Siapa yang menyangka, saya si generasi X akan mengasuh anak generasi alpha. Anak kandung, karena saya melahirkannya pada usia 40 tahun. Meskipun saya bisa dimasukkan ke kategori milenial yang menjadi ciri khas Gen Y. Sebenarnya, seperti apa sih si Generasi Alpha ini dan bagaimana pola asuhnya yang tepat? Saya akan menulis berdasarkan kisah sehari-hari dengan beberapa panduan dari ahli yang saya baca.
Susah senang pengasuhan si generasi alpha
Ternyata memang tak mudah. Dinamikanya lumayan membuat swing mood. Bahkan meskipun saya termasuk gen X yang menjalani kehidupan gen Y dengan sangat nyaman, saya tetap mendapatkan susah senang yang lumayan luar biasa dalam mengasuh putra bungsu kami, Giandra, si kelahiran 18-12-18. Ia menjadi pribadi yang berbeda dengan semua kakaknya di usia yang sama. Ia juga - secara mengejutkan - lebih cepat membuat istilah baru dari informasi yang sedikit.
Contohnya, siang tadi ia minta makan dengan taburan abon cabe dan saya katakan, "Oh, dicabein", setelahnya ia membuat kosakata baru, "ditehin" dan "digulain".
Entah ia pernah mendengar kosakata ini sebelumnya atau tidak, namun kecepatannya mengkorelasikan imbuhan ke dalam kata lainnya memang cukup mengejutkan. Inilah salah satu karakteristik anak gen alpha yang lebih terbuka dalam menerima informasi dan mengolahnya dengan lebih cepat. Mereka memang terlahir bersama teknologi sehingga menjadi jauh lebih canggih daripada generasi orangtuanya, bahkan generasi sebelumnya yang pernah dikatakan sangat canggih.
Apakah generasi alpha akan jadi generasi terbaik sepanjang masa? Mungkin. Setidaknya para ahli parenting kontemporer menyebut mereka sebagai generasi paling terdidik. Ia paling paham teknologi. Srtificial intellegence adalah bagian dari kehidupan nyata mereka sehari-hari.
Baru-baru ini, seorang sahabat yang memiliki yang akan masuk SD menyatakan kegalauannya. Setelah selama setahun penuh sekolah TK secara daring, ada kecemasan nilai TK tak cukup baik untuk sekolah SD yang diincar.
Kelihatannya ini menjadi masalah sejuta umat di dunia, ya. Orangtua cemas dengan pendidikan anak sekolah dasar selama pandemi ini. Mungkin artikel tentang karakter generasi alpha - generasi anak yang sekarang sedang belajar di sekolah PAUD sampai SD kelas 4 - akan membantu orangtua dan elemen pendidikan di Indonesia lebih memahami karakter anak yang mereka didik sekarang ini.
Saya pernah menulis tentang belajar di rumah dengan bimbel terbaik. Pasti menarik.
Definisi generasi alpha
Istilah generasi alpha diciptakan oleh seorang ahli demografi dan futuristik bernama Mar McCrindle, sebagai "generasi setelah Z", yang merupakan akhir dari huruf dalam alfabet. Generasi ini lahir dalam rentang tahun antara 2010 - 2025. Namun pandemi membuat sebuah distorsi yang menciptakan generasi C. Saya akan membahas semua informasi tentang si gen, C yang identik dengan Corona ini lain waktu.
2,5 juta generasi diperkirakan lahir ke dunia setiap minggunya dan mereka terlahir sebagai manusia yang melek teknologi secara alami.
Mereka juga lebih cepat belajar sehingga proses sosialisasi nyata mereka menjadi lebih sedikit. Silaturahmi tidak menjadi prioritas, karena banyak hal yang lebih menarik. Mereka juga lebih individualistik. Bersosialisasi secara virtual lebih disenangi daripada pertemuan secara fisik.
Jangan heran jika saat diajak berkunjung mereka ikut, akan tapi lebih sibuk dengan gawainya. Tenggelam dalam ponsel pintar orangtuanya. Namun jangan salah, otaknya sangat multitasking sehingga banyak di antara mereka tetap menyimak pembicaraan dan akan bertanya pada orangtuanya di lain waktu yang lebih personal.
Karakteristik anak generasi alpha
Mengenal karakteristik anak sesuai zamannya akan membuat ayah dan bunda menjadi orangtua yang mudah menyesuaikan dengan zaman. Juga bisa menentukan pola asuh yang tepat bagi generasi alpha. Juga tidak menjadi bagian dari orangtua kolot; yang gumunan dan panikan.
