Saya kadang iseng menonton film Korea atau Cina. Alasannya karena cerita dan teknik filmnya bagus. Jadi tidak sayang dengan waktu dan uang yang terbuang. Anggap refreshing, menurut saya. Salah satu "refreshing" saya adalah film The Cursed yang akan saya buat review dan sinopsisnya. Film seri Korea tahun 2020 ini termasuk unik dan wajib tonton.
Sobat Cakrawala Susindra pasti tahu dong, kalau saya sangat suka nonton film horor. Nonton film horor jadi pengurai kekusutmasaian sinapsis-sinapsis di otak saya. Aneh bin ajaib, kan?
Kalau hawanya pengen marah saja, saya nonton film horor yang jenis hantu. Kayaknya setelah itu rileks. Syaratnya, jangan ada pertumpahan darah. Apalagi ada stab atau tikaman.
Jangan pula ada adegan seperti film Final Destination.
Kacau balau usaha saya refreshing. Yang ada, saya mbatek alias menahan ngeri yang mencekam.
Jadi... boleh dibilng, review dan sinopsis film horor di Cakrawala Susindra sudah tersaring dari 2 jenis di atas. Kalau pun ada, jumlahnya masih bisa saya tolerir.
Katanya film Korea, kok bahas film horor?
Film The Cursed punya 3 genre, yaitu thriller, misteri, dan horor. Mengisahkan tentang seorang reporter perempuan yang sedang menyelidiki sebuah perusahaan dan terlibat ke dalam dunia persantetan ala Korea.
Rasanya memang sulit percaya kalau di Korea ada santet. Meski saya tahu ada voodoo dari Haiti yang beberapa kali mengambil hati industri film Hollywood.
Orang Korea itu identik dengan oppa ganteng dengan tongkrongan mentereng. Sosok ideal. Kehidupan ideal yang lebih rapi jika dibandingkan kehidupan sehari-hari di sini.
Saya pernah sangat terkesan ketika menonton film Korea, kehidupan kaum yang tak seberapa papa tapi juga bukan kalangan menengah, apalagi kaya.
Makanan mereka bergizi. Rumah rapi. Kamar sempit tapi kasur dapat dilipat rapi lalu masuk ke lemari.
Saya ingin mencoba di rumah tapi hanya bisa memandang nanar pada lantai yang sulit licin. Tak ada waktu dan jika ada waktu pun cepat sekali terisi benda-benda yang bertebaran.
Film The Dark Places ini bagus, lho.
Film Korea juga identik dengan kisah cinta yang malu-malu. Pelan-pelan proses pendekatannya, dan dibumbui komedi.
Adegan pegang tangan saja bikin greget.
Yaaa... memang sosok ideal masyarakat Asia, menurut saya.
Tapi ideal memang yang ingin ditunjukkan. Yang tidak harus tampak lebih baik disembunyikan.
Hanya saja, jika dibandingkan dengan film Indonesia, memang agak jauh standarnya. Film Indonesia, jika kaya ya sekaya konglomerat. Jika miskin ya memang sungguh melarat. Mewakili kehidupan minoritas, tapi sungguh sangat menjemukan.
Yang paling menjemukan menurut saya adalah percakapan yang standar....
Tapi saya tetap menonton beberapa film Indonesia dan menikmatinya. Sudah banyak kemajuan. Yang masih parah itu sinetronnya saja. Menjemukan. Sungguh menjemukan.
Sudah menonton film A Quiet Place? Harusnya 20 Maret lalu sekuel A Quiet Place 2 tayang, lho. Saya sudah siap membuat sinopsis dan review-nya....
Film The Cursed merupakan film yang bertema tentang perdukunan di Korea. Saya kurang paham apakah kedua Korea menggunakan meode perdukunan yang sama. Yang jelas film ini berasal dari Korea Selatan.
Ada seorang reporter majalah Gung Ho bernama Im Jin-He. Dia sedang menyelidiki sebuah perusahaan IT besar yang akan terdaftar sebagai perusahaan resmi di bursa saham. Forest, akan menjadi perusahaan besar, sehingga banyak pemberitaan mengarah ke sana.
Seorang pegawainya mengaku diculik dan dipukuli hingga babak belur, namun pihak kepolisian masih belum menanganinya dengan serius karena belum menemukan bukti.
