Pernah mengalami writer's block? Saya pernah dong. Bahkan baru saja. Saya sedang menggarap sebuah esai sejarah Jepara dengan bahan melimpah tapi tetap saja progres menulis stagnan di tempat. Di sinilah peran kopi sangat membantu. Selain menyelesaikan penyebab utama kemacetan penulisan ini tentunya.
Writer's block cukup lazim terjadi. Beberapa penulis terkenal mengaku pernah mengalami. Contoh yang sering dikutip adalah writer's block yang dialami oleh J.K Rowling saat mengarang buku Harry Potter and The Chamber of Secrets.
Mungkin benar terjadi atau sebagai penyemangat saat workshop, tapi saat mengakui diri sama dengan yang lain, akan bisa melihat semangat peserta yang kembali naik. Rasanya ini lebih penting daripada sekadar memberi tips mengatasinya. Saya belum terkenal, tapi sebagai penyemangat bagi peserta pelatihan menulis yang saya ampu, saya menyatakan itu wajar terjadi.
Cerita writer's block
Anehnya itu langsung terjadi pada saya. 2 minggu ini saya resah gelisah dan gundah gaulana karena mengalami kebuntuan menulis. Saya sudah menemukan permasalahannya, tapi gagal mengurai permasalahan tersebut. Saya memaksakan diri mengerjakan sesuai urutan. Padahal jika tulisan mudah selesai, pikiran bisa lebih fokus.
Ceritanya, saya sedang ada 3 pekerjaan besar yang harus segera dikumpulkan dan saya salah meletakkan urutan pengerjaan. Itu masalahnya. Saya menentukan prioritas berdasarkan urutan waktu pekerjaan tersebut datang. Dua lainnya adalah susulan dan pada dasarnya cepat dikerjakan. Kalau penting dan mendesak, ketiganya penting dan mendesak.
Sementara mengerjakan 3 proyek itu saya tetap menerima job menulis yang termasuk ringan dan pekerjaan harian. Alasannya karena memang tidak menyalahi "kandang waktu" harian. Kan memang pekerjaan harian...
Permasalahan kedua adalah saya mendapatkan beberapa distorsi menyenangkan: aneka workshop sejarah yang saya ikuti dengan semangat 2021. Workshop tentang jalan Pantura (4 sesi), tentang sejarah perempuan (3 sesi) dan ketahanan pangan pada masa kuno berdasarkan prasasti/relief candi. See... betapa menyenangkannya.
Apa itu writer's block?
Writer's block jadi salah satu permasalahan serius bagi penulis, terutama pemula. Mayoritas menjadi permasalahan yang tak pernah selesai dan berujung pada keinginan berhenti menulis.
Writer's block dalam bahasa Indonesia berarti "kebuntuan menulis" atau "kemacetan menulis". Intinya tak sanggup lagi meneruskan tulisan bagaimanapun upaya yang sudah dilakukan untuk melanjutkan. Yang satu ini menjadi pertanyaan paling sering diajukan di peserta workshop kepenulisan yang saya ampu.
Oh, disclaimer dulu: jumlah workshop yang saya ampu masih sangat sedikiiit. Saya masih menjadi penulis tanggung yang serba canggung. Mengaku terlalu tua dan memilih tema penulisan yang jauh dari jurusan kuliah saya. Tapi memang sejarah adalah bidang ilmu yang sangat terbuka bagi siapa saja. Apapun disiplin ilmu bisa dijadikan kajian sejarah.
Saya selalu membesarkan hati para peserta karena memang ini sangat wajar terjadi. Perlu ditelisik kembali ke dalam mengapa ia mengalami writer's block. Apakah karena kurang menguasai topik yang ditulis, ada pekerjaan yang menyita perhatian, ada masalah dengan hati atau emosi, atau sekadar kurang kebutuhan utama menulis?
Penyebab writer's block dan cara mengatasinya.
Saya membuat daftar kecil penyebab kebuntuan menulis sesuai dengan apa yang terjadi pada saya. Daftar ini sangat mungkin ditambah menjadi lebih banyak. Dalam daftar saya berikan sekaligus tips cara mengatasinya.
