Manusia terlahir dan tumbuh untuk menyelesaikan ujian hidupnya. Ujian demi ujian membuat mereka mengalami pendewasaan. Dalam proses tersebut, beberapa di antara mereka membutuhkan terapi psikologis dengan bantuan lukisan. Ada sebuah teknik khusus bernama auratic painting yang ampuh digunakan sebagai psikoterapi.
Bagaimana mungkin? Tentu saja sangat mungkin. Lukisan dan warna merupakan media yang dapat digunakan untuk mengubah perilaku seseorang. Lukisan bisa diciptakan dengan tujuan tertentu.
Jika masih bingung, cobalah ingat bagaimana perasaan kita tatkala melihat lukisan alam yang akbar. Misalnya pemandangan sunrise di puncak atau sunset di pantai. Keduanya oleh Walter Benjamin disebut dengan aura natural. Apa itu? Dan apa korelasinya dengan auratic painting?
Sobat Cakrawala Susindra harus membacanya dengan tuntas.
Teori aura
Walter Benjamin pernah menjadi diskursus pada tahun 1930an ketika menulis tentang teori aura. Kita bisa mengesampingkan sifat teologis dan politisnya, agar bisa lebih obyektif dalam memahami apa itu teori aura. Menurut saya ini bisa membantu kita dalam memahami apa itu auratic painting.
Di atas saya telah menyebutkan dua lukisan alam yang hampir selalu menghadirkan suasana magis. Suasana yang mampu menggerakkan sesuatu dalam diri kita saat melihatnya. Apa bentuknya, semua sangat bergantung pada pribadi dan kondisi kita pada saat melihatnya.
Dalam dunia nyata memang ada kekuatan aura natural. Aura dalam arti natural memiliki makna sebagai sesuatu yang ‘memancar’ dari obyek-obyek alamiah.
Saya akan memberikan contoh lain. Cobalah ingat perasaan ketika kita baru pertama kalinya melihat sesuatu, seperti melihat lukisan manusia dalam lukisan yang memiliki detail luar biasa. Lalu bandingkan dengan perasaan saat memandang gunung di suatu sore, atau saat melihat hamparan luas sawah menguning di bawah bayangan pegunungan. Aura natural ini, sebagaimana Benjamin jelaskan adalah “fenomena khas suatu kejauhan betapapun dekatnya hal itu”.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa karya seni juga bisa auratik - memiliki aura. Dengan teknik yang tepat, misalnya digital ink block art atau kita bisa menyebutnya dengan seni blok tinta digital, bisa tercipta perasaan tertentu sesuai dengan maksud penciptaan karya tersebut.
Bagaimana bisa? Tentu saja bisa, karena karya seni itu auratik. Ia bersifat singular, unik, dan orisinal, terlepas dari apapun medianya. Seni digital sudah dianggap sebagai bagian dari seni itu sendiri.
Ketika menelorkan teori auratik pada tahun 1930 Benjamin tentunya takkan pernah membayangkan bahwa akan ada suatu masa ketika dunia digital menjadi bagian dari kehidupan manusia. Teknologi digital memberi kesempatan pada siapapun, misalnya untuk memperbanyak karya seni. Misalnya reproduksi lukisan secara massal.
Namun kita juga tahu bahwa pada tahun 1930 tersebut, kartu pos bergambar orang koloni yang eksotik sudah lazim digunakan untuk berkirim kabar singkat dan cepat. Kartu pos ini mendekatkan yang jauh dengan caranya sendiri.
Atau jika dikorelasikan dengan kriya seni ukir zaman now yang mendapat tantangan berat dari mesin laser cut. Mesin ini memberi kesempatan pada siapapun yang punya kemampuan untuk membuat atau memperbanyak karya seni ukir, yang memiliki tingkat kepresisian sangat tinggi.
Akan tetapi, sejenius apapun seniman ukir, ia takkan sanggup menandingi hasil presis dari teknologi AI dalam mesin tersebut. Namun akan selalu ada manusia yang menghargai karya orisinil buatan manusia, karena ketidaksamaan tersebut bisa jadi sebuah ciri khas. Pada akhirnya akan selalu ada orang yang menganggap karya manusia lebih unggul karena ada 'hati' di sana. Dan semua ini tetaplah menjadi sebuah fenomena yang tak bisa lepas dari kehidupan kita yang sudah sedemikian maju ini.
Seni digital, benarkah itu seni?
Ada satu masa, kira-kira 2-3 tahun lalu, suami saya pernah bercerita bahwa dirinya pernah disebut dalam diskusi seniman lukis di kota kami. Ia menggambar di komputer menggunakan Corel Draw lalu meletakkan hasilnya di sebuah sandal jepit. Dari sanalah ia mengukir sandal tersebut sehingga menjadi sandal ukir. Kami pernah melakukan survival dengan usaha ini, dan berakhir di masa pandemi.
