Sampai pagi ini saya masih agak lelah. Pasca perjalanan singkat ke Jakarta tanggal 30-31 Januari lalu, langsung dilanjutkan persiapan untuk ibu berlibur di rumah kami kembali. Itu artinya, kami harus mengosongkan ruang keluarga dan memindah dipan anak-anak ke sana. Agar ibu leluasa bergerak dengan kursi rodanya, dan mudah diawasi bersama. Itu alasannya. Juga, ibu tidak merasa sendirian karena selalu ada orang yang berada di dekat beliau.
Suasana desa juga membuat beliau senang, apalagi rumah saya cukup berisik dengan suara burung dan unggas. Meski, seminggu kemudian, hingar-bingar pertigaan Pantai Kartini akan membuat beliau ingin pulang. Di sana banyak warung dan makanan apapun. Seperti kanak-kanak yang suka jajan, ibu yang telah berusia 86 tahun jadi pelanggan tetap beberapa warung makanan. Saya jadi lebih memahami mengapa bertengkar dengan kakek/nenek gara-gara anak menjadi lazim, karena usia senja memang membuat orang ingin menikmati hidup. Tak mau berpayah, toh uang saku untuk jajan selalu ada. Padahal, komunikasi dan menahan diri adalah kunci agar tidak membuat sedih orangtua kita.
Ibu, di usia senja tetap sehat meski sudah 6 tahun di kursi roda |
AH, sudahlah. Kita toh memang harus berusaha yang terbaik untuk menyelesaikan tantangan kita.
Blog saya tidak terisi sejak beberapa hari. Saya agak bingung mau menulis apa. Ide berjejalan, tapi bada kepayahan.
Saat menyiangi tanaman, saya menemukan ada beberapa suruh-suruhan di antara gulma. Tanaman berkasiat herbal ini memang mudah tumbuh dan sering disalahartikan sebagai tanaman pengganggu. Saya ingin menulisnya sebagai obat diabetes dan obat kulit seperti terluka, inflamasi, dan jerawat.
Saat menyiangi tanaman, saya menemukan ada beberapa suruh-suruhan di antara gulma. Tanaman berkasiat herbal ini memang mudah tumbuh dan sering disalahartikan sebagai tanaman pengganggu. Saya ingin menulisnya sebagai obat diabetes dan obat kulit seperti terluka, inflamasi, dan jerawat.
Belum selesai mencari bahan, jam 9 pagi tadi Mbak Kumaya, penjual sayur langganan meminta daun yodium karena kakinya terluka oleh aspal. Ah! Iya! Ini juga bahan tulisan organik yang bagus.
Bunga yodium di depan rumah, P3K sederhana. Difoto dengan kamera baru. Huhuhu |
Drama sebelum perjalanan
Perjalanan kemarin, diawali dengan sedikit drama eh diskusi panjang. Saya ingin mengajak Giandra atau Gi. Anak kami yang baru berusia 13 bulan. Ia masih anak ASI.
Kami mengkhawatirkan kondisi saat ini. Virus corona menjadi isu hangat kami berdua. Membawa Gi melintasi 2 bandara internasional (Semarang dan Jakarta) saat ini memberikan sedikit rasa jerih di hati kami. Gi sudah full imunisasi, tapi tetap saja, kami tidak berani mengambil risiko.
Beberapa skenario kami siapkan. Tapi intinya satu, saya berangkat sendiri. Toh hanya 1,5 hari. Mas Indra sudah lirik-lirik botol yang hendak dibeli. Saya punya ide lain, yaitu membelikan beberapa kotak susu cair untuk anak batita. Usul diterima.
Skenario selanjutnya adalah bagaimana mencoba membuat Gi tidur tanpa saya pada malam sebelum keberangkatan. Papanya yang akan full mengurus semalaman itu. Pada hari H, ternyata harus lembur. Jadi rencana yang ini dibatalkan.
Hari keberangkatan
Saya memesan tiket travel Jepara Semarang pp sehari sebelumnya. Berangkat tanggal 30 Januari jam 15.00 dan pulang tanggal 31 Januari jam 20.00 WIB. Ternyata saya ditinggal!