1. Kurang menguasai topik yang ditulis
Mungkin ini penyebab yang paling sering terjadi. Ingin menulis sesuatu tapi ide mentok tak bisa digali lagi. Kondisi ini terjadi karena budaya riset dan membuat kerangka tulisan belum menjadi bagian dari persiapan menulis.
Maka tak ada jalan lain kecuali alih-alih memaksa menulis lebih baik membaca tulisan orang lain yang memiliki topik/ide/long tail keyword sama. Temukan poin-poin penting atau kutipan bagus dan mulai susun dalam bentuk kerangka tulisan. Bisa juga disebut kisi-kisi penulisan.
Jangan lupa, jika mengambil kutipan orang harus sertakan namanya dalam tulisan.
2. Ada pekerjaan yang menyita perhatian
Sulit menemukan seseorang yang hanya punya satu prioritas. Mudah menemukan, di zaman sekarang, satu orang mempunyai banyak peran atau pekerjaan. Tarik menarik atensi peran/pekerjaan bisa menjadi penghambat serius dalam menulis.
Mayoritas penulis atau bloger yang saya kenal punya peran sebagai ibu rumah tangga. Beberapa nama memilih hiatus menulis demi bisa fokus pada keluarga. Lebih banyak yang merasa menulis adalah jalan ninjanya. Yang mana pun sah-sah saja. Yang penting adalah bahagia dengan apapun peran yang dipilih.
Jika ada tabrakan pekerjaan yang menghambat proses menulis, sebaiknya segera selesaikan. Contohnya saya, ada 3 pekerjaan menulis, selain beberapa pekerjaan membuat konten di IG dan Twitter.
Tiga proyek menulis yang menurut saya dua di antaranya harus sangat serius. Satu di antaranya bahkan harus selesai dalam 1 tahun dan mungkin menjadi karya terakbar sepanjang masa saya. Saya memilih mengerjakan yang paling dahulu datang dengan potensi income paling cepat lagi besar datang.
Dan saya salah memilih, tentu saja, sehingga terjadilah writer's block. Akhirnya, tadi malam saya menggarap satu yang paling cepat selesai. Hari ini menulis yang paling mudah, bahkan menulis artikel ini untuk pendukung tulisan.
Anggap saja bonus.
Nanti malam saya akan mengerjakan antrian tulisan kedua. Tulisan yang masih mangkrak akan saya tulis esok atau lusa setelah yang kedua selesai. Prinsipnya jika 2 dari 3 tulisan selesai maka tinggal 1 tulisan. Saya tidak lagi merasa harus diburu-buru waktu. Tidak merasa dikejar-kejar bayangan sendiri.
Apa poinnya? Cari mana yang paling cepat dan kerjakan dengan ekstra cepat baru kembali ke tulisan yang mengalami kebuntuan.....
3. Ada masalah dengan hati atau emosi
Kita manusia, sangat wajar mengalami letupan-letupan emosi. Beberapa terlalu menyita perhatian sehingga tak bisa menyusun kata-kata. Kata bertebaran tapi tak mampu ditangkap apalagi disusun dengan bahasa yang enak dibaca.
Tak ada jalan lain, selain menyelesaikan masalah tersebut. Minimal mampu menyingkirkan emosi negatif tersebut di belakang. Emosi positf juga kadang bisa membuat otak membeku dan tak bisa menulis, lho, meskipun sangat jarang terjadi.
Namun saya punya pengalaman paling berkesan saat patah hati dengan aneka emosi negatif yang membakar hati. Ternyata puisi indah atau kalimat-kalimat prosa memesona justru muncul saat manusia sedang patah hati. Percaya?
4. Ada kebutuhan menulis yang harus dipenuhi terlebih dahulu
Setiap segala sesuatu mempunyai hal yang harus ada. Kadang sangat sedikit dan sederhana, kadang kompleks. Contoh paling sederhana adalah ingin menulis dan butuh media. Media ini bisa kertas dan pulpen, bisa gawai, bisa platform menulis. Apapun itu, dibutuhkann dalam proses menulis.
Atau ingin menulis tetapi lapar, mengantuk atau tak punya waktu. Ini juga berhubungan dengan kebutuhan menulis.
Jika yang kurang adalah kebutuhan alat tulis, maka penuhi, meski terpaksa seminimal mungkin.
Jika lapar, maka makanlah dahulu.
Jika haus, maka puaskan dahagamu.