Sandal ukir suami saya termasuk unik karena ia memperhatikan benar setiap guratan. Mata menjadi salah satu titik fokusnya agar terlihat hidup. Karena suatu hal membuat ia tak mau lagi membuat sandal ukir, namun tetap menggambar untuk dijadikan produk yang kami sebut Potret Jati.
Apa yang ia lakukan pernah menjadi contoh diskursus lokal tentang seni digital yang kesimpulannya adalah apa yang ia lakukan tidak termasuk seni, karena tidak menggunakan media yang seharusnya. Itu hanya sebuah astakarya yang antimainstream.
Apapun hasil keputusan itu tidak ada pengaruhnya sama sekali, karena suami pun tak pernah menganggap dirinya seniman. Dan memang bisa dikatakan jauh dari definisi seni digital. Ia hanya menggunakan media yang tak biasa, namun karyanya tidak istimewa jika menyinggung tentang goresan dan warna. Dua komponen ini tidak ada dalam karyanya. Meski begitu, teknis mengukir bahan dari karet yang ia kembangkan tidak mudah ditiru.
Balik lagi ke topik utama. Kita tahu, perkembangan teknologi mengubah banyak hal termasuk karya seni. Hal ini melahirkan suatu bentuk baru yang dinamakan seni digital.
Seni digital adalah sebuah bentuk kesenian yang memperlihatkan bagaimana teknologi dan kesenian saling berkaitan, membentuk simbiosis mutualisme. Keduanya membutuhkan satu sama lain. Seni membutuhkan perangkat teknologi untuk berkembang. Kesenian menyediakan pasar yang teknologi butuhkan.
Auratic painting |
Perkembangan ini juga melahirkan suatu gaya baru yang disebut auratic painting. Adalah Pak Eko Budhi Purwanto yang pertama kali memperkenalkannya, sehingga dapat disebut sebagai penggagas atau pelopor. Beliau adalah seorang maestro lukis dari Magelang.
Auratic painting bermain dalam goresan dan warna. Ini adalah ciri khas yang ditonjolkan dan menjadi media terapis bagi penikmat lukisan tersebut.
Auratic painting
Kiranya kita semua sepakat bahwa tak ada satu orang pun di dunia yang tidak mengalami ujian hidup. Satu per satu problematika hidup muncul dan membayangi. Sebagian bisa cepat diatasi, sebagiannya mengendap menunggu penyelesaian. Endapan demi endapan bisa menjadi gangguan psikologis yang serius. Sedemikian seriusnya karena terkadang bersifat kronis atau menahun. Kadang bersifat akut atau kritis.
Masalah demi masalah yang terus menumpuk itu adakalanya berasal dari karakter diri sendiri. Karakter spesifik yang merugikan itu menghasilkan perilaku yang menghambat proses penyelesaiannya.
Jika terjadi hal semacam ini, ada satu jalan yang diperkenalkan oleh Pak Eko Budhi Purwanto. Namanya auratic painting. Aura painting dapat digunakan untuk mengubah perilaku seseorang secara instant dan signifikan, ke arah yang diinginkan, melalui media lukisan dan warna.
Kita perlu mengenal tentang apa itu psikologi warna. Psikologi warna merupakan cabang dari ilmu psikologi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh warna terhadap perasaan, suasana hati, dan emosi. Tak hanya persoalan emosi, warna juga bisa memengaruhi perilaku manusia dan reaksi fisiologis.
Tanda-tanda yang bersifat simbolis dalam sebuah lukisan |
Lukisan juga bisa menjadi media penyampai suatu pesan. Bahkan melukis pun bisa menjadi sebuah terapi psikologi. Ada pesan-pesan psikologis lewat tanda-tanda yang bersifat simbolis dalam sebuah lukisan. Dari sini kita bisa memahami seberapa ampuh peran auratic painting dalam dunia psikologi.
Untuk memastikan pesan tersebut sampai, Pak Eko Budhi Purwanto menggunakan digital ink block art.
Digital ink block art
Digital ink block art merupakan sebuah karya seni lukis dengan teknik menyusun berbagai macam blok tinta secara digital. Teknik ini dapat memastikan pesan sampai pada orang yang melihatnya. Tak ada gradasi, dan tidak dikerjakan menggunakan software. Bagaimana cara membuat lukisan dengan digital ink block art? Hoho, sudah pasti tidak akan dibuka rahasianya untuk umum.
Bagaimana digital ink block art dapat mempengaruhi seseorang sehingga menjadi sebuah terapi? Penjelasan sederhananya dapat kita temui dari perilaku selama pandemi ini.