Tidak pula menjadi sangat resah karena sibuk membandingkan anak dengan anak lainnya terutama yang kita masukkan ke dalam keranjang "kejelekan" karena tidak sama dengan anak sebelumnya.
Yaaaah... begitulah. Anak gen Z yang dulu dikeluhkan sebagai anak yang sulit, diatur akan naik derajat menjadi anak patuh, jika orangtuanya sibuk mencari kejelekan anak gen alpha.... Tak mau seperti itu, kan? Datang ke blog Cakrawala Susindra memang sangat tepat.
Saya cukup sering menulis artikel tentang parenting di sini.
Memahami karakteristik anak generasi alpha akan menjadikan kita sebagai orangtua yang lebih toleran, namun terhindarkan diri dari karakter orangtua permisif. Pasti tahu laaah... itu lho, orangtua yang selalu mengiyakan dan menuruti semua keinginan anak tanpa menjelaskan padanya mana yang boleh dan mana yang tidak.
Juga jangan sampai pakai metode parenting helikopter yang selalu menjadi rescuer bagi anak. Artinya semua kebutuhan anak disuplai dan dilayani.
Orangtua permisif menciptakan anak yang lemah sekaligus penuntut karena semua keinginannya dikabulkan. Si helikopter akan membentuk anak yang mudah depresi hanya karena hal sangat sederhana seperti keadaan tidak sama seperti saat ada ibunya.
Jadi, tetap bijak menghadapi anak, ya...
Saya akan menyarikan apa yang saya baca dari artikel Pahami 12 Karakteristik Anak Generasi Alpha dan Cara Mengasuhnya tulisan Annisa Afani. Tapi saya mengambil 10 saja dan mengembangkannya sesuai pemahaman dan pengalaman mengasuh si generasi alpha di rumah.
Karakteristik anak gen alpha adalah:
1. Paling terdidik.
Dikatakan bahwa mereka akan menjadi generasi terdidik sepanjang sejarah berkat teknologi dan informasi yang tersedia. Mereka belajar lebih banyak dan lebih sering karena data dan informasi berkelindan di sekitar mereka. Mudahnya akses mendapatkan informasi - dan tak ada batas - membuat mereka dengan menjadi manusia paling terdidik sepanjang masa.
Sebenarnya saya sempat ingin mengoreksi menjadi generasi paling pintar namun ini relatif juga. Pintar bukan berarti serba tahu.
Terdidik berarti ia tahu cara mendapatkan dan mengolah informasi. Mereka mungkin sangat ahli dalam pembelajaran visual. Mereka belajar lebih banyak serta daripada para pendahulunya.
2. Paham teknologi
Anak generasi alpha akan menjadi orang yang memiliki integrasi teknologi tanpa batas ke dalam setiap aspek kehidupannya, bahkan saat ia baru lahir. Jika ibunya tahu cara mendidik anak cerdas sejak janin, maka ia punya nilai plus. Mendapatkan stimulasi dengan teknologi atau tidak, anak generasi ini memang terlahir dengan kecerdasan yang lebih. Ia akan dengan cepat menguasai teknologi, perkiraannya, pada usia 8 tahun ia akan melampaui keterampilan orangtuanya dalam hal teknologi.
Mereka memang native atau penduduk asli sedangkan kita si gen X dan Y adalah generasi yang nunut menggunakan teknologi, atau lahir saat teknologi yang digunakan sehari-hari baru dimulai.
3. Artificial Intelligence adalah realitas mereka
Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan menjadi bagian alami dari kehidupan mereka. Menjadi bagian solid dari realitas mereka sehari-hari. Mereka terbiasa melihat dunia dengan banyaknya informasi yang disajikan. Namun hal ini tidak membuat anak menjadi penyalur segala berita.
Etnografi telah mengungkapkan bahwa generasi alpha tidak suka terlalu banyak berbagi informasi.
Ini berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih suka berbagi. Dan kita pastinya tahu bahwa generasi yang paling suka berbagi informasi tanpa disaring adalah generasi X dan generasi sebelumnya. Generasi yang paling mudah tersentuh hoax dan membagikannya tanpa menyadari akibatnya. Hihihi. Yuk bikin artikel tentang cara mengedukasi generasi old ini tentang cara menyaring berita dengan benar....
