Pendopo Kabupaten Jepara, Lokasi Perpusnas Writers Festival ke-4

Suatu kebetulan, sore ini saya diajak teman-teman ke Pendopo Kabupaten Jepara yang menjadi lokasi Lokasi Perpusnas Writers Festival ke-4. Jadi bisa sekalian bikin tulisan untuk road to yang saya janjikan di postingan Susindra sebelumnya.



Sore tadi saya diajak teman-teman Jaladara untuk heritage walk. Lebih tepatnya menemani mereka untuk kembali masa silam 1880an-1900an. Ajakan yang menyenangkan karena agak lama saya tidak ke pendopo dan kabarnya sudah jadi area semi-privat karena menjadi rumah dinas Penjabat Bupati. 

Kelihatannya belum begitu lama menjadi dalem atau rumah dinas. Saya tidak yakin, karena kabar itu cukup mengagetkan saya, yang sesekali mengantar tamu untuk ber-heritage walk di sana bersama Rumah Kartini. Apalagi area pringgitan ditutupi dengan kaca rayben. Kami diizinkan masuk karena telah memberikan surat resmi beberapa hari sebelumnya. Kami diizinkan masuk dengan ditemani beberapa staff.

Sejujurnya saya penasaran bagaimana nanti saat menjadi venue PWF, seberapa besar akses yang dibuka. Bagaimanapun pendopo kabupaten dan dalem kabupaten bisa jadi dua tempat berbeda. Entitasnya sama tapi keprofanannya beda.

Mengapa saya sebut demikian, alasannya karena perbedaan p.o.v. Bahasa gen z untuk kata "sudut pandang." Yang dimaksud dengan dalem adalah bangunan utama di dalam kompleks bangunan rumah keluarga bangsawan. Tempat mereka melakukan kegiatan sehari-hari. Sedangkan pendopo adalah area publik yang berfungsi untuk menerima tamu atau menggelar acara-acara resmi kabupaten. Masyarakat dan para penulis umumnya menyatakan pusat bangunannya adalah Pendopo Kabupaten.

Area teras belakang, tempat Kartini mengajar.


Jadi jika nanti yang boleh diakses hanya area pendopo dan ruang pertemuan di teras belakang pun.... 

Semoga bisa dinego, ya. Karena sayang sekali sudah datang ke rumah masa kecilnya R.A. Kartini tapi tidak masuk untuk melihat seperti apa rumahnya.


Dalem Kabupaten Jepara, Kisahnya

Area dalem mulai dari pringgitan di belakang tembok pendopo sampai area lapangan tennis pernah menjadi saksi hidup tumbuh dan kembangnya Kartini. Rumah ini mengalami beberapa kali renovasi besar maupun kecil sepanjang berdirinya. 

Menurut data yang dipercayai, dalem Kabupaten Jepara dibangun oleh Bupati Citrosomo pada tahun 1750. Saya lupa dapat dari mana tapi kalau googling kemungkinan angka inilah yang muncul. Saya sendiri mengutipnya di artikel FGD tentang Pendopo Kabupaten Jepara

Sementara belum ada data maka yang ada dipakai dulu.

Sebenarnya ada data pembantahnya, sih, dari travelog kondang di abad ke-19 dan ke-20 bernama pena Purwolelono. Btw, mungkin belum tahu kalau penulis perjalanan ini merupakan paman kandung Kartini dari garis bapak. Menurut Pak Joost, namanya R.M.A.A. Prawoto Condronegoro V.

Purwolelono atau R.M.A.A. Condronegoro V (bukan kakek Kartini yang merupakan PANGERAN Condronegoro) sangat senang melakukan perjalanan dan mencatatnya. Catatan itu dibukukan pada tahun 1877 dengan judul Cariyos Bab Lampah-Lampahipun Raden Mas Arya Purwalelana. Buku ini diterbitkan oleh G.C.T. van Dorp & Co.

Purwolelono/Purwalelana hanya berbeda pengucapan, ya. Sama seperti ayah Kartini di surat adalah Sasraningrat namun di hampir semua buku memakai nama Sosroningrat.

Pendopo dan aktivitas sore warga Jepara


Di halaman 245 Purwalelana menceritakan tentang pembangunan rumah Kabupaten karena bangunan lama telah rusak dan dibongkar. Keluarga Citro Wikromo (mertua Sosroningrat) yang menjabat sebagai bupati tinggal di kediaman pribadi. 