Jika mengantuk maka tidur saja.
Jika menulis butuh kopi maka lengkapi dulu.
Jika menulis butuh musik, maka segerakan memenuhinya.
Jika butuh ketenangan, maka ciptakan.
Jika tak ada waktu menulis, maka luangkan meski harus kurang tidur.
Jika kurang bahan tulisan maka bacalah.
Jika butuh DL untuk lancar menulis... JANGAN BIASAKAN.
Penuhi kebutuhan tersebut sebelum menulis dan terkejutlah dengan hasilnya.
5. Distorsi dalam menulis
Distorsi dalam menulis bisa menjadi hambatan serius namun bisa juga dialihkan menjadi pijakan dalam menulis. Ini semua tergantung pada kemampuan penulis dalam menggunakan apa yang ada sebagai pemantik.
Contoh distorsi yang menyenangkan sudah saya paparkan sebelumnya yaitu aneka webinar kesejarahan yang sangat menarik dan berjilid-jilid. Saya membutuhkannya untuk buku ketiga saya yang masih dalam proses riset.
Contoh distorsi lainnya yang tidak menyenangkan misalnya anak sakit, ada lelayu, atau dinas mendadak. Apapun itu, biasanya berasal dari luar diri kita. Dari faktor ekstrinsik.
Yang bisa kita lakukan hanyalah 3, yaitu 1) selesaikan jika bisa selesai, 2) ikuti alurnya jika tak punya kendali, atau 3) jadikan pemantik atau pelontar bagi kegiatan menulis kita.
Kopi sebagai Solusi writer's block
Kopi menjadi komoditi penting dunia. Milyaran manusia menjadikan kopi sebagai stimulan konsentrasi atau penyemangat hari. Kerja dengan otak maupun otot membutuhkan minuman beraroma khas ini. Berada di gunung atau di tengah laut, dia juga yang paling banyak diminum.
Hal ini bisa dimaklumi karena kafein dalam kopi merupakan stimulan alami yang mampu meningkatkan fokus dan kewaspadaan diri. Kopi terbukti dapat meningkatkan energi metabolisme otak dan meningkatkan neurotransmitter otak (asetil-kolin), yang secara kolektif akan meningkatkan konsentrasi dan kewaspadaan.
Apapun permasalahan dalam menulis yang saya penuhi, kopi selalu jadi solusi. Tugasnya bukan hanya untuk membuat tidak mengantuk, akan tetapi untuk menciptakan perasaan positif sehngga lebih konsentrasi dalam menulis.
Anehnya, mayoritas writer's block saya dapat diatasi dengan kopi, meskipun tak menjadi solusi satu-satunya. Jadi jika mengalami kebuntuan menulis bisa dipastikan saya minum kopi sembari memenuhi apa yang dibutuhkan agar bisa menulis.
1. Kopi bukan obat kantuk
Kopi tidak bisa menghilangkan kantuk saya secara tunggal. Tak bisa mencegah saya tidur. Saya tetap memilih tidur kecuali ada tambahan urgenitas. Tapi tak selalu berhasil. Jika sudah mengantuk tak ada jalan lain kecuali tidur. Ratusan kali saya tidur setelah minum kopi, bahkan bisa tidur jauh lebih nyenyak dari biasanya.
Kopi, diskusi menarik dan camilan adalah obat kantuk yang ampuh. Jadi ia tak bisa berdiri sendiri.
Kopi bisa digunakan sebagai anti-kantuk - atau lebih tepatnya mencegah kantuk - dengan cara diminum beberapa jam sebelum masa genting menulis. Jadi bukan saat mengantuk kecuali ada temannya kopi.
2. Kopi sebagai stimulan konsentrasi
Kopi memiliki kandungan kafein yang sifatnya menstimulasi kerja sistem saraf pusat. Inilah yang membuat tulisan lebih bernas jika menulis ditemani bercangkir-cangkir kopi. Berjilid-jilid hasil riset dapat diramu menjadi tulisan ringkas dan padat tapi sangat informatif. Dan tentu saja enak dibaca.
Kopi membantu meningkatkan kemampuan mental terutama pada kewaspadaan, ketelitian, perhatian, dan konsentrasi. Ini lho alasannya. Tapi, tentu saja ada syarat kopi bisa melakukan keajaiban ini. Salah satunya adalah kapan waktu yang tepat saat meminum kopi agar mendapat konsentrasi yang klimaks. Nanti saya beritahu.