4. Pembelajaran sangat personal
Generasi alpha terbiasa memiliki akses langsung ke informasi yang dibutuhkan. Salah satunya dari informasi Youtube yang ditonton orang terdekatnya. Ini satu contohnya saja.
Kecepatan belajar mereka luar biasa jika mendapatkan stmulasi yang dibutuhkan. Mereka belajar dengan kecepatan mereka sendiri, pengalaman belajar yang dipersonalisasi dan ditargetkan untuk mengimbangi kemampuannya.
Metode pembelajaran lama menjadi hal yang kuno baginya.
Di sinilah gap yang sesungguhnya antara si anak, ibu sebagai pendidik utama dan sekolah sebagai penentu kualitas anak dibandingkan dengan standar dan temannya. Semua cara lama masih diterapkan kepada anak yang canggih ini, sehingga kecemasan para ibu terhadap masa depan anaknya menggema.
Bagaimana cara menyelaraskan kurikulum si gen alpha ini dan dengan kondisinya yang sudah berbeda? Ruang kelas, modul, dan tutorial pembelajaran online yang lebih kekinian bisa memfasilitasi pendekatan mereka terhadap pendidikan. Ini perlu dijabarkan para ahli pendidikan kontemporer.
5. Media sosial jadi mode interaksi sosial
Generasi alpha lebih suka berinteraksi dan bersosialisasi secara dominan dengan teman dan rekannya melalui media sosial. Bahkan dengan teman virtual yang mungkin takkan pernah mereka temui secara nyata. Lebih jauh, hubungan karib sesama teman sekolah pun bisa jadi intensif di media sosial daripada berjumpa dan mengerjakan proyek secara fisik bersama.
Media sosial memang memudahkan dan membuat anak-anak ini untuk selalu terhubung sepanjang hari. Minusnya, anak yang tidak diberitahu tentang privasi dan etika bermedia sosial sangat mungkin mengalami atau menjadi pelaku pelanggaran privasi dan perundungan di media online.
Bagaimana lagi,
Saat semua serba online, maka norma bersosialisasi bergeser menjadi seberapa besar ia disukai secara online daripada di kehidupan nyata.
7. Tidak suka mengikuti aturan
Generasi alpha tidak dapat dibatasi oleh aturan seperti generasi sebelumnya. Semua kakak dapat diatur jam tidur dan bangun serta rutinitas yang mengikat. Si generasi alpha lebih sulit mengikuti aturan. Jangan stress jika anak sulit diatur kapan tidur dan makannya. Bentuk saja secara lembut dengan banyak diskusi ringan dengan ia sebagai pemberi konfirmasi apa yang diharapkan orang lain untuk ia lakukan.
Energi yang mereka miliki sulit ditahan karena dunia digital yang menghubungkan mereka dengan perspektif tak terbatas untuk membendung kebutuhan diri sendiri.
Alih-alih mengatakan, "Kamu harus tidur jam 8 malam," lebih baik pancing ia membuat daftar apa keuntungannya harus tidur jam 8 malam. Ini akan membuat si generasi alpha mencari tahu dan menemukan apa yang terjadi pada tubuhnya, daripada mendiktenya.
8. Tidak bisa diprediksi
Generasi alpha sangat sulit diprediksi. Mereka sering menunjukkan perilaku baru. Jika sang ibu sudah berhasil menemukan karakter si anak, bisa jadi itu hanya sementara karena masih bisa berubah.
Tidak seperti generasi sebelum yang dapat diprediksi, menargetkan generasi alpha dalam beberapa urusan, bisa jadi merasa jengkel karena anak generasi alpha dapat terus berubah dan tak bisa diprediksi.
Si individualistis ini tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori orang yang dominan. Jadi, pada saat menemukan cara untuk memprediksinya, mereka bahkan dapat menunjukkan perilaku baru.
9. Masa kecil sangat berbeda
Generasi alpha tidak terlalu menikmati waktu luang di luar ruangan seperti orangtua atau saudara dari generasi sebelumnya. Apalagi jika kegiatan itu berupa santai sejenak di pantai tanpa melakukan apa-apa. Konsep dolce far niente atau the art of doing nothing menjadi aneh bagi mereka.
Si generasi alpha hidup di dunia dengan stimulasi kognitif yang konstan, sehingga anak generasi alpha membutuhkan lebih banyak struktur dalam hari-hari mereka agar tidak gelisah.
