Dalam jurang yang dalam, dengan tubuh terluka, Kiran mempertanyakan eksistensi dirinya sebagai manusia. Itulah pesan kuat dalam Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa. Suatu kebetulan, saya juga sedang mempertanyakan hal yang sama, di antara banyaknya to do list pasca Perpusnas Writers Festival ke-4 di Jepara.
Meski sangat ingin, saya tidak bisa pindah rumah. Eman-eman sekali meninggalkan rumah yang sekarang ini karena sedikit banyak memenuhi unsur rumah impian kami: punya halaman yang cukup untuk berkebun. Lagian mana ada rumah kontrakan seharga 1,3 juta per tahun... Hanya di sini saja.
Normalnya semua orang pasti ingin punya rumah sendiri. Namun semakin kami berusaha, semakin jauh dari harapan. Tahun 2024 ini tahun bencana. Kami tak hanya kehilangan kesempatan membeli rumah, kami kehilangan seluruh tabungan bahkan merugi sampai puluhan juta, yang aslinya hutang saudara atas nama saya.
Dan... seperti penyempurna kegelisahan yang datang kembali itu, ketika tetangga menasihati anaknya yang baru lulus SMU, tepat di depan saya, "Bekerja yang serius agar segera punya rumah sebelum menikah...." Wajah saya tersenyum tapi di hati saya mencemooh, "Jika bukan pemberian bapakmu, kamu toh takkan punya rumah itu."
Betapa jahatnya saya. Tapi ucapan itu seperti bara api selama satu bulan, karena bukan kami tak mau punya rumah melainkan kami adalah sandwich generation.
Tarik napas... sebelum emosi saya memuncak kembali. Intinya, semakin kita ingin sesuatu, Allah akan mencubit semakin keras. Seperti kata bapaknya Kiran dalam film Tuhan Izinkan Aku Berdosa:
Makin besar harapanmu maka makin kuat cubitan yang harus diterima.
Ketika manusia berdoa pada Allah SWT, meminta rezeki, Allah justru akan memberikannya kesulitan. Supaya manusia mau berusaha.
Allah tahu, Nduk, apa yang kita butuhkan. Bukan apa yang kita inginkan.
Rasanya seperti diguyur air es. Dingin dan nyeri sekaligus. Memang tidak menyelesaikan masalah finansial namun setidaknya pikiran saya tidak lagi liar.
Mungkin ada yang tidak setuju dengan nasihat di atas. Saya mengenal banyak sekali orang yang hidupnya sangat mudah. Saya ditakdirkan sebaliknya. Kalau ada yang bilang sedekah membawa rezeki, saya harus bilang bahwa saya altruis yang gelisah jika tidak bisa membantu orang susah.
Tahun ini saya memang berada di fase terendah sepanjang hidup. Saya dalam kondisi marah. Bukan, saya murka. Karena harapan saya punah bahkan mendapatkan kewajiban melunasi hutang yang entah bagaimana membayarnya.
Tak sampai seperti Kiran yang ekstrim, tapi rasanya malu mengakui bahwa beberapa bulan ini saya pernah berada di fase sangat ingin mengakhiri hidup. Ternyata saya tak berhasil menahan cubitan dari Sang Khalik.
Sulit mencerna ditipu saudara paling dekat bahkan sampai sebegitunya dan sebegitu besarnya. Saya bahkan tak berani menghitung butuh berapa tahun untuk melunasi hutang yang bunganya terus berjalan. Saya tak berani mengharap punya rumah lagi...
Itulah alasan saya shut down semua media sosial, karena tak mungkin medsosan tanpa scrolling linimasa dan kembali terluka.
Baiknya stop sampai situ saja. Karena dalam kondisi agak gamang pasca Perpusnas Writers Festival ke-4, pasca keinginan mendirikan TBM memuncak kembali, saya menemukan sebuah judul yang tak biasa di Netfilx. Tuhan Izinkan Aku Berdosa judulnya.
Sinopsis Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa
Kiran mahasiswi miskin yang cerdas dan aktif di kegiatan keagamaan kampus. Ia punya proposal untuk pemberdayaan ekonomi syariah. Ia kritis dan senang berdakwah.
Begitu besar cintanya pada Allah sehingga diuji dengan kesulitan. Yang pertama adalah ditampakkan sifat jelek dari imam terkenal yang sangat dipuji-puja lingkungan relijiusnya.
Tak ada yang percaya padanya, bahkan ia menjadi target bagi jamaah yang ia ikuti. Ia didorong sampai ke pucuk jurang: terusir dari kampus yang dicintai dan orangtua yang disayangi.
Sosok Hudan muncul seperti seorang penolong. Kiran kembali percaya namun dengan segera terhempas keras. "Aku akan jadi apa-apamu," kata Hudan, namun dengan segera ia pun menghilang.
Kiran begitu patah hati pada Allah sehingga ia memutuskan masuk ke jurang kenistaan hanya untuk membangkang. Ia ingin orang-orang tahu bahwa di balik topeng alim ada sosok seburuk-buruknya manusia.
Akankah misinya berhasil? Silakan sobat Susindra membaca sampai selesai atau menonton filmnya.
Review Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa
Jujur saya tidak nyaman saat menonton film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa. Saya tak sendiri. Di pembuka film pun sudah tertulis jelas bahwa banyak adegan yang membuat tidak nyaman.
Kalangan santri atau sekuler tetaplah pasti akan merasa kurang suka dengan beberapa adegan yang ada. Diskusi agama yang mengarah pemikiran radikal maupun adegan esek-esek silih berganti. Benar-benar membuat saya mual. Memang secara emosional sedang tidak baik-baik saja.
Saya sendiri heran mengapa bisa menonton sampai tamat bahkan mengulang sekali lagi (dengan kecepatan 1,5x) untuk konfirmasi perasaan sebelum menulis ini.
Jadi saya memang tidak merekomendasikan film ini sebagai tontonan. Kurang lebih seperti film Budi Pekerti yang sarat pesan. Hanya ingin mengulasnya untuk menjawab eksistensi manusia menurut pemahaman saya.
Harlot's Prayer, itu judul bahasa Inggrisnya. Pangsa pasarnya memang bukan hanya untuk Indonesia. Hanung ingin keresahannya ini mendapatkan banyak jawaban. MVP Pictures dan Dapur Film perlu diacungi jempol karena berani menggarap film sesensitif ini.
Sutradaranya memang Hanung Bramantyo. Ketika tayang di bioskop pada tahun 2023 lalu, film ini sempat membuat kehebohan. Banyak cuitan tentang film ini maupun keislaman yang dipahami masing-masing.
Pertanyaan mengapa manusia masih beribadah dengan alasan surga dan neraka memang sering muncul. Ini memang alasan paling banyak dipakai oleh umat muslim.
Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa diadaptasi dari novel berjudul "Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!" karya Muhidin Dahlan. Film ini mengungkap isu sensitif di masyarakat terkait dengan agama dan kaum penjaja tubuh. Kedua golongan ini ditubrukkan sedemikian rupa. Isu moralitas disandingkan dengan perilaku menyimpang dan kondisi sosial kebanyakan.
Beberapa percakapan yang mempertanyakan ketuhanan akrab di kehidupan mahasiswi saya dulu, dua puluh sekian tahun lalu. Ini memang kekritisan yang banyak dilalui mahasiswa yang suka membaca.
Film ini bisa ditonton di Netflix. Bagus juga ditonton sekarang ini, saat masa Pilkada berlangsung. Orang yang ingin dijatuhkan oleh Kiran adalah politisi-politisi busuk yang berkedok kealiman.
Saya tidak berani merekomendasikan film Tuhan Izinkan Aku Berdosa. Saya tak cukup kuat mental untuk itu dan mungkin ada orang yang satu tipe dengan saya.
Tapi saya harus bilang bahwa film Tuhan Izinkan Aku Berdosa memang bagus. Aghniny Haque luar biasa. Bukan hanya dia, kok. Pemain-pemainnya memang berkualitas. Berikut daftarnya:
Aghniny Haque sebagai Kiran
Donny Damara sebagai Tomo
Djenar Maesa Ayu sebagai Aminatun Rohayah
Andri Mashadi sebagai Daarul Fauzi
Samo Rafael sebagai Hudan
Nugie sebagai Alim Suganda
Keanu Angelo sebagai Keanu, banci salon (penampilan khusus)
Nikita Mirzani sebagai resepsionis losmen (penampilan khusus)
Cornelio Sunny sebagai dr. Sandy Raharja
Naomi Srikandi sebagai Nana
Vika Aditya sebagai Istri Tomo
Hanung Bramantyo sebagai Pelanggan Ami (tidak dikreditkan)
Sinematografi film Tuhan Izinkan Aku Berdosa menggambarkan suasana batin dengan baik. Warna merah digunakan untuk mendefinisikan gejolak batin. Laut yang menderu menguatkan kesan pertempuran batin Kiran.
Rilis perdana bulan Desember 2023, namun rilis resmi 22 Mei 2024. Durasinya termasuk pendek, hanya 117 menit saja. Informasi tambahan, penata musiknya adalah Fajar Ahadi sedangkan sinematografernya dipasrahkan pada Satria Kurnianto, serta Haris F. Syah diserahi sebagai penyunting. Nama-nama di atas termasuk terkenal kualitasnya, kan?
Kalau ada yang penasaran... silakan langsung ke Netfix saja. Btwm kalau ada yang mengira Aghniny Haque anaknya almarhumah Marisa Haquem kita samaan.
3 Komentar
Film 'Tuhan, Izinkan Aku Berdosa' berhasil mengaduk-aduk emosi penonton. Kisah Nidah yang penuh cobaan membuat kita merenung tentang arti kehidupan dan ketegaran iman. Pesan mendalam tentang pengkhianatan dan pencarian jati diri sangat terasa.
BalasHapusSemangat Mbak Susi. Semoga sehat selalu, dilimpahi hidup yang cukup dan berkah. Aamiin
BalasHapusBtw, aku dah lihat ada rekomendasi di Netflix film ini..tapi belum nonton. Hm, jadi penasaran terutama setelah tahu Aghniny Haque ga ada hubungannya dengan Marissa Haque
Sebuah film yang penuh dengan pesan dan memang tidak bisa dicerna apa adanya. Perlu ada persiapan dan hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan sebelum menonton film yang satu ini. Secara keseluruhan, jika berbicara tentang sinematografi, film ini berhasil menunjukkan kecakapan seorang Hanum Bramantyo, namun perihal pesan dan makna, memang kembali kepada kita sebagai penonton untuk menyikapi dan mensrik pesan di dalamnya
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)