Jim-He dengan darah reporter melihat bahwa ada sesuatu yang busuk di perusahaan dan mempercayai kesaksian mantan pegawai itu. Katanya, ada sebuah perusahaan fiktif di perusahaan yang mengeluarkan dana besar.
Kepercayaan reporter bukanlah sesuatu yang bisa membantu saksi yang ketakutan setengah mati. Apalagi sang reporter sendirian. Rekan-rekannya memilih tidak percaya. Sang saksi memutuskan bunuh diri.
Tak lama kemudian Im-He dibuat sangat marah ketika koleganya, Kim Joo-Hwan menulis berita tentang fitnah yang menimpa Forest.
Berita ini membuat Jim-He geram sehingga mengutuknya. Dia tidak tahu jika Baek So-Jin seorang "pengutuk". Ia bisa mencelakai seseorang hanya dengan foto dan 1 benda milik orang tersebut.
Kemurkaan Jim-He membuat kutukan tersebut menjadi sangat kuat. Tubuh reporter Kim Joo-Hwan seperti ditekuk ke belakang. Semua tulangnya melengkung melewati batas normal.
Jim-He yang protagonis menyadari dirinya telah melakukan kejahatan yang sangat buruk, namun tidak berani mengakuinya di depan suaminya Jung Moon-Sung yang seorang kapten andalan kepolisian di kotanya. Kapten yang pincang itu tetap bekerja seperti biasa karena kemampuannya mengendus kejahatan seperti seekor anjing pemburu.
Kecurigaan Jim-He memang beralasan. Perusahaan IT Forest memang hendak berbuat kejahatan besar. Jin Jong-Hyun, pemimpinnya, dikendalikan oleh roh anjing yang sangat kuat. Roh yang sama seperti yang ada di tubuh So-Jin. Keduanya berbagi takdir, 10 tahun lalu.
Pak Jin dahulunya adalah tetangga Seok-Hee, ibunya So-Jin. Seok-Hee merupakan seorang pengutuk kelas menengah. Ia diminta menghilangkan roh anjing dalam tubuh Pak Jin. Sebuah kesalahan fatal terjadi, roh anjing tersebut membelah diri menjadi dua, satu di tubuh Pak Jin dan satu di tubuh anaknya.
Sebelum berhasil menemukan cara menghilangkan roh di tubuh anaknya, Seok-Hee tewas dibunuh oleh Jin Kyung, pengutuk yang bekerja sebagai tanaga bantu spirit Pak Jin.
Jin Kyung sendiri, sebenarnya juga pengutuk kelas menengah. Ia mengabdi pada Pak Jin sebagai pemilik roh yang lebih kuat. Meski demikian, perannya cukup sentral sehingga berada di cover film dan masuk antagonis kedua.
Ternyata Forest adalah sebuah kedok untuk pembunuhan massal. Dengan cita-cita menjadikan dunia lebih baik melalui pengorbanan apapun, termasuk nyawa ribuan orang, Pak Jin akan memindahkan rohnya ke server Forest untuk mengutuk ribuan profile di situsnya tersebut.
Situs tersebut berisi laporan, sumpah serapah dan kutukan anggotanya untuk orang yang tidak disukainya. Contohnya, X mengunggah foto Y dengan narasi, "Ia telah merisakku kemarin dan melukai wajahku." dilanjutkan dengan kronologi kejadian agar banyak anggota yang merespon dengan kutukan.
Y adalah target kutukan yang akan mati pada hari Forest mengudara secara resmi.
Bisa ditebak, kalau reporter Im Jin-Hee dan Kapten Jung Sung-Joon harus di halaman teratas yang harus dikutuk.
Profil So-Jin di Forest dihapus karena mengutuknya = mengutuk Pak Jin.
Bagaimana cara remaja So-Jin dan reporter Jim-Hee bisa mencegah kutukan/kematian massal pada hari H Forest mengudara?
Jika So-Jin mengutuk Pak Jin, ia akan mati. Pun cara ini prosentase keberhasilannya sangat kecil, karena Pak Jin mengundang belasan ahli spiritul untuk melindunginya.
