Aih, sudah Selasa saja. Saya masih belum bisa fokus mengerjakan tugas Bunsay minggu ke-6 ini karena si unyil kunyil sedang sakit. Ia demam batuk pilek plus masuk angin. Bawaannya muntah saja, jadi kami harus waspada. Karena, jika ada anak sakit, kami akan fokus pada cairan dan makanan. Anehnya, cara Gi meredakan demam melalui muntah. Kadang semalaman. Saya dan suami jadi waspada plus kelelahan. Saya tak bisa membuat hadiah untuk sesama teman Bunda Cekatan, dan akhirnya mengambil dari Toko Peni, sebuah tutorial tentang street photography milik Paul Jeurissen.
Saya sedang berusaha belajar memotret yang baik. Agar tidak selalu pinjam foto di Pixabay, Freepik, dan Canva. Kayaknya lebih bagus jika foto buatan sendiri. Oh ya, saya beberapa kali menitipkan foto di Pixabay, sementara suami berusaha menjual di Shutterstock.
Kebetulan saya pernah meminta arahan tentang fotografi pada seorang teman di Jepara yang fotonya bagus-bagus banget. Beberapa kali menjuarai lomba foto. Ia suka hunting foto dan saya menawarkan diri ikut. Lalu saya diberi sebuah ebook dan diminta mempelajarinya dulu.
Ya sudah, lah. Toh saya sudah punya perangkat untuk street photography. Ilmunya aja yang ga punya. Wkwkwk. Makanya saya coba taklukkan buku yang punya foto-foto super kece itu.
Ebook ini berisi foto perjalanan Paul dan temannya dalam mengeksplorasi "dunia baru" nan indah. Mereka bertemu orang baru, budaya berbeda, dan mengayuh di antara pemandangan yang memesona.
Ebook ini diperuntukkan bagi mereka yang tahu teknik kamera seperti shutter speed, exposire, flash, ISO, dan lainnya. Kalau belum paham, pelajari dulu http://digital-photography-school.com/digital-photography-tips-for-beginners
Maaf ya, saya tidak aktifkan link-nya. Bisa dicopas di laman baru kok.
Ada sekitar 33 tips bagi fotografer jalanan yang harus dicoba dan dipraktikkan. Tapi memang tak semua bisa dipraktikkan, sih. Menguasai 15 teknik saja sudah bagus, menurut saya, sambil improve terus dengan teknik-teknik baru. Yaah.. karena teknik foto berkembang.
Teknik foto dengan kamera, misalnya.
Sebenarnya saya punya sih, tapi tak sempat diolah dalam bentuk pdf yang bagus dengan kondisi Gi sakit begini. Ngerjain tugas yang satu ini agak grusa-grusu dan seadanya banget. Huhuhu.... Mbak Cindy menawari saya untuk minta penangguhan sampai Rabu karena kondisi. Saya tidak bisa menerimanya. Saya yakin bisa meski seadanya.
Yang asyik dari tips ala Paul ini, adalah foto-fotonya memang LUAR BIASA BIANGET! Parah banget bagusnya. Dan ia aku pelit bagi tips. Menerjemahkan ilmunya itu yang butuh imajinasi tinggi, apalagi di kondisi kontur yang pas-pasang gini. Saya jadi punya keinginan ke Kupang untuk eksplor savana di sana yang luar biasa. Atau Lombok? Bagaimana jika mulai dari Bromo dulu?
Tuh, kan, imajinasi saya juga jadi exceptional. Wkwkwk.
Makasih ya Mbak. Ini akan jadi situs untuk cari inspirasi dan sesekali pinjam untuk postingan blog Cakrawala Susindra.
Nah, ternyata saat kita memberi hadiah, kita akan mendapat hadiah berlipat ganda. Seperti itulah hukum berbagi. Alhamdulillah. Semua hadiah di atas cocok banget buat saya.
Lalu saya jadi merasa cemas, apakah hadiah yang saya siapkan dengan buru-buru itu dibutuhkan mereka? Benarkah ini makanan kesukaan mereka? Saya hanya tahu bahwa kelimanya adalah blogger dan beberapa juga jadi keluarga Foto-Videografi. Jadi, saya pikir akan sangat bermanfaat. Apakah ini tidak tergolong tulus? Aduh, entahlah. Semoga harapan saya jadi nyata, bahwa suatu saat ilmu ini akan bermanfaat. Aamiin.
