Bulan Sya'ban sudah terlewat lebih dari setengahnya. Itu artinya sebentar lagi bulan Ramadhan tiba. Banyak persiapan yang perlu dilakukan. Termasuk bagaimana trik ajak anak puasa tanpa drama.
Bagi yang memiliki anak, ini sebuah masa dengan banyak kenangan. Namanya anak-anak, ya, mereka memang menghasilkan banyak cerita yang bahkan bisa dibukukan dalam sejuta kata. Tak beda dengan kenangan berpuasa dengan mereka.
Kebetulan dua anak saya sudah remaja dan sudah terbiasa puasa penuh sejak kecil. Jadi saya ada pengalaman bagaimana membuat mereka mau berpuasa penuh sejak TK.
Kali ini saya punya anak kecil lagi dengan karakter yang lebih bold. Saya agak cemas jika cara lawas tidak berhasil. Tapi cara lawas itu juga sudah digunakan sejak lama dan untuk karakter anak generasi z. Si kecil Gi adalah anak dengan karakter gen alpha. Apa iya bisa dipakai? Oleh karena setiap generasi merupakan hasil uprade maka ilmu mengajak anak puasa juga perlu di-upgrade juga.
Hmmm.. ini sebuah pertanyaan yang belum dapat saya jawab saat ini, karena dia juga baru 3 tahun. Tapi akan saya ujicobakan dengan tanpa paksaan. Pada prinsipnya cara saya ini selain mengandalkan kesabaran juga mengandalkan kemampuan anak mencerna informasi.
Sudah penasaran?
Kenalan dengan ibadah puasa
Mengingat kembali tentang intisari dari ibadah puasa akan sangat membantu dalam upaya megajak anak agar mau berpuasa. Agar kita bisa beradaptasi dengan drama yang terjadi nantinya.
Sejak kecil saya sudah terbiasa dengan definisi puasa menahan diri dari makan, minum serta kegiatan yang membatalkannya dari fajar hingga maghrib, dengan mengharapkan ridha dari Allah SWT. Hal-hal yang membatalkan juga sudah diulang-ulang dalam kajian agar senantiasa ingat. Syukur alhamdulillah, saya tinggal di desa dengan mayoritas beragama Islam sehingga tiap Selasa dan Jumat bisa mendengarkan tausiah dari masjid yang jaraknya cukup dekat.
Penjelasan tentang ibadah puasa untuk anak nyaris tak pernah dilakukan. Itu salah satu alasan kenapa saya menulis kembali pengalaman saya ini.
Tentu saja definisi puasa tidak akan berubah dan mungkin tidak akan pernah. Dari sini pulalah kita perlu selalu kembali saat merasa gagal mengajarkan anak. Itu bukan kegagalan, hanya perlu kembali ke modul awal.
Apa modulnya? Tentu saja syarat sah dan syarat wajib puasa. Itu saja kok. Pasti ingat dengan empat syarat di bawah ini?
- Islam.
- Baligh.
- Berakal.
- Mampu melaksanakan ibadah puasa.
Coba perhatikan dari empat di atas, bukankan anak hanya memenuhi dua syarat saja, yaitu Islam dan berakal sehat. Syarat mampu melaksanakan ibadah puasa bisa dipenuhi oleh beberapa anak namun tak bisa dipakai sebagai patokan untuk semua anak. Sependek yang saya ketahui anak usia dini sampai anak yang belum baligh tidak diwajibkan berpuasa dan diberi pahala sebagai ibadah sunnah. Keluarga yang membantu prosesnya juga mendapatkan pahala sunnah dari puasa si anak.
Anak-anak yang belum baligh tentu saja tidak bisa diberi beban harus puasa penuh selama 30 hari. Hanya 1-7 hari sudah bagus, dengan target utama selama 30 hari tersebut anak sudah berusaha untuk berpuasa dengan kemauannya.
Kemauan ini kuncinya. Bagaimana kemauan ini bisa ditumbuhkan itulah yang perlu dilakukan. Tentu saja mengandalkan keislaman dan akal sehat anak.
Anak puasa dengan drama? Jadikan pelajaran saja!
Saya punya kenangan masa kecil, berupa drama puasa. Kenangan ini entah kenapa selalu saya ingat. Selalu kembali muncul jika mengenang tentang puasa anak.
Saat itu saya kelas dua SD, pulang sekolah meminta makan karena lapar. Saya menangis tersedu karena ibu tidak punya nasi. Menunggu menanak juga tidak mungkin.
Suara tangis saya tersebut didengar oleh tetangga sebelah rumah lalu beliau memberi sepiring nasi dan seiris dadar. Rasanya nikmat sekali. Saya sampai sekarang mengenang beliau sebagai tetangga yang sangatt baik. Memang baik dan elegan.
