Akhir-akhir ini saya agak keasyikan bermain Instagram. Saya memilih media sosial yang satu ini sebagai pendukung blog, karena beberapa job sekarang berupa paketan dengan keduanya. Tapi saya menganaktirikan Twitter dan tidak menyentuh lainnya seperti Youtube, Tiktok dan Podcast.
Media sosial sebagai pendukung blog |
Saya berani katakan keasyikan karena menghabiskan banyak waktu di Instagram. Saya mengelola beberapa akun dan dioptimasi dengan cara kekinian yaitu IG Walking. Ada 6 akun di perangkat gawai saya. Mau tahu berapa data yang saya habiskan untuk IG? Menurut informasi dari aplikasi, adalah 45,9 GB dari 26 Juli lalu sampai hari ini.
Instagram sebagai media sosial pendukung blog?
Tapi Instagram tidaklah efektif untuk mendukung blog, meskipun ada 2 opsi mengundang pengunjung blog, yaitu pranala di profil dan di IG Story (melalui swipe up). Kedua opsi tersebut tak cukup mumpuni bagi saya. Kunjungannya termasuk kecil. Jenama dan branding memang kunci, selain konten yang dicari.
Di sini saya punya PR besar untuk membuat microblogging di Instagram atau memasukkan suara Podcast di sana. Sekali bermain air, mencebur saja sekalian. Ehm... Saya sudah ikut Kelas Podcast Siberkreasi tapi belum praktik juga.
Saya sedang fokus pada 2 lomba bertema sejarah, menyelesaikan buku dan mengawali riset buku, yang kebetulan keempatnya masih satu lini dengan bacaan yang sama. Jadi saat ada waktu, saya lebih sering baca buku atau menulis kisi-kisi.
Mau tahu berapa data yang saya habiskan di Twitter, untuk 3 akun? Dalam kurun waktu yang sama, hanya 526MB.
Jangan pingsan ala Kenshin Himura dulu. Di sinilah letak keteledoran saya sebagai narablog. Jadi ya serasa terbanting aja sih saat ikut kelas Marathon Coaching hari kedua dari Growthing.id kemarin. Temanya memang tentang Media Sosial dan Fotografi. Pematerinya Mas Ilham Sadli dan Mbak Gema Maulani.
Agar tulisan ini punya 1 topik bahasan, tanpa mengurangi peran Mbak Gema, saya fokus ke media sosial dulu. Materi fotografinya memberi insight bagus ke saya juga, yang punya PR Fotografi. Sudah ada perangkat tapi aras-arasen praktik. Si ucil Gi yang sebentar lagi ultah ke-2 selalu injom-injom (pinjam) kalau melihat ibunya pegang kamera digital, sedangkan kamera HP saya masih kurang sipp. Jenis HP game, sih....
Twitter sebagai media pendukung blog
Saya temasuk yang merasakan naiknya kunjungan blog jika posting di Twitter. Lumayan, lah. Meski angkanya tidak signifikan, tapi ada kenaikan. Akhir-akhir ini saya membenahi sedikit cara memublikasikan blog saya dengan tidak boleh lupa menambahkan deskripsi artikel. Yaaah... masih ada yang lupa juga, sih, yaitu 3 artikel sebelum ini. Ditulisnya sangat buru-buru. Alasan!
Saya juga mempromosikan ke Facebook dan Twitter, sebagai penambah kunjungan. Lumayaan.... Ada penambahan 25% kunjungan.
Manteman Susindra bisa melihat akun Twitter saya, @susierna, @susindra, @bloggerjepara. Ketiganya tergolong senyap. Sesekali @susierna menggeliat mengabarkan posting blog baru. Bahkan di-pinned juga. Mengenaskan.
Menurut Mas Ilham, Twitter punya pengaruh kuat terhadap blog kita. Twitter adalah media yang bagus sekali untuk menjaga silaturahmi, memperbanyak koneksi, branding diri, dan media promosi blog.
“Blogger dan media sosial itu dua hal yang sulit dipisahkan, kecuali jika kita adalah seorang pemain film, aktris, model dan seterusnya.”
Quote yang nancep....
Bagaimana cara membranding diri di media sosial?
Kita sepakat dulu ya, kalau media sosial itu bukan hanya Twitter meskipun contoh yang dipakai di sini adalah Twitter. Pemateri memang anak Twitter, sih. Ditanya Instagram juga diambil alih oleh Mbak Vicky yang memang queen-nya Instagram, setidaknya di antara semua yang hadir di Zoom kemarin malam, 26 Oktober 2020 pukul 19.15-22.00.