Atau, saya merasa ditinggal saat kendaraan travel itu berlalu meninggalkan saya yang berlari mengejarnya pada pukul 15.20 WIB. Saya sudah menunggu sejak pukul 14.50 di depan Saudara Swalayan Tahunan!
Saya segera komplain pada agen yang bersangkutan dan mencoba mencari alternatif travel baru. Setengah panik karena jam penerbangan saya 3 jam 45 menit lagi. 10 menit kemudian saya ditelpon, diminta menunggu di suatu tempat karena akan dijemput. Saya menolak dan meminta maaf, juga menyarankan agar menelpon pelanggan agar mereka tenang. Bukan membiarkannya menunggu 30 menit di jalan tanpa kepastian, lalu ditinggalkan.
Saya segera komplain pada agen yang bersangkutan dan mencoba mencari alternatif travel baru. Setengah panik karena jam penerbangan saya 3 jam 45 menit lagi. 10 menit kemudian saya ditelpon, diminta menunggu di suatu tempat karena akan dijemput. Saya menolak dan meminta maaf, juga menyarankan agar menelpon pelanggan agar mereka tenang. Bukan membiarkannya menunggu 30 menit di jalan tanpa kepastian, lalu ditinggalkan.
Alhamdulillah, saya tiba di bandara dengan travel yang lainnya, dan perjalanan ke Jakarta lancar. Saya tiba di hotel Grand Kemang pukul 22.30 bersama Kang Masruri, pemenang kedua yang mendapatkan sepeda listrik, setelah menunggu hampir 30 menit di bandara. Penerbangan saya malam itu lebih cepat dari seharusnya karena semua penumpang sudah masuk.
Sarapan yang hangat
Sarapan pagi di hotel, seperti biasa, saya fokus pada buah dan pastri. Croissant dan teman-temannya bukanlah makanan yang mudah didapatkan di Jepara. Apalagi mentega Elle & Vire. Jadi, saya selalu makan itu jika tersedia. Mumpung, kan ya? Hehehe.
Saya tidak banyak makan. Hanya roti dan buah, lalu semangkuk soto Lamongan tanpa nasi. Tadi malam saya kekenyangan, makan nasi goreng Grand Kemang.
Saya satu meja dengan Mbak Dyah dan Ardi pemenang ketiga selain saya, dan Kang Masruri pemenang kedua. Mas Bambang, pemenang kedua juga, datang terlambat karena sarapan di kamar. Mbak Cinta, pemenang pertama, rumahnya di Jakarta, jadi akan menyusul ke Menara Kadin.
Saat sarapan itu, Bu Aning, perwakilan dari Kadin bergabung bersama kami, dan percakapan seru terjadi. Kami mendapatkan ledakan-ledakan bangga karena ternyata peserta lomba blog Kadin ada 373 yang terverifikasi. Ibu Aning bercerita bagaimana tim juri membaca satu per satu tulisan yang ada, bahkan menemukan postingan blog yang mirip, hanya diubah tata letak paragrafnya saja. Juga tulisan tanpa ruh karena hanya copas dari sumber sana-sini. Saya bisa membayangkan bagaimana lelahnya menjadi tim juri, dan bersimpati pada tim juri.
Alasan mengapa hadiahnya motor listrik buatan lokal merk Gesits, sepeda listrik dan kamera DSLR juga membuat saya terharu pada ketulusan yang melandasi lomba ini. Bahwa Kadin berharap, bahwa hadiah akan dimanfaatkan oleh para pemenang untuk kampanye kebaikan. 2 hadiah pertama diharapkan membuat para pemenang akan sering mengabarkan keuntungan menggunakan kendaraan listrik ini. Dan untuk 3 pemenang kamera, agar bisa lebih semangat membagikan informasi BAIK di blog atau media sosial.
“Nasionalis,” gunam saya tanpa sadar. Mari kita berharap, agar harapan tersebut akan terwujud.