Menurutnya rumah yang sedang dibangun pada tahun 1870an itu akan tampak aneh karena:

1. Bangunannya kecil, karena hanya berdana 42 ribu rupiah.*)

2. Bangunannya aneh, karena di sebelah timur alun-alun, menghadap ke Barat, agar tepat menghadap alun-alun


Kalau dikatakan kecil jangan mengira seperti konteks sekarang, lho. Yang menulis adalah bupati, yang referensi rumahnya adalah kompleks bangunan-bangunan besar dengan taman yang luas. Ada 4 minimal komponen bangunan, yaitu:

1. Pendopo

2. Pringgitan

3. Dalem 

4. Gandok


Tiap komponen bangunan punya ruang dan fungsinya sendiri. Purwolelono tidak salah. Kompleks tersebut hanya memiliki 1 gandok, yaitu gandok tengen. Kelihatannya sejak awal dibuat memang demikian. Yang tidak lazim lagi adalah fungsi gandok kiri diberikan ke gandok kanan. Sumur, dapur dsb yang masuk area pakiwan (kiwo/kiri) berada di gandok tengen. Gandok tengen lazimnya untuk kasepuhan.



Bisa dilihat bahwa tata letak Pendopo Kabupaten Jepara dan dalemnya memang unik. Tak sama seperti arsitektur pendopo Jawa pada umumnya. Tapi bisa dikatakan bangunan pendopo dibangun ulang pada tahun tersebut. Jadi bisa membantah data pembangunannya sejak tahun 1750, ya. 

Apakah luasnya sama? Tidak. Ada penambahan demi penambahan. Pada masa Kartini berusia 20an (dan belum menikah) saja termaktub dalam surat beberapa kegiatan renovasi rumah dalem mereka.


Rumah masa kecil Kartini dan kamar pingitannya

"Penjara" Kartini berbentuk sebuah rumah yang sangat besar. Sebesar apa? Mari datang ke Perpusnas Writers Festival ke-4 dan melihat bersama-sama.

Saya sering ditanya apakah dipingit artinya hanya boleh tinggal di kamar pingitan? Maka sebuah kamar yang divisualkan sebagai "kamar pingitan" menjadi salah satu yang paling banyak ingin dilihat secara langsung.

Ada film yang jadi referensi untuk menggambarkan derita Kartini dalam pingitan dengan cara yang salah. Paling salah interpretasinya memang fiml yang pertama (i983/versi Sumanjaya). Film Kartini yang kedua (2016/Hanung) pun menggambarkan suasana batin Kartini dengan membentur-benturkan dirinya ke pintu karena ingin keluar.

Sebenarnya ini bisa terjadi jika kurang memahami atau fokus pada satu hal atau entahlah, karena sosok Ibu Moerjam pun menjadi antagonis, khas raden ayu yang cemburu pada selirnya. Namanya juga film, kan?


Area jerambah untuk menerima tamu penting.
Penulis menjadi guide untuk Komunitas Jejak Tarbiyah (Malaysia)


Yang disebut pingitan adalah seluruh area dalem mulai dari jerambah sampai gandok dilanjut ke area regol di tembok paling timur (yang sekarang ada lapangan tennisnya. Area pringgitan memang masih bagian dari dalem namun lebih ke area "anak laki-laki" jika tidak sedang difungsikan sebagai pringgitan. Ingat ya, pendopo bukan area dalem melainkan area publik, jadi tak perlu ditanyakan. 

Anak perempuan bisa di area pringgitan pada tiga alasan:

1. Ada pertunjukan wayang (sebagaimana namanya)

2. Ada tamu yang bermaksud "melihat" calon istri dari keluarga tersebut. Si gadis diberi izin melakukan aktivitas misalnya menjahit/menyulam di di sana.

3. Dipanggil untuk diperkenalkan pada tamu yang datang.


Jadi sebenarnya anak perempuan tahu kalau mungkin ada yang tertarik melihatnya jika tiba-tiba disuruh beraktivitas di sana.

Jadi yang namanya pingitan adalah seluruh area dalem rumah termasuk teras dan pekarangan samping sampai belakang. "AREA PEREMPUAN"

Itulah yang umumnya terjadi di Jawa pada era perempuan belum diizinkan bersekolah. Oh iya, ruangan bernama jerambah hanya ada pada rumah bupati pesisiran, ya.

Bersama Jaladara, sore tadi, 13 Oktober 2024


Bagaimana dengan Kartini? Ia beruntung karena meskipun dipingit namun diperbolehkan sesekali keluar rumah dengan kereta kuda: ke rumah Ovink, ke pantai, ke kampung Blakang Gunung, ke Masjid Mantingan, dan lainnya. Sesekali itu bukan beberapa hari sekali, ya, sob... dalam setahun bisa dihitung jari.