Pengalaman itu memberi pelajaran bagi ibu, yaitu harus selalu punya minimal sepiring nasi cadangan setiap hari. Tapi saya juga mendapat pelajaran agar jangan sampai terjadi lagi. Saya selalu berusaha bangun tepat waktu untuk sahur. Anehnya sependek ingatan saya memang jadi terbiasa bangun jam 3 dinihari, jam berapa pun waktu tidur saya.
Terkadang inilah penyebabnya. Menurut saya ya.
Salah satu ujian dari puasa adalah kesabaran. Anak menangis karena lapar menjadi cobaan yang sering terjadi, dan anehnya saat kebetulan kita tak punya persiapan. Saya beberapa kali mengalami Dan anehnya anak tidak mau makan roti atau semacamnya. Hanya mau nasi dan lauk sederhana. Sejak saat itu saya selalu menyisakan sepiring kecil nasi dan selalu ada telur di dapur. Ternyata anak TK/SD saya malah bisa puasa penuh!
Hahaha... ini cukup aneh bagi saya yang sudah khatam menemani anak berhasil puasa sebanyak dua kali. Dan saya menebak ini hanyalah bentuk ujian kecil. Seperti ada yang ingin menggoda kita dengan hal yang sederhana namun membuat perasaan kita sebagai ibu menjadi goyah.
Jadi saran saya, kenali pola ujian dalam keluarga kita dan persiapkan agar menang. Kebiasaan menyisakan nasi satu piring kecil ini saya lakukan untuk persiapan dan karena saya punya ayam-ayam tetangga yang selalu datang minta makan. Jadi tak ada satu butir nasi pun yang mubazir.
Ajak anak puasa tanpa drama
Di atas sudah saya sampaikan bahwa kunci yang perlu kita pegang adalah "kemauan", lebih tepatnya kemauan anak untuk puasa. Modal yang perlu diingat adalah syarat wajib dan syarat sah puasa. Fokus pada dua syarat:
- Berakal.
- Mampu melaksanakan ibadah puasa.
1. Menumbuhkan kemauan dari dalam, dengan cara:
- Ceritakan tentang ibadah puasa jauh hari sebelum Ramadhan. Ceritakan bahwa ini adalah sesuatu yang amat sangat dinantikan.
- Buat aktivitas berbuka sebagai sesuatu yang ditunggu bersama dengan bahagia.
2. Buat target rasional sesuai usianya, dengan cara:
- Berikan contoh puasa yang baik dan benar, dan pastikan anak memperhatikannya, juga mempertimbangkan kekuatannya.
- Jumlah jam puasa menyesuaikan dengan usia dan kebiasaan jam lapar anak.
- Lakukan secara bertahap, dengan menambah satu jam dari jam makan anak (jika ia masih 3-4 tahun) selama 3 hari pertama lalu tingkatkan jumlah jamnya sampai bisa mencapai target keluarga.
3. Faktor pendukung kesuksesan anak berpuasa, yaitu:
- Menu buka puasa yang menarik bagi anak.
- Penghargaan jika anak berhasil berpuasa, menyesuaikan kondisi dan target yang ditetapkan keluarga.
- Hargai usahanya menahan lapar dan haus. Jangan mengejek bila anak tidak berhasil dengan target kita.
Usia berapa anak mulai berpuasa?
Kalau tentang kapan waktunya anak bisa dilatih berpuasa, saya mengenalkan anak pada puasa pada usia 3 tahun untuk anak pertama, usia 4 tahun pada anak kedua, dan pada usia 3 tahun untuk anak ketiga ini. Tentu saja setiap usia punya target dan jadwalnya tersendiri. Tak bisa disamakan.
Misalnya usia tiga tahun, tak bisa mengharapkan anak benar-benar berpuasa. Hanya bisa membangunkan anak pada jam makan sahur agar ia merasakan kebersamaan saat makan. Ia saya kondisikan "terlambat makan" saja, mulai dari 1-3 jam lalu meningkat jumlahnya.
Tapi saya takkan mengizinkan anak usia 3-5 tahun saya menahan lapar sampai Maghrib. Sampai jam 3 sore saja lalu ia bebas makan menu berbuka yang saya siapkan. Anak usia ini masih butuh banyak nutrisi untuk perkembangannya.
Mengajak anak sahur selain untuk memberi contoh juga agar ia dalam kondisi kenyang cukup lama, sampai waktunya menanak nasi kembali, yaitu pukul dua siang. Tapi teknik untuk anak yang masuk sekolah TK akan beda lagi karena lazimnya mereka terbiasa dalam kondisi lapar dan haus saat pulang ke rumah. Untuk mereka, saya memberi toleransi minum air putih jika memang haus, sebelum target menahan laparnya tercapai. Ingat ya, target ini dibuat bertahap per 3-7 hari, untuk membuat anak terbiasa.
19 Komentar
Mengajari si kecil puasa memang suatu moment berharga buatku Mbak. Insyaallah si kakak akan belajar puasa 1 hr full nih tahun ini. Kalau si adik yg 3 th masih perkenalan saja.