Bagi saya sendiri, adanya kamera ini membuat anak mbarep mantap masuk ke sekolah vokasi di Jepara, jurusan multimedia. Awalnya ia ingin mengambil jurusan animasi. Bagus, menurut saya, karena ia bisa menemani perjalanan saya sebagai blogger.
Usai sarapan, kami meninggalkan hotel, menuju Menara Kadin. Kami diajak ke lantai 28, tempat penyerahan hadiah.
Penyerahan hadiah
Kami berkumpul di lounge, bersebelahan dengan ruang rapat para pimpinan Kadin. Saya tidak tahu apakah se-Indonesia, yang saya ketahui bahwa rapat tersebut adalah rapat akhir bulan, dan ada beberapa kepala Kadin dari beberapa propinsi, salah satunya Kepala Kadin Sumatra Utara. Sayang Kepala Kadin Jateng atau Jepara tidak ada, pikir saya. Padahal meski sederhana, saya berusaha jadi duta Jepara dengan memakai baju dari kain troso, bros kayu jati, dan casinh HP dari kayu jati juga. Hihihi.
Kami kembali bercengkrama di lounge Kadin. Mbak Uut dari Swa Digital bergabung dengan kami, disusul Mbak Cinta, pemenang pertama. Kami saling lempar candaan seakan sahabat yang sudah lama kenal. Sambil menunggu rapat usai. Seremonial penyerahan hadiah akan dilakukan setelah rapat selesai.
Akhirnya, yang paling sudah tiba. Satu per satu sertifikat dan hadiah diberikan. Kami yang mendapatkan hadiah kamera, bisa langsung membawa pulang. Pemenang motor dan sepeda, akan dikirim oleh agen terdekat.
Acara penyerahan ini diliput di 2 media nasional, yaitu Industri.co.id dan beritasatu.com.
Makan siang yang berkesan
Kami makan siang di Warung Kita, ber-9. Oh tidak, beberapa staff yang membantu terlaksananya Lomba Kadin ikut serta. Warung Kita terletak di basement gedung sebelah Menara Kadin.
Makan siang ini, seperti mengukuhkan bahwa kami keluarga. Atau itu yang saya rasakan. Kami berbincang tentang banyak hal, dari fenomena sekarang sampai bagaimana kami bisa berperan. Tentang empati yang sebagian besar sudah mati, dan bagaimana kami menghidupkan kembali dari rumah, melebar ke tetangga, rukun tetangga, rukun warga dan terus melebar tanpa batas. Memang, keluarga sebagai komunitas terkecil memiliki peran paling signifikan dalam mempersiapkan SDM Unggul Indonesia.
Ah, makan siang pun tak jauh dari latar belakang lomba dan pengukuhan hasil lomba kami. Bangga rasanya, bahwa kami menerjemahkan Kadin sebagai motor penggerak kebijakan pemerintah, melalui peran spesifik kami, sehingga dihadiahi kemenangan.
Dua jam berlalu, saatnya kami ke Bandara Soetta untuk kembali ke kota kami masing-masing.
Hampir tertinggal pesawat
Ada satu peristiwa yang sangat berkesan bagi saya, dan mungkin ini adalah rekor berlari terbaik saya sepanjang masa. Saya berhasil lari dari Gate 3 ke Gate 14, melewati pemeriksaan, dalam waktu 12an menit! Saat itu, saya tidak seperti sedang dikejar hantu, tapi dikejar pesawat! Untungnya saya minum susu kalsium untuk usia dewasa, ya.
Pesawat keberangkatan saya berangkat pukul 20.10, pesawat kepulangan saya landing pukul 18.40, sehingga saya pesan travel pukul 20.00. Saya mencampur keduanya, dan mengira pesawat Garuda saya berangkat jam 18.40. Jadi, saya duduk manis di Nursery room sambil pumping. Entah bagaimana, tiba-tiba saya melihat tiket dan angka 16.45 untuk boarding time muncul, padahal saat itu pukul 16.50. Bisa dibayangkan bagaimana saya berlari? Saya tidak bisa membayangkan. Hanya saja, melihat bentuk kerudung di bagian dahi tergulung ke dalam, saya mungkin memakai kecepatan sepeda motor.
