Ketika suami tiba-tiba divonis sakit jantung... rasanya ada batu yang mengganjal di dada. Nyeri tanpa sebab fisik. Butuh 9 bulan bagi saya untuk membicarakannya secara kasual di blog Cakrawala Susindra. Banyak draft yang saya biarkan tak tersentuh.
Kalau ada satu yang lolos, yaitu Semua Baik-Baik Saja, adalah bentuk spontanitas setelah mendapat rekomendasi melakukan kateterisasi jantung. Saya butuh segera mengeluarkan uneg-uneg agar tidak meledak.
Salah satu pemicu tulisan ini adalah berita seorang perempuan di Kerinci Jambi yang meninggal saat mencapai garis finis lomba balap karung. Menurut dugaan penyebab kematiannya adalah akibat kelelahan. Memang tak seperti busui dari Tasik yang dinyatakan meninggal akibat serangan hipertensi.
Sebagai orang yang secara buru-buru dan dipaksa keadaan untuk mengenal penyakit jantung, dugaan saya adalah beliau meninggal karena serangan jantung.
Pasalnya, suami saya kalau orang Jawa menyatakan "nyowo kliwatan", karena tak ada hujan tak ada angin tahu-tahu kerja jantungnya hanya 28%. 3/4 bagian jantungnya sudah mandek bekerja dan membengkak besar. Makanya saat dokter menyatakan harus ambil kateterisasi jantung kami langsung mengiyakan.
Selama 9 bulan menemani perawatan, saya menemukan penderita jantung amat sangat banyak. Jumlah pasiennya beberapa kali lipat penyakit dalam lainnya. Usia yang berobat juga banyak yang masih sangat muda, usia 20an juga ada.
Kami langsung mengiyakan kateterisasi jantung untuk pasang ring karena dekat-dekat waktu operasi kateter, suami sering mengalami kembung dengan jumlah angin di badan yang tidak normal. Ngeri juga saat mengingat waktu itu.
Bayangkan begah karena banyak angin tapi tak bisa kentut agar tahu rasanya, karena suami saya kentut puluhan kali semalaman dengan kondisi begah yang tak jua hilang. Kami diskusi apa langsung ke UGD di RSUD Loekmonohadi saja sekalian kateter yang dijadwalkan 2 hari dari hari itu tapi akhirnya memutuskan bertahan dulu. Yang penting angin terus saja bisa keluar dari tubuh.
Bengkaknya jantung [mungkin] sudah menekan paru-paru sehingga berapa puluh pun kentut yang keluar, perutnya tetap kembung. Syukurlah semua itu sudah berlalu. Keadaan sudah membaik setelah selesai memasang ring jantung sepanjang 4,8 mm.
Iya, semua baik-baik saja
Sejalan dengan waktu, semua memang baik-baik saja. Kateter berhasil, suami tak punya banyak risiko serangan, dan bisa bekerja kembali. Meski industri mebel di Jepara sedang sangat sepi, setidaknya kecemasan tentang kesehatan sudah terangkat, diganti dengan disiplin minum obat dan mengendalikan makanan-minuman.
Tiap 30 hari saya mengantar suami untuk kontrol ke Poli Jantung RSUD Kartini. Bentuk cinta istri pada suami, bukan hanya ketika suami tiba-tiba divonis sakit jantung.
Jika ada yang perlu dicemaskan dan diwaspadai adalah entah sampai kapan ginjalnya bisa menerima berbutir-butir obat sakit jantung yang diminum setiap pagi dan malam. Yah, meskipun saya tetap berpikir bahwa kecemasan itu masih jauh.
Secara umum, semuanya setengah normal
Secara umum, tak banyak perubahan di rumah. Reaksi dan relasi tetap sama. Pekerjaan sama, keseharian tiada beda. Yang berbeda adalah sekarang hatinya lebih dijaga saja, jangan sampai marah karena sesuatu. Harus sering ingatkan agar tak terlalu lelah. Bagaimana dengan aktivitas ranjang? Cukup seminggu sekali saja, saat libur kerja. Ada satu kegiatan yang ditingkatkan, yaitu tidur berpelukan. Hahaha.
Jadi secara umum, masih baik-baik saja, namun semuanya setengah normal dari biasanya. Mungkin karena kami selalu bisa beradaptasi dengan ujian kehidupan. Bahkan ketika suami tiba-tiba divonis sakit jantung.
Percaya atau tidak kalau saya katakan, penderita sakit jantung meningkat gila-gilaan? Kami memang baru 9 bulan akrab dengan Poli Jantung, namun kami menyadari jumlahnya di luar normal. Dengan keharusan kontrol kembali ke rumah sakit, jumlah pasien rata-rata pada saat kami melakukannya adalah 100an pasien. Kami bahkan pernah dapat antrian ke-128 saat mendaftar secara online sehari sebelumnya.