Memang harus ke Perpusnas Writers Festival ke-4 untuk bisa melihat sendiri rumah masa kecil Kartini dan keluarganya.


Jalan menuju Pendopo Kabupaten Jepara

Jepara berada di ujung utara Pulau Jawa. Meski tak sebanyak pilihan di kota lain namun masalah transportasi dari dan ke Jepara termasuk mudah. Ada bis langsung dari dan ke Semarang, Jakarta, Bandung, Surabaya, Tasik Malaya, dan Bali. Setahu saya itu.

Oh iya ada sleeper bus juga yang sangat nyaman.

Ke Jepara naik kereta atau pesawat? Bisa, tapi turun di Semarang. Ke Jeparanya naik bus travel yang relatif nyaman. Setidaknya ada 4:

1. Kencana Travel

2. Bejeu Travel

3. Rimba Travel

4. Daytrans Travel


Tiket bisa dibeli secara online jika menghendaki demikian.


Kalau sobat Susindra mengira ada transportasi umum untuk sampai di depan pintu gerbang Pendopo Kabupaten Jepara, mohon maaf... harus naik kendaraan pribadi atau ojol. Jangan khawatir, jumlah pengendaranya banyak dan pelayanannya cepat.


Meet and greet dengan penulis idaman

Kalau ada yang bertanya Perpusnas Writers Festival ke-4 itu kegiatan apa, sih? Selama ini saya baca, tulis, dan dengar jawabannya dari versi penulis atau pegiat literasi. Secara umum mereka memang tahu, paham, dan bersemangat. Karena memang orang yang fokus di kegiatan literasi.

Teras belakang tempat semua perempuan membatik, menjahit dan semua aktivitas lainnya


Saat menghubungi beberapa teman yang saya tahu kalau anaknya sangat suka menulis, saya baru menyadari kalau bagi mereka ini event bergengsinya literasi di Jepara ini kurang dipahami. Dikira pertemuan semua penulis. Jadi kalau bukan penulis tidak bisa ikut.

Saya sempat tertegun ketika ditanya secara langsung, "Jadi ini acara meet and greet, Mbak?"

Memang saya harus banyak keluar dan berbincang dengan gen z, nih. Jadi tahu sudut pandang mereka.

Kenapa saya tidak menggunakan istilah ini saja saat mengajak teman datang... karena lebih mudah dipahami. Karena sebelumnya ada yang bilang merasa malu datang karena bukan penulis. 

Lalu sesekali saya pakai istilah meet and greet atau temu-sapa yang lazim dipakai artis. Konsep temu-sapa dengan artis/penulis idaman lebih mudah dicerna. Tinggal diberitahu siapa saja yang akan datang dan karyanya. 

Saya tidak tahu apakah konsep ini akan menyalahi konsep utama Perpusnas Writers Festival ke-4, karena saya yakin banyak yang memang suka membaca karena suka saja, bukan karena ingin jadi penulis. 

Tapi pakai istilah ini pun bisa jadi senjata makan tuan jika bertemu dengan orang yang dalam hatinya tidak suka. Memang kita takkan bisa memuaskan semua orang. Hahaha. Harus pandai memilih gaya berbicara dan pokok bahasan. 

Jepara sebagai DNA literasi banyak dipakai untuk perjuangan-perjuangan kelompok literasi dan ini hal yang wajar. Bagaimana semuanya guyup rukun dan datang ke venue adalah tujuan kita bersama.


Jadi... semoga Perpusnas Writers Festival ke-4 di Jepara nanti sukses besar, ya, dan banyak pesertanya. Kalau mau tahu acaranya apa saja dan jadwalnya bisa baca Perpusnas Writers Festival ke-4: Menulis untuk Perubahan.


*) Kata rupiah di atas menurut saya kurang tepat karena baru ada tahun 1949. Kemungkinan gulden, jadi bukan 42.000 rupiah melainkan f42.000. Namun ini juga berlebihan jika dikatakan berdana sedikit, karena dana pendidikan seluruh koloni di Jawa pun tak jauh dari angka itu. Mungkin ada mata uang lain yang digunakan.