Hmm... apakah saya perlu mengolah beberapa ilmu dari 3 workshop fotografi yang saya ikuti tahun ini dan memberikan kepada mereka? Tentu saja saat setelah semua normal. Saat ini saya harus fokus pada kesembuhan si imut yang sedang butuh perhatian dan bantuan dulu. Setelah itu sedikit memperhatikan blog ini yang sudah hampir seminggu tak saya sapu. Tidak pula saya jajakan di media sosial atau titipkan ke lapak eh blog teman (blogwalking).
Ternyata, kesayangan sakit bisa sangat menyita waktu ya.
Kiranya sekian dulu, cerita saya tentang hadiah
Saya sedang berusaha belajar memotret yang baik. Agar tidak selalu pinjam foto di Pixabay, Freepik, dan Canva. Kayaknya lebih bagus jika foto buatan sendiri. Oh ya, saya beberapa kali menitipkan foto di Pixabay, sementara suami berusaha menjual di Shutterstock.
Kebetulan saya pernah meminta arahan tentang fotografi pada seorang teman di Jepara yang fotonya bagus-bagus banget. Beberapa kali menjuarai lomba foto. Ia suka hunting foto dan saya menawarkan diri ikut. Lalu saya diberi sebuah ebook dan diminta mempelajarinya dulu.
Dia kok setipe dengan suami. Enggan menjelaskan, Cuma memberi setumpuk PR untuk ditaklukkan.
Foto ini mengingatkan saya pada Batealit Jepara dan 20an air terjunnya. |
Ya sudah, lah. Toh saya sudah punya perangkat untuk street photography. Ilmunya aja yang ga punya. Wkwkwk. Makanya saya coba taklukkan buku yang punya foto-foto super kece itu.
Street photography
Judul ebook itu adalah Bycycle Touring Photography: A Quick Guide to Taking Better PicturesEbook ini berisi foto perjalanan Paul dan temannya dalam mengeksplorasi "dunia baru" nan indah. Mereka bertemu orang baru, budaya berbeda, dan mengayuh di antara pemandangan yang memesona.
Saya ingat Lasem dan pemukiman Cina di Semarang. Bisa ditiru, nih, kecuali sepedanya |
Ebook ini diperuntukkan bagi mereka yang tahu teknik kamera seperti shutter speed, exposire, flash, ISO, dan lainnya. Kalau belum paham, pelajari dulu http://digital-photography-school.com/digital-photography-tips-for-beginners
Maaf ya, saya tidak aktifkan link-nya. Bisa dicopas di laman baru kok.
Ada sekitar 33 tips bagi fotografer jalanan yang harus dicoba dan dipraktikkan. Tapi memang tak semua bisa dipraktikkan, sih. Menguasai 15 teknik saja sudah bagus, menurut saya, sambil improve terus dengan teknik-teknik baru. Yaah.. karena teknik foto berkembang.
Teknik foto dengan kamera, misalnya.
Sebenarnya saya punya sih, tapi tak sempat diolah dalam bentuk pdf yang bagus dengan kondisi Gi sakit begini. Ngerjain tugas yang satu ini agak grusa-grusu dan seadanya banget. Huhuhu.... Mbak Cindy menawari saya untuk minta penangguhan sampai Rabu karena kondisi. Saya tidak bisa menerimanya. Saya yakin bisa meski seadanya.
Yang asyik dari tips ala Paul ini, adalah foto-fotonya memang LUAR BIASA BIANGET! Parah banget bagusnya. Dan ia aku pelit bagi tips. Menerjemahkan ilmunya itu yang butuh imajinasi tinggi, apalagi di kondisi kontur yang pas-pasang gini. Saya jadi punya keinginan ke Kupang untuk eksplor savana di sana yang luar biasa. Atau Lombok? Bagaimana jika mulai dari Bromo dulu?
Tuh, kan, imajinasi saya juga jadi exceptional. Wkwkwk.
Penerima hadiah
Namanya hadiah tentu ada yang diberi hadiah dong.1. Mbak Herlya Inda.
Sebagai balasan, dari Mbak Iya, saya dapat segambreng situs berbagi foto gratis. Segambreng itu berapa? