya bisa menyerap nuansa yang ada di suasana batin kita semua. Yang jelas, inti Perpusnas Writer Festival ke-4 di Jepara adalah, memahami literasi bukan hanya sebagai kemampuan membaca dan menulis, tetapi sebagai kekuatan yang dapat mendorong perubahan sosial.
Acara ini akan dihadiri 30 pembicara, baik penulis nasional maupun lokal.
Rangkaian kegiatan PWF antara lain Gelar Wicara Penulisan, Peluncuran dan Bedah Buku, Pameran Literasi, Musikalisasi Puisi, Lokakarya Penulisan, Pemutaran Film Pendek, Dramatic Reading, Penampilan Musik, Historical Walk, Pertunjukan Wayang Kali dan Residensi Karimun Jawa.
Dalam setiap acara Perpusnas Writer Festival selalu ada acara yang sangat beragam dan padat, yang tentunya menarik pengunjung.
Berikut daftar acara di Perpusnas Writer Festival ke-4
17 Oktober 2024
08.00-12.30 WIB Pembukaan Perpusnas Writer Festival dan Gelar Wicara Gerakan Literasi Kartini (di Pendopo)
13.30 - 16.00 WIB Lokakarya Penulisan Berita (di Pendopo)
13.30 - 16.00 WIB Lokakarya Penulisan Geguritan (di Gedung Sima)
18 Oktober 2021
08.00-10.45 WIB Gelar Wicara "Kartini dan Spirit Kepenulisan (di Pendopo)
08.00-10.450 WIB Diskusi "Dinamika Penerbitan Lokal (Gedung Sima)
08.00-11.30 WIB Gerakan Pelajar Jepara Menulis "Kisah Inspirasi Kartini (di Pantai Kartini)
13.30-16.00 WIB Peluncuran Buku Perpusnas "Aku dan Duta Baca (13030 - 16.00 (Pendo[o)
19.30-21.30 Pemutaran Film Pendek Dramatic Reading Penampilan Musik (di Pendopo)
19 Oktober 2024
08.00-11.00 WIB Diskusi Kreativitas di Komunitas Literasi (di Pendopo)
13.00-15.00 WIB Diskusi Lokalitas dalam Kesusastraan Indonesia (di Pendopo)
19.30-22.30 WIB Sharing Season bersama Hatna Danarda (di Pendopo)
21 Komentar
MashaAllah. Keren banget Mbak Susi. Acara perdana di Jepara dan sudah menjadi pengisi acara. Sukses ya Mbak. Semoga dengan kehadiran Mbak Susi membahas tentang "Kartini dan Spirit Tentang Kepenulisan" bisa menjadi manfaat bagi banyak orang.
BalasHapusTerpilihnya Jepara tentunya berdasarkan banyak pertimbangan dan kekuatan kota kecil ini terhadap perkembangan dunia literasi tanah air. Semoga keseluruhan acaranya sukses dan membawa banyak arti bagi perkembangan dunia literasi tanah air.
Senangnya ada writer festival di Jepara apalagi ada sejarah Kartini di sini jadi sudah seharusnya ya berbagai event literasi juga diadakan di Jepara. Ikut happy lihat mbak Susi jadi pembicara juga di Gelar Wicara Spirit Kepenulisan Karitini.
BalasHapusIni semacam acara komunitas penulis Perpusnas ya, bagus eventnya tidak terpusat di Jakarta saja, kini di Jepara. Bagus tentunya untuk meningkatkan kesadaran literasi masyarakat👍
BalasHapusBangga dan terharu loh, mbak Susindra jadi narasumber di Gelar Wicara Perpusnas Writers Festival. Semoga spirit Kartini di bidang litarasi menular ke generasi selanjutnya.
BalasHapusIni kumpulan penulis kah mbak? kok keren ya jadi bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman
BalasHapusFestival penulis dari Perpusnas, Mbak
HapusMasya Allah selamat Mba Susi jadi salah satu pembicara di acara ini. Semoga Perpusnas Writer Festival ke-4 di Jepara sukses dan lancar jaya juga membawa manfaat bagi semua.