Jikalau cara 1 tidak berhasil, cara kedua adalah mengutuk Jim-Hee, agar roh anjing Pak Jin bingung, melihat tugasnya diselesaikan oleh roh lain. Waktu yang sangat singkat itu cukup untuk menghabisinya.
Bagaimana ending dari film Korea Selatan berjudul The Cursed ini? Tonton dooong.....
Saya menontonnya di WeTV gratisan. Seri terakhir belum dibuka gemboknya. Wkwkwk. Padahal biaya langganan WeTV cuma Rp15.000,- per bulan.
Kalau berharap ada oppa yang memesona.... maaf, tidak ada. Ada polisi ganteng, tapi hanya peran pembantu saja. Seo Young-Soo yang berperan sebagai Polisi Kang Young-Soo yang ganteng. Selebihnya biasa saja.
Oh, Kapten Jung Sung-Joon juga cakep kalau didandani. Tapi film ini memang tidak menjual tampang. Film ini serius.
Jung Ji-So sebagai Baek So-Jin juga sangat cantik, tapi dia didandani biasa banget. Khas anak yatim piatu yang tidak terurus dengan baik.
Uhm Ji-Won juga dimake-up biasa, seperti reporter yang haus berita dan mau lembur kapan saja tanpa perhatikan badan. Padahal ia reporter senior dan cukup kaya.
Film The Cursed tayang di televisi kabel (kanal berbayar) tvN dan Netflix. Oh, WeTV harus dihitung juga karena saya menonton di sana. Film seri ini tayang mulai dari tanggal 10 Februari 2020 sampai 17 Maret 2020. Hari Senin dan Selasa jam 31.30 waktu setempat.
Jumlah episodenya hanya 12 saja.
Ini yang harus ditiru oleh sinetron Indonesia.
Membuat film dengan episode mini, tapi digarap serius. Pasti ngangeni dan bisa ditayangkan ulang tahun depan, lalu depannya lagi dan lagi.
Masalah mental, ini tah. Bukan hanya mental produser dan sineas lainnya, tapi juga pemberi dana dan penonton. Kalau dua elemen terakhir ini cerdas, ... tahu lah, kalau sinetron Indonesia akan berjaya di negerinya sendiri.
Saya jadi ingat filmnya Mas Brata alias Over the Top yang tayag di HOOQ. Mungkin saya perlu menulis review dan sinopsis lengkapnya.
Balik ke film The Cursed, aaah...
Film ini mendapat sambutan yang baik, melihat makin banyaknya jumlah peringkatnya. Memang tidak akan sebesar TV seperti KBS dan temannya. Kanal TV Berbayar punya penggemar tidak semassif TV biasa.
Saya menonton film ini tanpa banyak ekspektasi. Cuma karena ada. Dan karena genre-nya misteri, horor, dan perdukunan. Belum pernah melihat versi Korea. Belum berani.
Kalau versi Thailand, saya sudah benar-benar emoh bin wegah. Horor banget bagi saya yang aslinya penakut. Wkwkwk. Kejam benar deh, pernah lihat Legend of Muoi, ada adegan rambut panjang korbannya tergelung masuk ke roda motor. Nooooooo.....
Tapi saya suka banget fil Cina, lho. Contoh yang paling saya sukai adalah Joy of Life dan Jade of Dynasty. Semoga beneran ada sekuel keduanya! Awas kalau tidak!
Intro film menampakkan benda-benda perdukunan ala Korea. Kalau jeli, bisa dibuat penelitian skripsi. Ada juga jimat-jimat yang menarik. Juga poster-poster dewa dan roh Korea Selatan. Yang unik sih tarian saman ala dukun Korea yang geraknya entah benar begitu atau gerakan ngawur.
Kayak tarian perang gitu, disertai gerak tusuk-menusuk dan gerak memutar tubuh sampai terjatuh.
Ya, kalau saya sih memang menonton karena ketertarikan pada budaya.
Saya memutuskan menonton film Korea jika ada suatu benda/obyek khusus yang dibahas atau ditunjukkan. Ga mau rugi waktu dan kuota.
Seperti saat saya menonton film Queen Love and War yang bertema pemilihan ratu dan mitos si kembar di Korea. Pemilihan ratu sering jadi topik dalam film, tapi kali ini agak beda.