Otak fokus pada apa yang dilakukan dan lebih tepat dalam memilah kata-kata yang diperlukan dalam membuat tulisan. Hasilnya memang akan selalu sesuai dengan kemampuan menulis yang dimiliki. Tak ada peminum kopi yang tiba-tiba secanggih penulis terkenal yang diidolakan. Ada proses panjang yang dilalui untuk sampai ke sana.
3. Kopi membuat hati bahagia
Saat hati bahagia, rasanya menulis apapun lebih lancar. Kopi bisa membantu dalam prosesnya.
Kopi dapat meningkatkan produksi dopamin dalam otak. Si penghasil perasaan senang ini dapat mengubah suasana hati dengan cepat. Tak heran jika dikatakan bahwa kopi juga dapat mengubah suasana hati menjadi baik.
Dopamin mempercepat produksi hormon serotoni dan menemaninya dalam menciptakan perasaan positif yang bertahan lama. Perasaan ini terkadang menjadi kamuflase dari perasaan sedang dikejar untuk mengerjakan sesuatu secepat mungkin. Jadi tidak selalu bernilai positif. Harap bijaksana dalam mengkonsumsi kopi.
Artinya, jangan minum 10 cangkir kopi saat sedang putus dengan pacar... atau saat merasa sedih akibat suatu kegagalan... atau saat butuh ketenangan agar lancar ijab qobul....
4. Hati-hati... kopi juga obat tidur
Saya sering sekali tidur tepat setelah minum kopi. Bahkan pernah minum kopi dua gelas dan hasilnya adalah tidur yang lebih lama. Pernah juga minum minuman berkafein tinggi agar stamina tetap naik lalu berakhir dengan pintu digedor seluruh penghuni kos karena dikira pingsan.
Ceritanya saya tertidur setelah pamitan ke kampus untuk persiapan panitia OSPEK dan oleh karena ada satu benda ketinggalan saya masuk lagi ke kamar tanpa diketahui oleh teman. Saya terlalu mengantuk sehingga tertidur di lantai dengan tas punggung masih menempel dan kaki bersepatu.
Malam itu saya dicari beberapa orang karena menjadi bendahara dsb dsb dsb dan tak ada yang tahu keberadaan saya. Jadi setelah berusaha mengintip dari korden jendela dan menemukan saya tidur telungkup di lantai, teman-teman dengan panik menggedor pintu.
Ada pengalaman serupa dengan penyebab beda, tapi intinya adalah kafein dan tubuh yang kelelahan adalah obat tidur yang sangat ampuh. Karena pada sesi lain saya tidur jam 5 sore (sambil menunggu antrian mandi) dan digedor lagi jam 7 pagi karena harus ke kampus....
Saya baru pulang dari orientasi penerimaan anggota baru untuk pecinta alam di kampus dan beratnya saat itu sungguh berat. Seminggu saya tak bisa tertawa tanpa rasa sakit yang mendesak di bagian perut akibat ratusan kali shit up, push up dan squat jump. Minimal 50 kali setiap satu pemberhentian dan jumlahnya ada 17 kalau tak salah.
Kapan sebaiknya minum kopi?
Apakah Sobat Cakrawala Susindra perhatikan jika ada acara apapun selalu ada tea break atau coffee break? Biasanya jam 10 dan jam 2 siang, ya.
Itulah saat yang tepat untuk mendapatkan high ending writing pada jam kritis. Umumnya efek kopi bertahan selama tiga sampai lima jam setelah meminumnya. Jadi kopi disajikan pada jam 10 agar peserta workshop tetap konsentrasi selama acara.
Waktu yang paling tepat untuk minum kopi adalah saat produksi hormon kortisol mulai menurun, tepatnya pada jam yang kita kenal dengan istilah coffee break, antara jam 9.30-11.30.
Kopi pada siang hari disajikan lebih pada upaya untuk menghasilkan perasaan senang dan bahagia sehingga tetap mengikuti acara sampai akhir. Tentu saja juga agar konsentrasi tetap tinggi.
