Tak sengaja menemukan film horor Trinil Kembalikan Tubuhku. Kebetulan memang sedang senang menonton film horor. Tanda hormon tubuh sedang fluktuatif dan mudah berpikiran banyak.
Memang seringnya saya menonton film horor karena hati sedang tidak baik-baik saja. Kalau bilang untuk healing juga tidak benar. Cuma seperti cara lain untuk stress realease.
Sutradara: Hanung Bramantyo
Produser: Hanung Bramantyo dan Azlin Hilda
Skenario: Haqi Achmad & Hanung Bramantyo
Durasi: 101 menit
Pemeran:
Carmela van der Kruk sebagai Rara
Rangga Nattra sebagai Sutan
Fattah Amin sebagai Yusof
Wulan Guritno sebagai Ayu
Shalom Razade sebagai Ayu muda
Gendhis Maharani
Alexander Wlan
Willem Bevers
Elly D Luthan, dsb.
Sinopsis Trinil Kembalikan Tubuhku
Sebuah rumah di dalam perkebunan menyimpan rahasia dan misteri yang mencekam. Beberapa pekerja di sana meninggal dunia. Sebagian karena mati ketindihan, sebagian lagi mati gantung diri.
Pemilik rumah baru pulang dari bulan madu dan tidak mengetahui kejadian tersebut. Semua pegawai merahasiakannya.
Rara dan Sutan, nama mereka. Keduanya mengalami peristiwa mistis berkali-kali, karena gangguan makhluk jahat. Setelah tahu informasi kematian di perkebunannya, suami istri ini minta tolong pada Yusof untuk mengusir makhluk jahat yang meneror mereka. Syaratnya hanya satu: usir saja tanpa mencari tahu tentang makhluk ini.
"Trinil, balekno gembungku", demikian permintaan yang sering dipinta oleh makhluk astral yang mengganggu mereka.
Permintaan berulang, "Trinil: Kembalikan Tubuhku" membuat Yusof menjadi curiga dan menelusuri masa lalu rumah ini. Ia menemkuan bahwa setelah kematian Willem (ayah Rara), Rahayu menghilang. Rahayu adalah ibu kandung Rara.
Penelusuran Yusof pada masa lalu di rumah itu membawanya pada bahaya besar bahkan kematian. Rahasia apa itu?
Review Trinil Kembalikan Tubuhku
Bukan hal yang sulit untuk menebak bahwa Rahayu adalah arwah jahat yang membunuh banyak pekerja dan meneror anaknya. Yang mungkin lebih banyak salah tebak adalah latar belakang mengapa rahayu menjadi setan kepala tanpa tubuh dan bagaimana.
Menjadi semakin menarik karena film horor ini merupakan karya Hanung Bramantyo. Ia menjadi produser, sutradara dan penulis skenario (membantu Haqi Achmad)
Film horor ini mungkin penanda kembalinya Hanung Bramantyo ke genre horor. 17 tahun lalu Hanung menjadi salah satu kreator genre yang menakutkan tapi paling disukai oleh masyarakat Indonesia.
Bisa jadi film ini juga istimewa untuk Wulan Guritno (pemeran Rahayu) arena ia bermain film bersama Shalom Razade (putrinya sendiri).
Hadirnya Haqi Ahmad sebagai penulis skenario setelah vakum selama 4 tahun juga dinantikan oleh penggemar film Rasuk 2.
Ada satu hal lagi yang istimewa dari film ini yaitu latar waktu tahun 1970an. Meskipun jujur saja hal ini menurut saya tidak berhasil. Film ini berlatar tahun 1970an tapi nuansanya seperti pra kemerdekaan atau bisa dikatakan sedikit waktu setelah kemerdekaan.
Asal film Trinil: Kembalikan Tubuhku memang dari inspirasi sandiwara radio legendaris dekade 1980-an. Jadi memang terasa tumpang tindih garis waktunya.
Tapi ini noleh diabaikan karena selain ceritanya menarik, penggarapannya juga lumayan bagus. Termasuk serius dan bisa diapresiasi, lah. Termasuk seram meskipun tak banyak adegan yang membuat penonton terkaget-kaget sampai mengangkat kaki saking kuat terornya. Untuk keseramannya, saya bisa beri angka tujuh saja dan aman ditonton orang yang cuma suka sedikit.
7 Komentar
Sekarang film horor Indonesia sedang naik daun dan disukai masyarakat. Termasuk film Trinil dengan nuansa jadulnya dan cukup menyeramkan. Terima kasih atas ulasannya
BalasHapusFilm horor lagi populer ya di kalangan netizen +62 😁 Sayangnya, sekarang saya sudah gak hobi lagi nonton film horor, qiqiqiii... tapi kalau film horor luar negeri masih mau nonton karena latar budayanya berbeda dengan latar film horor kita.
BalasHapusMembaca reviewnya kayaknya menarik ya. Akhir-akhir ini film horor Indonesia sedang baik daun dan diputar di bioskop dengan jangka waktu lama. Terima kasih reviewnya.
BalasHapusFilm horor yang dulu suka saya tonton Friday the 13. Sementara sekarang film horor bukan pada ceritanya tapi pada penampilan tokohnya saja, darah, muka menyeramkan dll. Bukan berarti tidak menghargai karya anak bangsa, ya. Tapi penilaian obyektif. Andai film horor dibuat lebih soft nggak dipenuhi muka serem dll mungkin malah lebih menyeramkan
BalasHapusMembaca reviewnya sepertinya filmnya cukup menarik soalnya memiliki latar tahun 1970an jadi bisa melihat bagaimana suasana tempo dulu. Bagi yang suka film horor sepertinya harus nonton nih
BalasHapusIya juga ya, Hanung tergolong jarang ikut untuk produksi film horor. Kembali ke genre ini, pasti butuh waktu untuk dia beradaptasi. Saya sendiri tidak sebisa mungkin untuk tidak menaruh ekspektasi tinggi sebelum nonton
BalasHapusBaca review ini kayaknya penasaran pengen nonton karena masih termasuk kategori aman, ya, Mba. Begini nih efek orang suka nonton film horor tapi rada khawatir ketakutan filmnya berlebihan efeknya. Hehehe.
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)