Kalau pendapat saya pribadi, film ini lumayan bagus. Tapi harus ditonton saat kondisi waras. Ada adegan kekejaman, pemukulan yang membabi buta dan luka di atas luka. Buat saya yang aslinya takut luka, menyisakan teror yang cukup, sih.
Tapi eksplorasi pemainnya kurang banget. Rasanya hambar. Karakter pemain kurang kuat.
Tapi jangan khawatir, film ini tetap layak ditonton kok.
Ya.. karena saya memang tipe yang takut luka dan takut lihat tulang patah/terpotong.... Kayak trauma, reaksi tubuh saya membuat sakit di lokasi tubuh yang sama.
Lihat betis si tengah patah, selama 15 bulan saya pincang dengan betis yang sangat sakit (sekali) hanya saja, ini psikis, tidak bisa saya kurangi sakitnya dengan obat antinyeri.
Obatnya hanya melihat dia berjalan tanpa meringis. Langsung sembuh. Jika dia meringis lagi, kambuh lagi.
Duh!
Ya.. gitu deh.
Kalau Sobat Cakrawala Susindra suka film yang seperti ini dan penasaran, silakan tonton di Netflix atau WeTV. Saya rekomendasi WeTV sih, yang bisa menonton kualitas 144 tapi tetap bagus sekali ketajaman videonya. Kelemahannya hanyalah harus selalu ubah setting video, karena defaultnya 480.
Makasih sudah membaca review dan sinopsis lengkap The Cursed dengan seksama. Selamat menonton bagi yang ingin menontoooon.
Beberapa foto dari Hancinema.
Sobat Cakrawala Susindra pasti tahu dong, kalau saya sangat suka nonton film horor. Nonton film horor jadi pengurai kekusutmasaian sinapsis-sinapsis di otak saya. Aneh bin ajaib, kan?
Kalau hawanya pengen marah saja, saya nonton film horor yang jenis hantu. Kayaknya setelah itu rileks. Syaratnya, jangan ada pertumpahan darah. Apalagi ada stab atau tikaman.
Jangan pula ada adegan seperti film Final Destination.
Kacau balau usaha saya refreshing. Yang ada, saya mbatek alias menahan ngeri yang mencekam.
Jadi... boleh dibilng, review dan sinopsis film horor di Cakrawala Susindra sudah tersaring dari 2 jenis di atas. Kalau pun ada, jumlahnya masih bisa saya tolerir.
Katanya film Korea, kok bahas film horor?
Film The Cursed punya 3 genre, yaitu thriller, misteri, dan horor. Mengisahkan tentang seorang reporter perempuan yang sedang menyelidiki sebuah perusahaan dan terlibat ke dalam dunia persantetan ala Korea.
Rasanya memang sulit percaya kalau di Korea ada santet. Meski saya tahu ada voodoo dari Haiti yang beberapa kali mengambil hati industri film Hollywood.
Orang Korea itu identik dengan oppa ganteng dengan tongkrongan mentereng. Sosok ideal. Kehidupan ideal yang lebih rapi jika dibandingkan kehidupan sehari-hari di sini.
Saya pernah sangat terkesan ketika menonton film Korea, kehidupan kaum yang tak seberapa papa tapi juga bukan kalangan menengah, apalagi kaya.
Makanan mereka bergizi. Rumah rapi. Kamar sempit tapi kasur dapat dilipat rapi lalu masuk ke lemari.
Saya ingin mencoba di rumah tapi hanya bisa memandang nanar pada lantai yang sulit licin. Tak ada waktu dan jika ada waktu pun cepat sekali terisi benda-benda yang bertebaran.
Film The Dark Places ini bagus, lho.
Film Korea juga identik dengan kisah cinta yang malu-malu. Pelan-pelan proses pendekatannya, dan dibumbui komedi.
Adegan pegang tangan saja bikin greget.
Yaaa... memang sosok ideal masyarakat Asia, menurut saya.
Tapi ideal memang yang ingin ditunjukkan. Yang tidak harus tampak lebih baik disembunyikan.
Hanya saja, jika dibandingkan dengan film Indonesia, memang agak jauh standarnya. Film Indonesia, jika kaya ya sekaya konglomerat. Jika miskin ya memang sungguh melarat. Mewakili kehidupan minoritas, tapi sungguh sangat menjemukan.