Di sini perlu rambu-rambu khusus. Jika toleransi pada kopi rendah sehingga efek "on lebih dari 5 jam, maka jangan ambil kopi saat jeda siang tersebut. Pilih teh saja. Agar nanti malam tetap bisa tidur nyenyak.
Saya minum kopi pada pagi hari, siang jam 11, sore jam 4, dan jika lembur maka ditambah kopi jam 9 malam. Maka saya akan bisa menulis sampai jam 1 dini hari. Namun kunci paling penting bagi saya adalah kopi pada pagi dan sore hari, sebagai stimulan agar konsentrasi lebih baik dan terutama tidak mengantuk.
Kopi siang dan malam hanya bersifat sebagai pleasure alias menyenangkan hati.
Hati-hati! Lagi-lagi saya beri warning ya. Jangan tiru cara saya minum kopi. Efek samping minum kopi setiap hari secara berlebihan atau lebih dari tiga cangkir per hari dapat membuat seseorang dengan toleransi rendah bisa mengalami jantung berdebar, cemas, panik, dan susah tidur.
Saya sudah terlalu terbiasa dengan kopi sehingga sulit rasanya sehari tanpa kopi. Beberapa kali bisa ditahan, paling lama adalah 2 minggu saja, setelah itu kembali lagi. Yang bisa menjauhkan saya dari kopi hanya tiga, yaitu sakit yang membuat intoleransi kopi, hamil dan menyusui.
Menurut Mayo Clinic, minuman kopi yang sehat adalah kopi hitam yang diseduh dengan filter tanpa tambahan krim, susu, dan gula.
Secangkir kopi di pagi hari atau di sela-sela jam kerja akan membantu menjaga konsentrasi tetap baik sepanjang hari. Jika ingin mendapatkan manfaat serupa pada malam hari maka minumlah kopi pada sore hari. Minum kopi pada malam hari apalagi dalam kondisi mengantuk tiada gunanya karena akan semakin mengantuk dan obatnya adalah tidur. Biasanya akan cepat pulas dan tidur lebih nyenyak.
Lain waktu saya akan menulis tentang kopi sebagai antioksidan dan kopi sebagai bahan kecantikan.
Pesan terakhir saya bagi para penulis atau calon penulis, "Semua tulisan bagus asal memenuhi kebutuhan pembacanya, jadi tips 100 kata pun bisa jadi tulisan bagus sepanjang bisa dipahami isinya. Semua tulisan memiliki takdirnya sendiri. Maka tulislah sampai merasa sudah cukup menulis."
Teman saya memberi tambahan bagus dalam kegalauannya dan saya menjawab waktu itu, "Selama tulisan memenuhi 5w1H dan dibutuhkan, tak ada pembaca yang merasa dikentangi. Tulisan tersebut sudah memenuhi takdirnya sebagai tulisan yang bagus. Perihal apresiasi dan pemujaan sebagai penulis terkenal, tak ada jalan lain kecuali banyaknya tulisan yang pernah dibuat dan kesempatan menebarnya dalam skala yang lebih luas."
Tulislah sampai kamu merasa sudah saatnya berhenti menulis.
Artikel ini dibuat untuk mengurai writer's block yang sedang saya alami, dan itu berhasil! Semoga artikel Serba-Serbi Kopi dan Kopi sebagai Solusi Writer's Block ini membantu semua sobat yang membutuhkannya. Semua gambar dari Canva Pro dengan common license.
27 Komentar
saya suka kopi :) saya sedang mengalami kebuntuan karena isi kepala rasanya penuh mba, jadi bingung mau yg mana dulu. Seolah2 isi kepala saling bertabrakan. Pengen ngerombak novel anak utk dikirimkan lagi ke penerbit, pengen bikin buku kumpulan flash fiction, pengen bikin buku non fiksi, pengen mulai teratur lagi isi blog, dll. Jadi akhrinya bingung... hehe
BalasHapusSolusinya tulis semuanya dalam kategori-kategori tertentu Mbak.
HapusMudah/cepat dikerjakan
Penting-mendesak-mudah
Penting-mendesak
Mendesak
Penting
Cukup mendesak
Cukup penting
Setelah itu mulai deh kerjain satu per satu
Di antara tulisan berat diselingi tulisan mudah sebagai penyemangat.