Masalahnya kemudian adalah keinginan untuk lebih unggul melalui kompetisi dengan teman sebaya menghasilkan dua hal berbeda; butuh pengakuan bahwa ia berprestasi dan mudah stress jika tak mampu mendapatkan apa yang diinginkan.
10. Mereka hidup untuk saat ini
Inilah yang paling mengkhawatirkan bagi saya. Si generasi alpha hidup untuk saat ini. Mereka menggampangkan kesulitan di masa mendatang. Tak ada kekhawatiran tentang masa yang akan datang karena sibuk dengan trend sekarang yang selalu solutif untuk semua persoalan.
Mereka lebih fokus pada kenyamanan individu daripada norma sosial. Tak heran jika mereka menjadi generasi multi kultral yang paling suka pamer pada capaian saat ini.
Keinginan untuk menjadi lebih daripada temannya perlu arahan agar ia menjadi pribadi positif, bukan pribadi yang rentan depresi.
Hmm... agaknya artikel tentang cara mengajarkan anak membedakan antara kebutuhan dan keinginan menjadi sangat penting untuk dibaca.... Atau tips melejitkan potensi belajar anak? Wah, semua artikel parenting saya menjadi wajib baca, nih...
25 Komentar
Anak bungsuku lahir 2019 mba. Mana setelah itu pandemi pula, jadi hampir 1,5 tahun ini jarang ketemu orang. Belum pernah lihat hutan, lihat pantai, lihat sungai pun baru dari jauh. Hiks mesakke. Tapi gimana lagi Kan ya. Gen Alpha yg lahir saat pandemi lebih lg y individualis. Masih untung ada kakak2 nya
BalasHapusSetelah generasi Z ada generasi Alpha. Sbg ortu di era digital kt memang harus paham
BalasHapusYap, tantangan jadi ortu jaman now sungguh luar biasaaaa ya Mba
BalasHapusBismillah.....semoga ALLAH memampukan kita dan memberikan kemudahan.
semangaatt, semangaattt!
Sama mbak, anakku yang kedua juga lahir tahun 2018. Itu makanya ya, seorang ahli psikolog pernah berkata, "anak-anak kita nantinya akan bersaing bukan dengan orang lagi. Tetapi dengan robot." Karena kemajuan teknologi, minimnya sosialisasi. Akhirnya membuat anak-abak generasi alpha hidup bersaing dengan robot.
BalasHapusTidak bisa dengan peraturan dan tidak bisa diprediksi. Mmmm... Memang harus pintar-pintar menetapkan strategi ya, ke anak-anak generasi alpha ini. MasyaAllah. Apalagi mereka hanya hidup untuk masa ini. Mmm. Banyak yang harus dipupuk untuk pengetahuan mereka untuk masa depan. Keren mbak, tulisannya. Menjadi pengingat saya pribadi ini sebagai ibu dari anak-anak generasi alpha
BalasHapusartikel ini cocok untuk mak emak zaman sekarang, menjadi orangtua dimana-mana nggak mudah ya
BalasHapusPunya anak generasi alpha emang kudu pinter2 ngikutin zaman ya mbak. Apalagi sifatnya beda banget, pergaulan beda, cara main beda, berkat melek teknologi duluan. Gak mudah tapi mau gak mau kita kudu terus mengikuti zamannya anak jg ya
BalasHapusbaca uraian Mbak Susi kok serasa mereka, generasi Alpha, kurang membumi ya?
BalasHapusjangan jangan mereka berencana menumbuhkan tanaman via aplikasi
hehehe ..... selalu ada plus minus di setiap generasi ya?
Point ke-7 mungkin yang kurasakan kak saat menjadi guru di sekolah dengan susah payah ya harus menjadi guru piket, mondar-mandir mencari siswa yang terlambat masuk gerbang sekolah eh malah kadang malah asyik ngopi di kantin pojok sekolah hahaha. Kadang generasi alpha ini juga cepet ngilangnya kalo dicari, misal pas bolos ketawan, pas dicari dah lenyap entah kemana, hadeh...
BalasHapuskok ya ada sedihnya ya di generasi alpha ini mba karena bagi mereka silaturahmi tidak menjadi prioritas. Jadi generasi yang individualistik. Kalo soal bersosialisasi secara virtual lebih disenangi daripada pertemuan secara fisik ini bener banget sih apalagi pas barengan pandem udah deh rasanya didukung sekali...tapi ya kita jadi ortu generasi alpha kudu bener2 care bangettt ngeett bar gak jadi generasi yang cuek sama kedaan sekitar ya mbaaaa...
BalasHapusDuh iya banget ini, kak.
BalasHapusJadi orangtua kudu beradaptasi lagi yaa..apalagi bedanya sama kaka-kakanya berapa tahun kak Susi...?
Makanya masku suka wanti-wanti kalau anak sekarang itu semua serba instan. Jadi gak perlu diajarin, uda pada bisa memahami dan kecenderungan mencari tahu melalui visual (gambar bergerak) daripada tulisan.
Jadi memikirkan hal seperti "Apakah profesi blogger masih disukai 15-20 tahun mendatang?
Hem.. Anakku yang generasi alfa sampai sekarang belum kecanduan gawai sih, kecuali buat video call. Hihihi... Dia juga sangat suka bersosialisasi alias nenangga sendiri. Justru yang pernah kubaca, poin khas dari generasi alfa ini yang membedakan dengan generasi z adalah mereka enggak terlalu gadget minded seperti gen z dan mulai terbiasa dengan keseimbangan antara dunia nyata dan maya. cmiiw.
BalasHapusgenerasi 2018 memang serba digital, jadi anak-anak harus bisa bersaing dengan keadaan yang serba internet ini, semoga anak-anak kita bisa terus mengikuti keadaan ini ya ...
BalasHapusMakasih banyak Mba Sus buat sharingnya, aku juga yang masih menantikan kedatangan buah hati nih semoga lekas menyusul dan menjadi orangtua yang baik aamiin
BalasHapusPonakan daku masuk usia anak generasi alpha, yang memang agak kritis. Jadinya pola asuh memang harus berkembang sesuai jamannya ya
BalasHapusSaya baca artikel ini merasa terengah-engah. Betapa cepatnya perubahan jaman. Betapa besarnya pengaruh teknologi pada kelahiran generasi-generasi berikutnya. Dari sini jadi tersadar bahwa orang tua jaman now itu harus banyak bekal hidupnya. Tidak cuma soal finansial tapi juga soal ilmu yang harus terus berkembang mengiringi waktu. Tantangan berat juga untuk menjaga SQ dan EQ mereka.
BalasHapusHmmm bener juga ciri ciri generasi Alpha ini juga kutemukan di keponakanku, cepet banget menyerap informasi dan setiap harinya ada saja hal hal baru yang dia tunjukkan...
BalasHapusAnakku generasi alpha juga, dikasih contoh sekali dua kali pakai hp atau gadget langsung hapal dooong
BalasHapusKita sebagai orang tua juga justru harus semakin rajin upgrade ilmu biar bisa terus membersamai anak-anak kita
dan 11. sangat kreatif
BalasHapusdengan kemudahan teknologi, mereka bisa menerapkan apa saja yang ada di otaknya, asalkan kita ada di samping mereka untuk mendampingi dan memfasilitasi
wah ada baby Gie.. lama gak ke Facebook biasanya selalu lewat nih baby Gie.. Mampir ke blognya jadi ketemu baby Gie lagi nih.. Btw unik sekali ya karaktek generasi alpha ini..tantangan nih buat ortunya..
BalasHapusSiaaap mba, terimakasih infonya jadi aku sebagai ibu masa kini juga harus mempersiapkan diri ya. Semoga anak bisa tumbuh sesuai dengan fitrahnya di jamannya sekarang
BalasHapusMasa kecil generasi alpha ini emang berbeda banget ya mbak. Dikelillingi teknnologi yang seperti dua mata pisau membuat para orangtua juga harus banyak belajar untuk mendampingi mereka. Soalnya mereka cepet banget menirunya.
BalasHapusgenerasi alpha lebih Mudahnya mendapat informasi berkat teknologi yang maju dengan pesat, hal ini menjadi tantangan para orang tua untuk menanamkan sikap juang agar segalanya tidak selalu instan
BalasHapusMenjadi ortu Generasi alpha ini rasanya nano-nano ya kak, kadang ortunya suka gelagapan mengikuti perkembangan putra-putrinya yang sangat cepat sekali, tapi banyak plusnya timbang minusnya kan kak?
BalasHapusMendidik dan mengasuh anak generasi alpha ini masya allah sekali ya banyak yang kita pelajari, kita harus perbanyak kesabaran juga.
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)