Yang paling menjemukan menurut saya adalah percakapan yang standar....
Tapi saya tetap menonton beberapa film Indonesia dan menikmatinya. Sudah banyak kemajuan. Yang masih parah itu sinetronnya saja. Menjemukan. Sungguh menjemukan.
Sudah menonton film A Quiet Place? Harusnya 20 Maret lalu sekuel A Quiet Place 2 tayang, lho. Saya sudah siap membuat sinopsis dan review-nya....
Sinopsis
Film The Cursed merupakan film yang bertema tentang perdukunan di Korea. Saya kurang paham apakah kedua Korea menggunakan meode perdukunan yang sama. Yang jelas film ini berasal dari Korea Selatan.
Ada seorang reporter majalah Gung Ho bernama Im Jin-He. Dia sedang menyelidiki sebuah perusahaan IT besar yang akan terdaftar sebagai perusahaan resmi di bursa saham. Forest, akan menjadi perusahaan besar, sehingga banyak pemberitaan mengarah ke sana.
Seorang pegawainya mengaku diculik dan dipukuli hingga babak belur, namun pihak kepolisian masih belum menanganinya dengan serius karena belum menemukan bukti.
Jim-He dengan darah reporter melihat bahwa ada sesuatu yang busuk di perusahaan dan mempercayai kesaksian mantan pegawai itu. Katanya, ada sebuah perusahaan fiktif di perusahaan yang mengeluarkan dana besar.
Kepercayaan reporter bukanlah sesuatu yang bisa membantu saksi yang ketakutan setengah mati. Apalagi sang reporter sendirian. Rekan-rekannya memilih tidak percaya. Sang saksi memutuskan bunuh diri.
Tak lama kemudian Im-He dibuat sangat marah ketika koleganya, Kim Joo-Hwan menulis berita tentang fitnah yang menimpa Forest.
Berita ini membuat Jim-He geram sehingga mengutuknya. Dia tidak tahu jika Baek So-Jin seorang "pengutuk". Ia bisa mencelakai seseorang hanya dengan foto dan 1 benda milik orang tersebut.
Kemurkaan Jim-He membuat kutukan tersebut menjadi sangat kuat. Tubuh reporter Kim Joo-Hwan seperti ditekuk ke belakang. Semua tulangnya melengkung melewati batas normal.
Jim-He yang protagonis menyadari dirinya telah melakukan kejahatan yang sangat buruk, namun tidak berani mengakuinya di depan suaminya Jung Moon-Sung yang seorang kapten andalan kepolisian di kotanya. Kapten yang pincang itu tetap bekerja seperti biasa karena kemampuannya mengendus kejahatan seperti seekor anjing pemburu.
Kecurigaan Jim-He memang beralasan. Perusahaan IT Forest memang hendak berbuat kejahatan besar. Jin Jong-Hyun, pemimpinnya, dikendalikan oleh roh anjing yang sangat kuat. Roh yang sama seperti yang ada di tubuh So-Jin. Keduanya berbagi takdir, 10 tahun lalu.
Pak Jin dahulunya adalah tetangga Seok-Hee, ibunya So-Jin. Seok-Hee merupakan seorang pengutuk kelas menengah. Ia diminta menghilangkan roh anjing dalam tubuh Pak Jin. Sebuah kesalahan fatal terjadi, roh anjing tersebut membelah diri menjadi dua, satu di tubuh Pak Jin dan satu di tubuh anaknya.
Sebelum berhasil menemukan cara menghilangkan roh di tubuh anaknya, Seok-Hee tewas dibunuh oleh Jin Kyung, pengutuk yang bekerja sebagai tanaga bantu spirit Pak Jin.
Jin Kyung sendiri, sebenarnya juga pengutuk kelas menengah. Ia mengabdi pada Pak Jin sebagai pemilik roh yang lebih kuat. Meski demikian, perannya cukup sentral sehingga berada di cover film dan masuk antagonis kedua.
Ternyata Forest adalah sebuah kedok untuk pembunuhan massal. Dengan cita-cita menjadikan dunia lebih baik melalui pengorbanan apapun, termasuk nyawa ribuan orang, Pak Jin akan memindahkan rohnya ke server Forest untuk mengutuk ribuan profile di situsnya tersebut.
Situs tersebut berisi laporan, sumpah serapah dan kutukan anggotanya untuk orang yang tidak disukainya. Contohnya, X mengunggah foto Y dengan narasi, "Ia telah merisakku kemarin dan melukai wajahku." dilanjutkan dengan kronologi kejadian agar banyak anggota yang merespon dengan kutukan.
Y adalah target kutukan yang akan mati pada hari Forest mengudara secara resmi.
Bisa ditebak, kalau reporter Im Jin-Hee dan Kapten Jung Sung-Joon harus di halaman teratas yang harus dikutuk.
Profil So-Jin di Forest dihapus karena mengutuknya = mengutuk Pak Jin.
Bagaimana cara remaja So-Jin dan reporter Jim-Hee bisa mencegah kutukan/kematian massal pada hari H Forest mengudara?
Jika So-Jin mengutuk Pak Jin, ia akan mati. Pun cara ini prosentase keberhasilannya sangat kecil, karena Pak Jin mengundang belasan ahli spiritul untuk melindunginya.
Jikalau cara 1 tidak berhasil, cara kedua adalah mengutuk Jim-Hee, agar roh anjing Pak Jin bingung, melihat tugasnya diselesaikan oleh roh lain. Waktu yang sangat singkat itu cukup untuk menghabisinya.
Bagaimana ending dari film Korea Selatan berjudul The Cursed ini? Tonton dooong.....
Saya menontonnya di WeTV gratisan. Seri terakhir belum dibuka gemboknya. Wkwkwk. Padahal biaya langganan WeTV cuma Rp15.000,- per bulan.
Review
Kalau berharap ada adegan romantis, maaf, di film ini tidak ada.Kalau berharap ada oppa yang memesona.... maaf, tidak ada. Ada polisi ganteng, tapi hanya peran pembantu saja. Seo Young-Soo yang berperan sebagai Polisi Kang Young-Soo yang ganteng. Selebihnya biasa saja.
Oh, Kapten Jung Sung-Joon juga cakep kalau didandani. Tapi film ini memang tidak menjual tampang. Film ini serius.
Jung Ji-So sebagai Baek So-Jin juga sangat cantik, tapi dia didandani biasa banget. Khas anak yatim piatu yang tidak terurus dengan baik.
Uhm Ji-Won juga dimake-up biasa, seperti reporter yang haus berita dan mau lembur kapan saja tanpa perhatikan badan. Padahal ia reporter senior dan cukup kaya.
Film The Cursed tayang di televisi kabel (kanal berbayar) tvN dan Netflix. Oh, WeTV harus dihitung juga karena saya menonton di sana. Film seri ini tayang mulai dari tanggal 10 Februari 2020 sampai 17 Maret 2020. Hari Senin dan Selasa jam 31.30 waktu setempat.
Jumlah episodenya hanya 12 saja.
Ini yang harus ditiru oleh sinetron Indonesia.
Membuat film dengan episode mini, tapi digarap serius. Pasti ngangeni dan bisa ditayangkan ulang tahun depan, lalu depannya lagi dan lagi.
Masalah mental, ini tah. Bukan hanya mental produser dan sineas lainnya, tapi juga pemberi dana dan penonton. Kalau dua elemen terakhir ini cerdas, ... tahu lah, kalau sinetron Indonesia akan berjaya di negerinya sendiri.
Saya jadi ingat filmnya Mas Brata alias Over the Top yang tayag di HOOQ. Mungkin saya perlu menulis review dan sinopsis lengkapnya.
Balik ke film The Cursed, aaah...
Film ini mendapat sambutan yang baik, melihat makin banyaknya jumlah peringkatnya. Memang tidak akan sebesar TV seperti KBS dan temannya. Kanal TV Berbayar punya penggemar tidak semassif TV biasa.
Saya menonton film ini tanpa banyak ekspektasi. Cuma karena ada. Dan karena genre-nya misteri, horor, dan perdukunan. Belum pernah melihat versi Korea. Belum berani.
Kalau versi Thailand, saya sudah benar-benar emoh bin wegah. Horor banget bagi saya yang aslinya penakut. Wkwkwk. Kejam benar deh, pernah lihat Legend of Muoi, ada adegan rambut panjang korbannya tergelung masuk ke roda motor. Nooooooo.....
Tapi saya suka banget fil Cina, lho. Contoh yang paling saya sukai adalah Joy of Life dan Jade of Dynasty. Semoga beneran ada sekuel keduanya! Awas kalau tidak!
Intro film menampakkan benda-benda perdukunan ala Korea. Kalau jeli, bisa dibuat penelitian skripsi. Ada juga jimat-jimat yang menarik. Juga poster-poster dewa dan roh Korea Selatan. Yang unik sih tarian saman ala dukun Korea yang geraknya entah benar begitu atau gerakan ngawur.
Kayak tarian perang gitu, disertai gerak tusuk-menusuk dan gerak memutar tubuh sampai terjatuh.
Ya, kalau saya sih memang menonton karena ketertarikan pada budaya.
Saya memutuskan menonton film Korea jika ada suatu benda/obyek khusus yang dibahas atau ditunjukkan. Ga mau rugi waktu dan kuota.
Seperti saat saya menonton film Queen Love and War yang bertema pemilihan ratu dan mitos si kembar di Korea. Pemilihan ratu sering jadi topik dalam film, tapi kali ini agak beda.
Kalau pendapat saya pribadi, film ini lumayan bagus. Tapi harus ditonton saat kondisi waras. Ada adegan kekejaman, pemukulan yang membabi buta dan luka di atas luka. Buat saya yang aslinya takut luka, menyisakan teror yang cukup, sih.
Tapi eksplorasi pemainnya kurang banget. Rasanya hambar. Karakter pemain kurang kuat.
Tapi jangan khawatir, film ini tetap layak ditonton kok.
Ya.. karena saya memang tipe yang takut luka dan takut lihat tulang patah/terpotong.... Kayak trauma, reaksi tubuh saya membuat sakit di lokasi tubuh yang sama.
Lihat betis si tengah patah, selama 15 bulan saya pincang dengan betis yang sangat sakit (sekali) hanya saja, ini psikis, tidak bisa saya kurangi sakitnya dengan obat antinyeri.
Obatnya hanya melihat dia berjalan tanpa meringis. Langsung sembuh. Jika dia meringis lagi, kambuh lagi.
Duh!
Ya.. gitu deh.
Kalau Sobat Cakrawala Susindra suka film yang seperti ini dan penasaran, silakan tonton di Netflix atau WeTV. Saya rekomendasi WeTV sih, yang bisa menonton kualitas 144 tapi tetap bagus sekali ketajaman videonya. Kelemahannya hanyalah harus selalu ubah setting video, karena defaultnya 480.
Makasih sudah membaca review dan sinopsis lengkap The Cursed dengan seksama. Selamat menonton bagi yang ingin menontoooon.
Beberapa foto dari Hancinema.
23 Komentar
Saya paling gak bisa lihat film horor. Biasanya malamnya kalo mau tidur, terbayang scene demi scene adegan yg menakutkan
BalasHapusTidaaak, saya nonton binatang-binatang di national geographic aja deh. Ntar nggak bisa tidur 😀😀😀
BalasHapusBenar, ga kayak di Indonesia sinetron kejar tayang, kadang harusnya sudah tamat ini malah diperpanjang dengan topik yang maksa. Itulah kenapa film Korea bisa menghipnotis banyak orang, termasuk penonton Indonesia. Jujur, untuk film Korea, saya tidak terlalu menyimak ingetnya cuma 2 film, film the flu (mengingatkan pada kasus Corona sekarang) & train to Busan (zombie)..
BalasHapusAkhirnya tamat juga nontonnya. Aku tetep ngelewatin ini karena genrenya bukan aku banget. Btw, ini drama Yo, Ojo dikatain film. Kalau aku tahu pemerannya cuma Om Sung Dong Il aja sama yang anak sekolah itu karena dia main di Parasite
BalasHapusWah butuh teman nih, kalau mau nonton film ini supaya tidak takut.. .
BalasHapusTapi kayaknya saya lebih suka film Korea yang romantis soalnya saya suka ngeri kalau lihat adegan pukul-pukulan
Baca sinopsis ini aku bingung..bgmn klo nomton ya? Hihi..yg horor2 begini mah serahkan saja ke mba Susi..saya yg drama2 manis saja..hahaha.. maafkaan..