Kadang punya 5 tulisan mudah dan 5 tulisan sulit, jika mudah selesai dulu itu rasanya sudah separuh jalan mengerjakan.
Jadi beban juga berkurang separuh. Hihihi.
Kayaknya saya termasuk penderita writer's block deh. Apalagi kalo lg banyak kerjaan offline, menulis pun jadi buntu untuk menuangkan ide.
BalasHapusNah, bener, kopi juga sebagai alternatif biar semangat lg nulis. Maklum pejuang DL mah gitu, ide baru muncul kalo pas mau selesai waktu buat pengumpulan tugas dls
Masyaallah super lengkap pembahasannya. Aku kok gak pernah ngerasa tidur lebih nyenyak ya kalau minum kopi hahaha. Btw ceritanya lucu banget. Gimana kelanjutan tuh ? Ternyata writers block banyak juga penyebabnya.
BalasHapusSebagai pencinta kopi aku setuju banget sama tulisan ini hihi.
BalasHapusKalau ngga ngopi seharii tuh rasanya ngantuk mulu mbaa wkwkwk.
Btw cerita kak susi bikin ketawa pagi2 <3 hahaa
Aku dulu pecinta kopi banget. Tapi beberapa tahun ini harus stop karena asam lambung yang langsung kumat kalau kena kopi. Tenang banget kayanya ya nulis sambil ngopi, hmm rindu.
BalasHapusbetul sekali mba, saya termasuk yang suka sekali bekerja sambil menikmati kopi, kadang moodnya lg pgn hot coffee or kalo siang lebih josss ice coffee kalo saya
BalasHapusSebelum aktif ngeblog, saya tuh nggak pernah lho ngalamin yang namanya Writer's Block. Baru-baru ini aja pas ngeblog jadi sering kejedug WB (eh bukan Warung Bloggers tapi ya).
BalasHapusKalau saya sih, lagi menjajaki penggunaan editorial list. Bukan editorial list yang gimana-gimana sih, sebatas poin-poin ide tulisan. Soalnya gimanaya, saya sama si IDE ini suka main petak umpet. Pas IDE datang, pas saya lagi nggak bisa nulis (misal lagi nyetir). Eh giliran udah bisa nulis, giliran dia ngumpet.
Jadi, supaya dia nggak tersinggung, tiap kali dia datang, saya catat dulu maunya apa dia. Trus tar ketika saya dah ready nulis, saya buka lagi tuh catetan tadi.
Gitu sih.
Saya juga sering banget ngalamin writers block, dan yang saya lakukan biasanya staycation atau nulis di cafe, ganti suasana gitu. Oh dan saya juga pecinta kopi, entah kenapa tiap kali datang ke coffee shop, hati berasa tentram banget, nyaman sama aroma biji kopi yang di roasting
BalasHapusKelima penyebab writers block di atas juga ada dalam kasus saya. Intinya pada saat writers block, hati untuk menulis (tema yang diharuskan) itu tidak ada. Rasanya berat saja. Dipaksain juga nggak bisa. Jadi solusinya memang harus dikembalikan dulu moodnya, bisa salah satu caraya dengan minum kopi ini.
BalasHapusSaya mba doyan banget minum kopi tp tetap gak berlebihan cuma pas lg hamil yah ngerem dlu. Klu sambil nulis kdang ngekopi juga
BalasHapusaku cukup sering mengalami writers block, kadang udah duduk manis di depan laptop, malah bingung mau mulai dari mana
BalasHapuside di kepala ada aja, tapi mau mentransfer ke tulisan susah
katanya kopi bikin susah tidur, tapi di aku nggak berlaku, meskipun udah ngopi tetep aja ngantuk.
tapi aku bukan pecinta kopi yang pure, palingan kopi yang udah ada tambahan rasa rasa gitu
Penyebab writer's block ini hampir dialami oleh semua orang termasuk aku. Cara penyelesaiannya beda-beda, tergantung masing-masing. Kalau aku, makan dulu kayanya
BalasHapusWah, menarik! Tapi saya ngga suka ngopi, mba :')
BalasHapusBtw adakah kopi merek atau jenis "khusus" yang dikonsumsi untuk situasi write'rs block tertentu?