12 Komentar

  1. Mbak aku sering banget denger istila abdi dalem...dulu pernah ke keraton jogja juga menyaksikan langsung sosok abdi dalem.
    Tapi baru tau dari tulisan ini kalau arti dalem itu = rumah dinas...
    Bahkan selama ini ngga kepikiran untuk cari tau arti abdi dan dalem, Kirain itu satu artian.
    Hihiii, makasi loh mbak,,, itu sebabnya banyak baca = banyak tau yaa

    BalasHapus
  2. Ini pendoponya yang dipakai buat syuting RA KArtini yang pemerannya Dian Sastro bukan sih, Mba? kalau lihat dari foto-fotonya sama dengan yang di film. Iya kan tempat kediaman RA Kartini dulu kan?

    BalasHapus
  3. wow keren banget lokasi Perpusnas Writers Festival ke-4
    Kebayang eventnya sangat bermakna
    Perpusnas Writers Festival ke-4 berlangsung di lokasi RA Kartini beraktivitas
    Terimakasih sudah menuliskannya Mbak Susi

    BalasHapus
  4. Iya ya..sudah sampe rumah Kartini tapi hanya bisa ke pendopo saja tidak bisa masuk rumahnya kan sayang rasanya. Semoga bisa dinego nanti
    Kebayang serunya Perpusnas Wristers Festival ke-4 nanti. Semoga sukses acaranya ya Mbak Susi

    BalasHapus
  5. Semoga dengan hadirnya perpusnas writer festival yang ke-4 ini mampu menghadirkan spirit literasi bagi anak bangsa dan memajukan sastra bangsa di negeri sendiri.

    BalasHapus
  6. Sembari menghadiri Writers Festival para tetamu jadi diajak paham mengenai pendopo kabupaten Jepara dan lingkungan yang ada di sekitarnya ya Mbak. Jadi tambah pengetahuan dan pengalaman juga. Ah seandainya saya belum beli tiket UWRF (Ubud Writers and Readers Festival) di Bali, pengen banget ikutan event sejenis di Jepara ini. Apalagi saya belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di kotanya R.A. Kartini ini.

    BalasHapus
  7. Kalau saya dulu tahunya, dalem itu sahutan saat dipanggil. Jadi ada teman Bapak dan Ibu saya datang dari Jawa. Nah, anaknya dipanggil, dia jawab, "Dalem, Pak!"
    Terus kemudian saya tahunya Abdi Dalem yaitu pekerja di lingkungan keraton.
    Dan saya jadi ingat pendopo Purworejo yang juga dijadikan area publik. Termasuk hadirnya wifi gratis.
    Dan keren ini Perpusnas Writers Festival ke-4, apalagi temanya menulis untuk perubahan. Jadi bagus siapa saja bisa datang. Bisa sajadari yang awalnya hanya suka membaca, jadi tertarik untuk ikut menulis.

    BalasHapus
  8. Lokasi terselenggaranya kegiatan Perpusnas Writers Festival ke-4 jadi semakin serasa maknanya karena jadi tempat yg punya kilas sejarah yg klop bgt dgn perjuangan RA Kartini beraktivitas yg sejatinya begitu erat dgn literasi

    BalasHapus
  9. Banyak hal yang dipelajari jadinya di acara Perpusnas Writers Festival ke-4 ini ya kak. Apalagi bisa tahu juga kenapa ada nama pingitan itu, dan identikny ake perempuan

    BalasHapus
  10. Daya tarik yang luar biasa ketika mengikuti Perpusnas Wristers Festival ke-4.
    Sejarah mengenai Ibu kita Kartini dengan cara datang langsung ke pendopo sekaligus rumah masa kecil beliau.

    Pasti ada jejak-jejak sejarah yang gak kita dapatkan dari buku karena dengan melihat langsung, jadi bisa memahami dari sisi emosional zaman tersebut dan bagaimana budaya patriarki yang aku kagumi sebab mendidik anak perempuan sesuai dengan zamannya.

    BalasHapus
  11. Membaca tulisanmu membuka pikiranku selama ini memang agak kurang percaya sama kondisi Kartini yang di film, sebagaimana suami saya yg suka baca buku sejarah bilang agak terlalu berlebihan menggambarkan sosok Kartini. Dengan pengalaman mengunjungi tempatnya langsung, jadi ikut tau deh. Terimakasih sudah menceritakannya di blog

    BalasHapus
  12. Semoga Perpusnas Writers Festival ke-4 di Jepara nanti sukses.
    Semoga Pendoponya tetap difungsikan sebagaimana mestinya, sehingga masyarakat umum, tetap bisa napak tilas bagaimana Kehidupan Kartini dulu, yah walau tentu kondisinya sudah mengalami perbaikan di sana-sini.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)