Pandemi membatasi aktivitas kita ke luar rumah namun membebaskan kita berkelana secara digital. Maka dikenallah istilah "telepresen" atau "telepresensi". Saya misalnya, bisa pergi ke Musee du Louvre untuk melihat lukisan Monalisa dengan bantuan aplikasi Google Arts & Culture. Saya hadir namun secara fisik sangat jauh, sehingga disebut telepresensi. Saya melakukannya beberapa kali, tapi di Rijks Museum Amsterdam. Atau yang lokal seperti Museum Ronggowarsito.
Meski saya dapat melihat karya seni di sana, dan dengan pengaturan tertentu yang lihai, pengunjung seperti saya tetap dapat terkesan. Namun kesan tersebut tidak mendalam. Hal ini karena apa yang saya lihat sejatinya adalah gabungan dari banyak foto yang diolah dengan teknologi tertentu, sehingga ada batas tertentu. Saya tak dapat menangkap aura sebagaimana yang disebutkan oleh Walter Benjamin sebagai “experiencing the aura of a phenomenon".
Itulah sebabnya auratic Painting disebut sebagai seni lukis yang memadukan teknologi, art, dan psikologi, untuk kepentingan psikoterapi. Seni lukis Auratik ini, mempunyai minimal dua peran yaitu:
1. Untuk memperindah tata ruang,
2. Sebagai media psikoterapi untuk keluarga, anak-anak, remaja, dan untuk kepentingan bisnis.
3 poin penting dari auratic painting
Sudah memahami perbedaan antara auratic painting dengan digital painting pada umumnya? Menarik ya, bagaimana sebuah lukisan bisa menjadi terapi untuk pribadi atau kolektif. Menjadi sebuah psikoterapi yang ampuh.
Lukisan psikoterapi dapat dipajang di sebuah ruangan yang digunakan sebagai aktivitas berkomunitas/berorganisasi, sehingga seluruh anggotanya dapat memiliki visi-misi yang sama serta konsisten. Atau bisa menjadi dekorasi salah satu ruang keluarga untuk membentuk bonding keluarga.
Auratic painting memiliki kelebihan, yaitu sebagai satu solusi untuk segala permasalahan pribadi dan organisasi. Seni ini punya 4 poin penting, yaitu:
- Mudah dan efektif. Sebuah lukisan juga punya kemampuan mengubah budaya diri atau organisasi secara mudah dan efektif.
- Sebagai dekorasi yang bernilai estetika untuk dipajang di ruang tamu atau kantor. Hanya maestro lukis yang mampu membuat sebuah kukisan auratik.
- Tepat sasaran. Lukisan auratik dapat membantu menyelesaikan permasalahan dengan sasaran tepat, tanpa membuang banyak waktu konsultasi.
Terapi seni menggunakan jenis lukisan ini dapat bekerja secara efektif karena membantu menemukan wawasan penting tentang diri kita sendiri dan keinginan untuk lebih baik. Bentuk terapi ini dianggap sangat membantu bagi kita yang merasa "tidak berhubungan" dengan emosi dan kebutuhan. Ini sebuah terobosan dalam beberapa lini sekaligus.
Auratic painting sebagai salah satu bentuk seni menggambar digital menempati ruang istimewa karena menggunakan digital ink block art, yang dapat memunculkan bentuk yang lebih nyata dan kompleks, sekaligus indah dipandang.
Dari segi harga mungkin termasuk pricey namun jika dihitung berapa besar dana terapi yang dapat dihemat, maka tak ada yang namanya terlalu mahal. Yang ada adalah seberapa kemampuan kita dan seberapa kuat keinginan kita untuk mengubah perilaku dan takdir, menggunakan media seni lukis yang sangat unik ini.
7 Komentar
Keren tulisannya, sangat inspiratif... sukses selalu untuk Anisa.
BalasHapusTerima kasih
HapusWah baru tahu ada jenis terapi seperti ini
BalasHapusDengan penjelasan detail tentang Auratic painting ini saya jadi belajar banyak
Terimakasih mbak
Dengan senang hati Mbak. Senang dengn kehadirannya di sini
HapusSetuju sekali nih dengan mbak kalau digital Auratic printing ini untuk sekarang memang sangat Penting sekali ya mbak baik Secara terapi kesembuhan ya
BalasHapusBagi yang membutuhkan, memang menjadi sangat penting. Lagian lebih mudah juga cara dapetin efek psikologisnya
HapusKeren nih artikel Mbak Susi, jd untuk meningkatkan bonding antar anggota keluarga bisa dengan memajang lukisan psikoterapi ya,, yg auratic painting, ada auranya yang bisa memengaruhi psikis kita ya
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)