Kenali gejala sakit jantung
Mengutip dari P2PTM Kemenkes RI , berikut ini beberapa gejala penyakit jantung yang perlu diwaspadai:
- Jantung berdebar-debar atau dikenal dengan palpitasi. Gejala jantung ini terasa seperti dada diremas-remas
- Sesak napas, yang biasanya disertai dengan keringat dingin, rasa lemas, jantung berdebar, bahkan mengalami pingsan
- Nyeri dada sebelah kiri
- Ada rasa mual dan muntah
- Berkeringat dingin dan perasaan mudah lelah
- Pusing atau sakit kepala
Gejala di atas perlu diwaspadai. Setidaknya, jika merasakannya, pergilah ke Puskesmas atau klinik yang memiliki alat EKG Jantung. Kebetulan waktu itu kami melakukan EKG di Klinik Hanis dengan rujukan Puskesmas Jepara dengan membayar Rp50.000,-. Kami masih belum bisa menerima ketika vonis sakit jantung tersebut.
Kami kembali melakukan EKG di Klinik Masyithoh yang jadi faskes BPJS, dengan membayar Rp50.000,- juga. Memang tidak di-cover BPJS saat itu. Barulah setelah kami yakin dan setuju menerima rujukan untuk berobat di RSUD Kartini Jepara, kami bisa melakukan berbagai tes secara gratis dengan BPJS.
Lebih perhatikan kesehatan
Agustusan begini, banyak kegiatan lomba di kampung, sekolah, kantor, dan di mana saja. Bahkan ada kegiatan karnaval juga.
Mungkin jarang orang menyadari bahwa mayoritas dari kita sudah tak banyak bergerak. Ke mana-mana naik motor. Berjalan, berlari, jogging, atau bersepeda sudah jarang dilakukan. Dalam kondisi seperti ini, jangan tiba-tiba ikut lomba yang menguras tenaga dan butuh fisik terlatih. Jangan sampai lomba tradisional seperti balap karung membawa petaka.
Saya bukan menakuti atau pun meminta tak ada lagi lomba tradisional. Saya mendukung penuh kegiatan ini. Kalau berat badan tidak seberat sekarang, saya akan ikut jadi peserta. BB saya sekarang 80. Wkwkwk.
Masukkan latihan fisik dan olahraga dalam agenda menyambut Agustusan. Agar peringatan HUT RI semakin meriah. Bagus juga jika dijadikan kebiasaan untuk seterusnya.
Jagalah kesehatan mulai sekarang. Lebih perhatikan apa yang dimakan. Tetap tenang dalam kondisi apapun. Semoga semuanya
7 Komentar
Kaget banget ya, Kak pastinya. Semoga cepat sembuh nih ya, Kak suaminya.
BalasHapusMbaaak..
BalasHapusSending you virtual hug. Turut bersyukur atas pemulihan suami. Semoga semua langkah2 yg dilakukan berjalan baik dan lancar. Sehat dan panjang umur mb susi sekeluarga.
Suami saya seorang diabetesi. Saat ini mmg belum pernah sampai terkena serangan. Namun, saya seperti hidup dalam bayang2 kemungkinan besar. Selain membantu menjaga pola hidup, ya hanya bisa berserah pada Tuhan.
Alhamdulillah turut lega dengan berjalan lancarnya proses pengobatan, Mbak. Semoga ke depannya lebih bugar lagi. Iya, Mbak sudah dua tahun berturut-turul lihat di berita orang yang meninggal setelah balap karung. Ini pengingat bagi kita agar lebih waspada.
BalasHapusKalau sudah dapat vonis Jantung ini sangat mengerikan mbak. Bapak saya juga divonis penyempitan jantung dan diminta pasang ring jantung. Awalnya menolak karena usia beliau sudah hampir 80 tahun. Tapi setelah dipikir kembali akhirnya beliau bersedia.
BalasHapusSemoga sang Suami segera dapat perawatan yang terbaik dan dimudahkan proses penyembuhannya. 🙏🏻
Ingat bun, Tuhan tidak mungkin memberikan cobaan pada hambanya, kecuali karena hambanya itu kuat.. Tuhan milih bunda karena Dia tahu, bunda bisa melewati ujian yang berikan..
BalasHapusSemoga sanga Suami tetap diberikan kekuatan ya bun..ceria seperti biasanya.
Kejadian2 di media itu rasanya seperti jadi pengingat buat diri kita ya mbak. Semoga kita semua selalu diberi kesehatan untuk beraktivitas dan beribadah. Semoga suaminya dan saudara2 kita yang mengalami hal serupa, diberikan kesembuhan dan kekuatan. Terima kasih atas sharingnya, sekarang jadi lebih aware dengan kondisi diri sendiri...
BalasHapusSemoga selalu sehat ya mba. Trimakasih sudah share, ini sebagai pengingat juga untuk lebih memperhatikan kesehatan dan gak abai bila muncul gejalanya.
BalasHapusSehat-sehat selalu semuanya ya mba
Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)