LEBAY! Hahahaha.
Alhamdulillah, ternyata boarding time untuk GA 224 sedikit mundur. Pukul 17.00 gate belum dibuka, kecuali untuk penumpang VIP. Alhamdulillah. Tidak lagi-lagi deh, saya melakukannya. Padahal saat berangkat, saya pasang alarm di HP, lho, kok pulangnya tidak.
Tapi, saya jadi punya pengalaman seru untuk diceritakan, kaaan? Hahahaha.
Jadi ingat saat membuat Batik Air terlambat karena 17 penumpangnya belum masuk pesawat juga setelah dipanggil berkali-kali. Saya dan 16 teman terlambat sampai di Bandara karena terlambat keluar dari Aula PT Semen Padang dan jalanan sempat macet. Oh, itu pengalaman yang sangat memorable. Kami beberapa kali kembali ke tempat pemeriksaan barang karena ada yang terlewat, sementara nama kami sudah 3x dipanggil sejak kami turun dari bis.
Ah! Akhirnya, cerita ini muncul juga. Hahahaha.
Saya tidak melihat jam lagi, apakah pesawat berangkat pukul 17.10 seperti jadwal, yang jelas, pesawat landing 15 menit setelah jam seharusnya. Kami diajak memutar ke timur dulu, karena sesuatu. Saat itu memang hujan, sih. Apa ada hubungannya? Tebakan suami, berdasarkan informasi keponakan kami yang bekerja di Bandara A. Yani, jalan pacu licin jika hujan. Sedikit terlambat juga bisa berarti ada pesawat lain yang menggunakannya.
Di balik wajah kalem(pit) ini ada bakat jadi pelari marathon, tampaknya |
Travel berangkat jam 20.00 dan tidak bersedia menjemput di bandara. Kami janjian bertemu di kampus Unisula. Pukul 20.30 berlalu, tak ada kabar (lagi). Saya sudah bertekad akan menulis review buruk di blog ini dan mengirim surat keluhan ke travel tersebut keesokannya.
10 menit kemudian mobil travel melewati saya, dan berhenti di RS Sultan Agung. Berjarak 200 meter, dan saya berlari kembali, menembus gerimis syahdu. Uh! Olahraga malam.
Eh tidak, seorang bapak, teman ngobrol dan berteduh dari hujan menyetarter motor dan menyusul saya. Beliau dengan baik hati mengantar saya ke mobil travel. Maturnuwun, Pak!
Akhirnya, cerita perjalanan singkat yang berkesan harus diakhiri sampai di sini. Peristiwa baik harus dikenang dan peristiwa kurang baik bolehlah ditertawakan bersama agar hati tetap positif. Setiap kesulitan adalah parameter atau capaian baru, yang harus disyukuri. Jadi... apakah saya akan ikut acara lari maraton di Jepara tahun ini? Karena saya berhasil berlari secepat itu di Bandara Soetta? Oh tidak.... kecuali saya dikejar pesawat lagi, eh, dihadiahi jalan-jalan dan naik pesawat lagi. Hahahaha
27 Komentar
Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya bisa bertemu dan menimba banyak ilmu dari sesepuhnya Waroeng Blogger. Semoga bisa berjumpa lagi di lain hari, Mbak. Sungkem🙏
BalasHapusAlhamdulillah, akhirnya bisa satu meja dengan Kang Masroer yang sudah wara-wiri di dunia blogger sejak lama.
HapusBaca kisahnya serasa ikut lari. Selamat yaa...fotonya jernih banget...
BalasHapusMemang mau ajak olahraga, Mbak. Hihihi
HapusSeneng banget rasanya bisa bertemu dan berbincang dengan para Bloger senior. Terima kasih banyak atas sharing-nya, berkesan sekali pertemuannya. Semoga Allah Ta'ala mempertemukan kita lagi ya, buk.. Aamiin.
BalasHapusArdi, hebat sekali. Masih siswa tapi sudah berprestasi di dunia blogger. Keren!