Saya jadi ingat beberapa coach per-facebook-an yang saya kenal, tapi ah sudahlah. Kita fokus ke Twitter saja kali ini. Satu topik dalam satu artikel itu lebih bagus.
Cara mem-branding di media sosial:
1. Tentukan audience.
Sebelas-dua belas dengan trik berjualan di medsos, maka kita harus menentukan audience kita berdasarkan data analitik yang ada. Data ini bisa diarahkan, kalau punya kita masih acakadut. Data yang dibutuhkan adalah usia, pendidikan, kebiasaan, gaya hidup, hingga hal yang disukai.
Data ini dihimpun dari perilaku kita selama di media sosial. Contohnya saya, nih, data saya pastilah mayoritas perempuan dan usia 25-35. Kalangan saya bergaul di semua media sosial memang itu. Saya menghindari teman laki-laki kecuali kenal atau pernah melihat profilnya. Padahal... ada yang bisa menebak usia saya?
2. Mau dikenal sebagai siapa?
Data yang sudah terkumpul bisa dijadikan pijakan untuk memperkenalkan diri. Kalau data tidak sesuai dengan target masih bisa diubah dengan secara intens memperkenalkan diri sebagai sosok yang disukai oleh target audience kita. Contohnya Mas Ilham yang ingin dikenal sebagai blogger mellow, ya dia mengubah nama akunnya menjadi Pengagum Rahasiamu. Bisa ditebak arah audience yang diambil, kan?
3. Apa bedanya akun kita dengan yang lainnya?
Di sini kita perlu memberikan sesuatu yang khas pada postingan kita. Misalnya foto, caption, bahasan, sudut pandang, dan yang lainnya. Cukup jelas, kah? Misalnya gini... pernah lihat postingan di Twitter yang hanya foto atau hanya link saja, tanpa caption? Di klik atau tidak?
Bahkan akun Potret Lawas yang hits banget itu saja, pasti ada keterangannya di caption, meski foto lawas adalah “jualan” utamanya.
4. Tentukan arah akunnya.
Arah akun bisa terlihat dari sapaan untuk follower, gaya bahasa, penggunaan kosakata. Ketiganya sangat menentukan siapa yang akan disasar. Saya pernah ikut pelatihan Twitter di KPP Pratama Jepara, dan mendapatkan banyak informasi bagus, termasuk cara akun resmi TNI AU yang bercentang biru itu, bisa mengambil hati milenials karena sapaan, gaya bahasa, dan penggunaan kosakata. Akun yang sedianya seram menjadi sangat cair.
5. Konsisten.
Konsisten di sini maksudnya jelas, ya, yaitu konsisten posting. Jangan ada hari tanpa posting di Media sosial. Absen harian itu wajib hukumnya, dan akan lebih moncer kalau ditambahi dengan humble dan sering berinteraksi. Bagi yang masih malu-malu menyapa, bisa dimulai dari me-retwit cuitan yang ada di beranda. Bagus juga jika disertai caption atau malah me-reply postingan orang, sembarang, siapa saja, sekira layak dan tidak mencederai arah akun kita. Tingkatkan jadi lebih baik dan lebih cerewet dalam mengeluarkan isi hati dan kepala. Lama-lama akan cair juga.
Tips lain yang tak kalah penting:
1. Lakukan interaksi atau SKSD.
2. Jangan Cuma saling follow dengan yang satu profesi
3. Selalu perhatikan analytics
4. Sering muncul di konten yang viral dengan komentar nyentrik
Ada satu tambahan lagi yaitu hal yang perlu diperhatikan saat membranding di media sosial, yang ada di infografis di bawah ini.
Sebenarnya masih ada materi hal yang mempengaruhi optimalnya media sosial, cara membaca analytic, cara mendapatkan 1000 follower dengan cepat dan masih banyak lagi. Penasaran? Maaf, ye, saya keep dulu. Saya sudah menulis 1000 kata, ... dan agar jadi senjata Mas Ilham mem-branding dirinya sebagai coach medsos specialist. Kalau penasaran, ya pastinya ada di postingan teman-teman yang ikut kelas Marathon Coaching hari kedua dari Growthing.id.
Selamat berkelana di belantara ilmu dan pastikan kamu secerdas Hansel & Gretel dalam menelusuri remahan ilmu. Pasti ketemu.
42 Komentar
Toss kita belakangan saya fokus ke IG akhirnya Twitter lumutan dan hanya ada tanda-tanda kehidupan saat ada job ngetweet saja duh
BalasHapusMaka kelas tadi malam beneran daging. Saya ga bisa nyimak tuntas karena sambil ada yang dikerjakan, tapi lumayan dapat tambahan dari tulisan Mbak Susi ini
Mas Ilham memang joss Twitternya, bisa diikuti nih tips dan trick optimasi di Twitternya
Hihihi jadi pingin tau materi selanjutnya, kok ke keep 1000 words
BalasHapusEmang medsos nih pekerjaan yang lumayan menyita waktu, tenaga dan pikiran.
Padahal kerasa banget traffic blog kalo kita rajin share
Marathon coaching-nya siipp markosipp banget ya Mbaaa
BalasHapusKalo aku, belakangan ini mayan aktif di twitter mba
IG sama FB justru agak terlupakan :D
Aku malah merasa heran kenapa ga bisa santai gitu main di medsos, ini di Twitter, FB, IG, Youtube, Tik Tok semuaaaa aktif dan ngebut haha
BalasHapusTips membranding diri di medsosnya masih harus aku praktekan dengan rutin, aku masih ketinggalan soalnya.
Memang tiap sosmed itu ada kelebihan masing2.. Instagram kalau saya utama, mau detail di blog hehe..
BalasHapusAku berasa ketampar waktu mas Ilham ngomongin soal konsisten, Mbak. Hahaha. Soalny nggak di twitter, di IG aja bisa rajin posting kalau ada job doang, giliran nggak ada males posting. Apalagi di twitter yang jarang kusentuh.
BalasHapustwitterku udah lama dianggurin, jarang di tengok. Posting IG juga kalau ada job aja. Soalnya kerasa bener ngabisin banyak waktu (dan kuota) kalau aktif di keduanya
BalasHapusKelas marathonnya daku nggak ikut selama 3 hari kemarin. Ikutnya waktu yang KGB season 1 selama kurang dari sebulan, eeeaa ada seasonnya. Soalnya sih mau ada season kedua, semoga aja
BalasHapusKonsisten itu yg harus bener2 di tegakkan ya. Kalo aku masih moody banget, branding pun gak jelas
BalasHapusWih keren Mbak Susi langsung nulis soal materi di kelas growthing kemarin. Mantep ah. jadi PR banget branding dan dapat followers banyak khususnya dari twitter
BalasHapusKok aku jadi ketawa sendiri liat wajahnya Ilham nyempil di pojokan situ hihi. Baidewei, tips yang diberikan mas Ilham & mbak Gilang memang bener adanya dan ini jadi pr lagi deh hehehe. Harus berusaha supaya bisa menjadi narablog yang lebih baik lagi, bener kan mbak Susi?
BalasHapusJadi Blogger bukan semata hanya nulis di blog terus santai-santai. Ternyata harus juga mengoptimalkan media sosial lainnya seperti Instagram dan Twitter.
BalasHapusNah ini nih alasan aku gak bisa pensiun dari media sosial. Aku sebenernya kepengen banget bisa deaktif sosmed. Tapi gak bisa karena aku suka blog. Jadinya ya maju terus deh. Hehehe
BalasHapusMakasih ilmunya Mbak Susi. Banyak pengetahuan baru yang saya dapatkan dari tulisan. Senang rasanya ada yang mau berbagi. Apalagi tentang sesuatu yang berhubungan dengan profesi kita.
BalasHapusKamu mau dikenal orang sebagai apa? Wah satu pertanyaan yang nonjok banget nih. Karena dari sini lahir konsistensi dan komitmen ya.
aku pnasaran nih, smoga dilanjutkan dengan tips rahasia followersnya hihi
BalasHapuswah makasih da di tulis mbak susi..
BalasHapusmateri krmarin jadi bisa diingat lagi dan di praktekin nih
Twitter saya juga masih krik krik dan belum dioptimasi dg bagus untuk mendukung aktivitas blogging saya. Terima kasih banyak informasinya Mbak Susi. Sangat mengena.
BalasHapusMarathon coaching-nya membuka jendela pikiran dan hari ya kak, aku juga ikutan dan informasinya bisa nambah ilmu dan praktis langsung dipraktekkan
BalasHapusEmang mas Ilham ini jagoannya medsos terutama twitter.. ibaranya bsk twitte mau ngeluarin apa dia tau banget hahah
BalasHapusBener banget kita sama tenggelam di instagram tanpa peduli twitter, padahal penting juga yaa
BalasHapusSekarang blog dan media sosial emang ga bisa pisah. Lah gimana ada job tulisan aja, udah sepaket sama kewajiban share di FB Twitter dan Instagram. Jadi tuntutan juga kan ya...
BalasHapusLagi-lagi konsisten menjadi salah satu kunci ya Mbak Susi.
BalasHapusBTW, Mbak Susi masya Allah ... keren ... masih bisa fokus pada 2 lomba bertema sejarah, menyelesaikan buku, dan mengawali riset buku padahal lagi sibuk2nya sama Gi, keluarga, blog, dan media sosial yang ada beberapa akun ...
Sehat selalu ya Mbak Susii.
Konsisten memang tips yang paling sulit dipraktekkan menurut saya. Kadang ngeblog lagi pas mau nulis saja, bisa beberapa bulan kosong, bisa juga dalam seminggu ada beberapa post.
BalasHapusmemberikan gambaran bagaimana harus memperlakukan media sosial. nanti mau aku optimalkan akh penggunaannya. terutama buat blogku
BalasHapusWah lengkap mba, bisa disave nih sekaligus dipraktikkan. Kemarin ketinggalan sesi sosmed inii. Sekarang udah mulai buka mata sih untuk aktivasi twitter.
BalasHapusAku punya banyak akun IG, Mbak. Tapi yang serius diniatkan buat mendukung blog cuma 3 (walaupun masih belum optimal sih). Lainnya ada yang buat jualan, ada yang buat ngadem aja :)
BalasHapusMasih PR juga buat mengoptimalkan medsos sebagai penjaring pengunjung blog. PR mengalahkan kemalasan >.<
Setiap medsos punya keunikan masing-masing. Makanya ketika ingin mengungkapkan sesuatu, biasanya saya mikir dulu pasnya ditempatkan di mana. Termasuk ketika mau share blogpost
BalasHapusNgeblog memang ditunjang banget dengan medsos sebagai media sharing, aku sebenarnya ga ingin aktif medsos tetapi karena ngeblog butuh medsos akhirnya jadi aktif deh hehe...
BalasHapusAduh yang susah itu konsisten kalau udah capek atau nggak punya ide buat konten udah deh mojok aja ��
BalasHapusBiasanya selesai posting, kita share ya ke medsos terus bisa juga ditambahkan dg hestek. Medsos dan blog memang bagian yg bisa mendukung satu sama lain
BalasHapusAsli mba, waktu ikutan webinarnya, PR aku banyak banget, sekalian Iseng audit blog pake tools yang direkomendasikan , alamat betambah banyak pr ku wkwk
BalasHapusUntuk menjalankan sesuatu itu emang penting banget adanya konsisten. Tapi aku sendiri kadang masih susah nih buat konsisten upload postingan setiap hari.
BalasHapusMedia social sangat mendukung performance blog aku terutama sebagai media promosi
BalasHapusKalau gk di promosiin di medsos mana orang tau tulisan kita. Saya juga sering share di facebook n twitter
BalasHapussangat setuju, jaman sekarang si harus perlu dan punya medsos lengkap. Apalagi dalam mengoptimalkan blog kita, butuh medsos yg mensupport
BalasHapusbener nih, kalo gak ada media sosial, blog kita gak mudah ditemui orang dan dibaca hehe. kadang kalo saya lupa gak share di sosmed paling sehari cuma puluhan orang. tapi kalo rajin, seahri bisa 100 view-nya di blog. nah, penting banget emang sosmed untuk blog tuh.
BalasHapusMemang harus disediakan waktu tersendiri juga sih untuk memaintain media sosial sebagai salah satu media untuk kita branding sebagai blogger tuh
BalasHapusaku sendiri suka kewalahan maintain 3 akun socmed. tapi akhir2 ini, sejak pandemi berusaha memaksimalkan potensi dari masing2 akun tsb, soalnya kalau difokuskan lumayan menghasilkan juga.
BalasHapusAku pun mikir seperti ini kak.. semua aku share tulisanku ke sosmed. Tapi aku masih bingung jg sih sm analitik.
BalasHapusAku dong masih suka bingung mau share apa di media sosial. Saking bingungnya kadang update kalau habis update blog aja, duh duh..
BalasHapusWah sanagt bagus, terimakasih atas ilmunya, tapi ketika kita share ke media sosial apakah tidak akan mempengaruhi blog kita
BalasHapusBlogger dan media sosial seharusnya memang berjalan beriringan, agar terjadi saling keterkaitan satu sama lain yang dampaknya sangat bagus untuk menambah engage keduanya.
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)