BalasHapusSaya juga suka nonton film atau drama korea, Mbak Susi. ceritanya tidak bertele-tele, dan sangat natural. Misalnya kalau tokohnya nenek ya, diperankan nenek-nenek, bukan ornag mudah yang dirias tua.
BalasHapusSaat awal membaca bagian kalau Mbak Susi suka film horor, saya bergumam, saya juga suka. Hanya saya sukanya film horor yang ada unsur misterinya juga. Eh.. ternyata Film The Cursed punya 3 genre, yaitu thriller, misteri, dan horor. Jadi penasaran ingin nonton, Mbak.
Ini genre horor ya mbak Susi.. aku sukanya yang genre komedi.. yang lucu-lucu..Tapi kayanya patut dicobalah sekali-sekali nonton horor.
BalasHapusWah akhirnya ketemu yang review drakor.. eh film ya. Saya drakor lover, salam kenal kak. Tapi ngga suka horor, review nya keren jadi penasaran deh haha.
BalasHapusWah akhirnya ketemu yang review drakor.. eh film ya. Saya drakor lover, salam kenal kak. Tapi ngga suka horor, review nya keren jadi penasaran deh haha.
BalasHapusFilm ini kayaknya bikin geregetan yak nontonya.jad penasaran liat endingnya
BalasHapusFilm Horor! Jujur saja saya ga begitu suka, saya memang percaya akan adanya kekuatan natural dialam semesta, seperti juga kepercayaan nenek moyang kita jaman dulu yang penus dengan mistik. Namun buat saya tidak masuk diakal, dan sampai sekarang saya masih suka bertanya Drakula di China siapayang ngejahitin bajunya? dan Kuntilanak di Indonesia gantibajuga yah,karena bajunya selalu putih ga pernah kotor :)
BalasHapusWaahh anti mainstream nih mba, genre filmnya 😁
BalasHapusSaya tidak suka nonton. Kalaupun suka sepertinya ga akan berani 😆
Huhuhu ... Aku nggak pernah tertarik nonton horor mbak. Pas jaman remaja dulu sempat nonton horor abis itu suka mimpi buruk sampai setengah tahun.
BalasHapusAbis baca review nya jadi makin penasaran nonton film nya kak.. drakor emang selalu bikin mata ngga bisa berpaling
BalasHapusAku belum sempat nonton ini, tapi masuk list drama yang mau kunonton. Tema yang diangkat menarik ya mbak tentang santet versi korea hhehehehe...
BalasHapusBelum pernah nonton pelem Korea hehe.. kirain drama semua. Klo horor gitu seru juga keknya, tp ga mau nonton sendiri ah.
BalasHapusSebenarnya pengen banget bisa menikmati Drakor di rumah saat social distancing kayak gini, sayang kalau saya pegang hp jadilah aksi berebut dg anak, hehe.
BalasHapusBerati horrornya bukan hantu hantu berwajah mengerikan kayak di Indonesia gitu ya Mbak? Penasaran, tapi aku paming gak berani nonton horror setan setan, wajah dedemit yang serem gitu, bikin keinget terus. Wakakka.
BalasHapusBedewe, weTV itu semua drama Korea ada ya Mbak?
Mba Susi masih termasuk kategori berani tuh nonton film horor kl saya NO sama sekali hihi. Teteupp genrenya rom-com kisah love-hate bikin ketawa-ketiwi kesengsem tersipu malu or malah nangis bombay ahahaa
BalasHapusSaya sering sulit ngapalin nama pemain Drakor, he he. Film horor bukan favorit saya karena bisa bikin sumpek hati.
BalasHapusThe Cursed dengan tema santet itu kayaknya menarik untuk ditonton bagi peminat antropologi budaya. Korea punya banyak susi unik
Kalo aku sih suka nonton Korea tapi bukan genre yang kayak gini haha lebih suka yang romantic gitu. Takut sih nonton horor atau film action
BalasHapusAku gak terlalu suka nonton film Korea. Kalau genre yang begini ampuuun mbaa.. aku atuutt.. hihiii
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)