BalasHapusSaya ikut bangga Jepara jadi tuan rumah, pantas memang mengingat sosok Kartini adalah salah satu pencetus DNA Literasi di Indonesia.
Ingat Jepara ingat Ibu Kartini
BalasHapusRasanya pingin ngintil di belakang Mbak Susi untuk ikut menikmati kemeriahan Perpusnas Writer Festival ke-4
Semoga sukses ya Mbak
Jakarta bisa juga ya, Mba ikutan festival perpusnas writer? apa harus yang berdomisili di Jepara dan sekitarnya?
BalasHapusUntuk umum dan se-Indonesia, Mbak
HapusSeramai dan seseru itu acaranya.
BalasHapusDaku jadi turut mengaminkan, semoga Perpusnas Writer Festival bisa semegah Ubud Writfes karena bakaln jadi agenda tahunan yang mendatangkan para penulis ciamik ke kota tersebut
Aku bacanya berasa ikut semangat. Bahkan sempat tegang saat ada pertanyaan kenapa hanya sedikit yang melihatnya pemikiran Kartini dalam daftar penulis/sastrawan Indonesia. hmm...
BalasHapusWiiihh kyknya bakal seru banget ini ya acaranya. Kyknya yang suka buku dan pengasuh2 TBM banyak yang akan hadir ya mbak.
BalasHapusBaru tahu ternyata Kartini juga suka menulis di beberapa platform pada masanya. Coba kalau zaman itu ada blog mungkin juga beliau udah menuangkan gagasannya di blog kali yaa.
Jepara memang sudah saatnya menjadi daerah yang termasuk terdepan untuk literasi. Mengingat Kartini dan Jepara erat kaitannya. Semoga di masa depan banyak penerus Kartini dan semakin meningkat literasinya
BalasHapusAku kalu degar kata Jepara langsung ingat ukiran Jepara mbak. Mahaaall hahahaha. Di kota asalku ukiran Jeparanya yang terkenal, selain tohoh kartini pastinya. Karena memang tidak banyak yang membaca kisah Kartini kan. Tahunya pas peringatan hari kartini aja. Btw, keren deh mbak Susi jadi salah satu narsum di acara ini. Kece!
BalasHapusMami Susi selalu keren, saya acaranya jauh kalau deket harus datang nih kapan lagi ketemu pembicara yang merupakan sahabat menulis sejak bertahun-tahun lalu. Keren ya Jepara, selain menjadi kota kelahiran Ibu Kartini juga memiliki tingkat literasi yang cukup baik. Semoga tahun depan bisa ikutan Perpusnas Writer Festival.
BalasHapusAcara pasti seru, namb ilmu dan wawasan tentang dunia kepenulisan. memahami literasi bukan hanya sebagai kemampuan membaca dan menulis, tetapi sebagai kekuatan yang dapat mendorong perubahan sosial. Suka dengan kalimat ini.
BalasHapusIri to the max saya sama acaranya mba, mana di Perpusnas lagi. Bakalan kebayang nih ramenya acara sesama penulis yang akan berkumpul, sukses sama acaranya ya mba :)
BalasHapusMasyaAllah. Benar benar luar biasa mba ini dalam menggelorakan semangat Kartini. Jepara, mungkin jadi daerah yang kurang populer dibanding daerah Jawa lainnya, tapi dari Jepara lah semangat emansipasi wanita mengembara.
BalasHapusMashaAllah. Super duper keren banget Mbak Susi, langsung jadi pengisi acara dong. Luar biasa semangatnya untuk terus belajar dan membaca buku sejarah, khususnya tulisan Kartini. Salut
BalasHapusKeren banget Mbk Susi, termasuk pemateri dalam acara festival Perpusna, semoga sharingnya banyak manfaat dan berkah ya
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)