Maksudnya ketika merasa belum sepenuhnya menguasai bahasan yang lagi ditulis, pasnya minum kopi ini nih.. kalau karena sebab lain, cocoknya kopi yang satunya lagi... mungkin bisa sharing hehe
aku ya sering writer's block mah.
BalasHapusminum kopi mah wajib. bukan cuma buat ngatasin writer's block, tp juga biar fokus buat semua kerjaan. masa kapan hari aku ga minum kopi pagi, trus bikin sarapan sambil bikin video, ehhhhhhh kameranya ga aku on kan. ga lagi2 deh ga ngopi bangun tidur
Bagian "kalau butuh DL.. jangan biasakan" bikin ngakak sekaligus kejewer wkwk.
BalasHapusAku kalau minumnya kopi hitam bisa tahan mpe 12 jam meleknya wkwk. Tapi sebelum kerja udah tidur dulu sih wkwk.
Mba Susi nampol semuanya nih tulisannya, hehehe
BalasHapusngopi dulu iya sering, sekarang mengurangi. Buntu menulis juga sering, tapi tak tinggalin refresh, nah yang kebutuhan penting, mendesak, ini yang saya mulai terapkan soalnya memang kedistrak dengan kehidupan nyata kadang lupa mau nulis apa
Yang disampaikan Mbak Susi terkait penyebab Writers Block, aku setuju banget deh.
BalasHapusTapi kalau aku biasanya waktu yang tenang, dan tidak bising yg bisa bikin ide bisa bermunculan kembali mbak
Apapun cara mengatasinya, penting tetep menulis ya mba
FIXED.
BalasHapusPagi ini aku juga mau minum kopi. Hehhee..
Kak Susi bisa banget nih...menghadirkan kehangatan sebuah tulisan mengenai writer's block. Kadang yaah, aku nulis sesuai dengan kesukaanku niih.. drakor atau review film, tapi kala writer;s block melanda, bisa jadi lamaaaa dan kalau pun jadi, ada perasaan gak puas.
Memang menulis bukan melihat mood, tapi kita kudu mengenali diri kita sendiri dan menemukan "strong WHY" Mengapa aku harus menulis?
"Tulislah sampai kamu merasa sudah saatnya berhenti menulis."
Aku pernah dapat kerjaan nulis yang aku kurang menguasai krn lagi BU aku terima dan bener nulisnya lama krn susah sekali mikir apa yg dituls huhu.
BalasHapusEmang kalau gk menguasai pengaruh banget yaa
Aku suka kopi tapi bukan yang nyandu banget
Tapi emang kalau abis ngopi biasanya rasanya jd melek dan bersemangat sih
Saya bukan penikmat kopi yang rutin sebab saya punya insomnia, kalau kseringan minum kopi takut malah melek terus sampai pagi. Saya biasanya minum kopi jika ngantuk saat nyetir pulam kampung.
BalasHapusSoal writers block kalau saya biasanya 2 yaitu kurang menguasai topik dan sibuk dengan urusan di dunia nyata misal kerjaan di kantor dan urusan domestik di rumah.
Wah saya banget nih. Ada 1 proyek yang saya nyerah dulu karena writers Block lebih kepada kurang menguasai. Bismillah bisa ngerjain lagi ketika udah mood dan lebih menguasai
BalasHapusKalau aku sih ngerasa banget banyaknya pekerjaan yang bikin writer's block. Nah ngopi bisa menjadi solusi. Biasanya habis ngopi itu langsung crang pikirannya semakin tajam.
BalasHapusMeskipun aku ga suka ngopi tapi aku suka aroma kopi, jadi aku paling makan permen kopi atau aromteraphy kopi juga enak mbak ehehe
BalasHapusAku juga sering mengalami writer block. Bisa nih dicoba minun kopi kalo pas nggak ada ide nulis
BalasHapusAku udah lama nggak minum kopi. Biasanya kalo writers block milih tidur wkwkwk
BalasHapusReaksi kopi beda-beda kali ya mba tergantung metabolisme tubuhnya, ada yang minum kopi jadi seger matanya, malah ada yang biasa2 aja..apalagi kalo ada penyakit misalnya asam lambung dan hipertensi.
BalasHapusiya sih..kadang yang nulis biasa aja suka buntu, gimana yang banyak target menulisnya ...
semoga sehat bahagaia selalu ya..
Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)