HapusMbarepku langsung terinspirasi.
Mantap. Semakin semangat untuk terus ngeblog dan ikuti berbagai lomba nih!
BalasHapusAlhamdulillah...
HapusSemangat terus, ya
tanaman yang kaya daun pepaay itu namanya ap ya, kayaknya di rumah ibuku ada, manfaatnya buat apa
BalasHapusBunga yodium, Mbak
HapusWah pengalaman yang seru ya Mbak Susi. Ikut tegang baca bagian lari-larinya.
BalasHapusBtw, selamat atas kemenangannya. Keren banget.
Terima kasih, Mbak Shanty. Terima kasih sudah mampir dan dan menjejak ya
HapusBerkesan sekali pengalamannya mbak. Selamat buat para pemenang lomba blog kadin ya. Semoga tulisannya bermanfaat bagi banyak orang. Keren semuanya!!!
BalasHapusWow..hadiah..awlamatbya mba..Susi..
BalasHapusBtw..barubtaubitu namanya phon yodium...seperti pohon singkong bunga pink gitu ya..pernah lihat saya..tapi gak tau manfaatnya..
Selamat ya mbak
BalasHapusKeren euy
Semoga saya juga bisa menulis bgs dan menang lomba hehe
Wah, selamat mbak. Semoga makin semangat dan produktif pokoknya. Pengalaman berharga bisa lari2an juga tuh, sekalian olahraga. 😉
BalasHapusya ampun, ikut gemes ama pihak travelnya. Enak aja ninggalin, untung segera dapat travel pengganti ya.
BalasHapusKalau kondisi memaksa, emang tiba-tiba jadi punya kekuatan luar biasa ya, lari dari gate 3 menuju gate 14 ini salah satunya
Mba Susi, congratulatioonsss, so proud of youuuu
BalasHapusIni pencapaian yg luar biasa ya Mbaaa
Berkaahh berkaaahhh
Keren Mbak! Bisa menang Blog kompetisi bergengsi, apalagi diberangkatkan ke Jakarta. Selamat ya mbak
BalasHapusSelamat atas pemenang lomba blog kadin, semoga tulisannya bermanfaat bagi banyak orang.
BalasHapusSelamat mba Susi.
BalasHapusPerjalanan yang benar2 sangat lengkap kesannya.
Menunggu hasil jepretan kameranya mba.
Keren mba Susi, bisa menang lomba blog. Selalu ada cerita di setiap perjalanan ya mbak.
BalasHapusBtw, baru tahu wajah kalempit ternyata seperti ini. Hehe ...
Kirain mau berkisah tentang ibu, mengajak jalan jalan dst
BalasHapusEniwei saya suka kalimat ini ", komunikasi dan menahan diri adalah kunci agar tidak membuat sedih orangtua kita"
Anak sering lupa menahan diri, juga sering lupa usia orangtuanya di atas kertas, ngga berapa lama lagi, kok ya menahan diri aja ngga mau.
Akhirnya menyesal deh
Idenya lagi banyak ya mbak Susi sampai tulisannya digabungin hehe :D Ntr kalau udah selo bikin lagi dari catatan2 singkatnya :D
BalasHapusBtw selamat ya atas penghargaan utk prestasinya. Ikut deg2an bagian nungguin travel utk salah pahamnya bisa teratasi dan bisa tepat waktu berangkat :D
Wajah sih lembut tapi kalau lari ngebuuut kwkwk. Selamat Mbak Susi. Ikut berbahagia akan cerita dan kemenangannya meski penuh drama. Tapi kalau enggak drama enggak bakal seru keknya ceritanya haha
BalasHapusMenarik banget ceritanya Bu Susi... alhamdulillah ya gak ketinggalan pesawat. Semoga bisa bertemu kembali di Jakarta ya Bu..salam untuk keluarga :)
BalasHapusSelamat mba Susi untuk keberhasilan lombanya.
BalasHapusCerita terakhirnya bikin aku yg baca jadi panik seketika hahaha
Soalnya ketinggalan pesawat itu nggak enak
Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)