BalasHapusBenar Mbak. Ini yang paling ditunggu sekaligus bikin deg-degan
HapusKalo saya mengalir aja Mbak, karena di usia TK-Sd, anak saya kalo makan ngemut, jadi kebayang makan sahurnya gak maksimal
BalasHapustapi masih mending karena ada yang melarang anaknya puasa sejak dini, "takut kurang gizi' katanya
waduh
Saya jadi ingat dengan sahabat saya yang mengajarkan anaknya usia 10 tahun untuk puasa.Awalnya anaknya tidak mampu hanya setengah hari tetapi karena ada reward yang diberikan jika berhasil puasa penuh setiap hari selama sebulan si anak jadi semangat,ah keren deh
BalasHapusmemang kadang ada drama ngajak anak puasa ya
BalasHapusKalau saya sulit di anak pertama. Pas anak kedua karena lihat kakaknya puasa jadi ada teman, no drama, lancar jaya
Alhamdulillah bagi yang memiliki putra putri bisa puasa bareng tahun ini. Belajar sejak kecil mengenal apa itu puasa insyaallah semakin dewasa semakin bisa mengamalkannya. Aamiin...
BalasHapusWah, mengajarkan anak berpuasa memang seru banget ya Mbak.
BalasHapusTerima kasih insight-nya.
Saya juga sedang bersiap mengajak anak kedua saya untuk coba berpuasa pertama kalinya, nih.
Saat anak pertama Alhamdulillah sudah sukses puasa sejak usia 5 tahun, langsung bisa full sampai Magrib dan 30 hari penuh.
Nah, untuk anak kedua mungkin tantangannya akan berbeda nih, karena karakter anaknya juga beda, hehehe.
Wah ini yang sering luput, minimal ada persediaan nasi dan lauknya jadi gak kelabakan ketika drama puasa tiba-tiba datang.
BalasHapusWaktu anak-anak masih kecil dulu, saya memberikan reward jika puasanya penuh, tanpa pernah batal. Agak besaran, saya rangsang hadiah jika puasanya penuh + 1 day 1 juz. Alhamdulillah berhasil.
BalasHapusMengajari anak puasa sejak dini menjadi hal penting bagi kita orang tua, apalagi puasa ini hanya setahun sekali datangnya, yaitu di ramadhan. Drama selalu ada ya, Kak. Seperti anak pertama saya, usia 5 tahun kurang puasa pertama kali, meskipun tidak penuh. Tapi setidaknya sudah berusaha memahamkan. Agak akhir ada beberapa hari penuh. Sekedar membiasakan dan mengenalkan, toh mereka juga belum wajib puasa. :D
BalasHapusSaya juga sudah sounding sama Toto kalau sebentar lagi puasa mbak, semua orang di rumah puasa, jadi kalau siang nggak akan ada banyak makanan di rumah. Dia sih ngangguk-ngangguk aja, semoga pas hari H bisa ikutan puasa juga.
BalasHapusWah tetangga mbak di jaman kecil itu terus teringat sampai sekarang ya mbak, sepiring nasi dan telur dadar yang menghentikan tangis mbak Susi
Pengalaman mengajak anak berpuasa semenjak dini dan didikan orang tua akan membekas beribadah di kemudian hari. Mengajarkan rasa syukur.
BalasHapusalhamdulillah anakku sejak tk sudah terbiasa puasa, dan skrg malah dia rajin ikutan neneknya puasa sunah senin kamis, alhamdulillah banget
BalasHapusAku setuju dg tulisan kk. Anak2 emg harus dilatih berpuasa sejak dini. Gk pp cuma setengah hari...perlahan tapi pasti. Biar anak cinta ibadah.
BalasHapusAh iya mbak
BalasHapusSebentar lagi puasa ya
Perlu mempersiapkan untuk mengajak anak berpuasa tanpa drama
Anakku masih 4 tahun dan aku mulai deg2an nih nanti kalau mau ngajarin anak puasa. Nggak sekarang sih cuma ya butuh ilmunya. Thx for sharing ya mbak.
BalasHapusAlhamdlillah kemarin si sulung tetiba sahur dan katanya mau latihan puasa. Padahal kami tidak menyuruh. Hnya akhir2 ini sering cerita saja tentang ramadan. Ditambah sounding dari bu guru di sekolah saja. Alhamdlillaah berjalan lancar tanpa drama dan paksaan. Si anak memahami sendiri ttg kewajiban berpuasanya kelak.
BalasHapusDUh, tinggal hitungan jari nih Ramadhan ya. Anak-anakku udah pada gak sabar. Apalagi yang bungsu. Dia mau belajar tamat puasa tahun ini katanya. Janji dia memang nanti kalo masuk SD, mau tamat. Tahun lalu masih setengah hari. Semoga puasa kita semua, termasuk anak-anak bisa lancar ya. Aamiin.
BalasHapusanakku sekarang usia 6 tahun dan mulai semangat pingin sampai mahgrib nih puasanya. Dulu aku ngenalinnya dari buku tentang puasa jauh hari sebelum ramadhan :)
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)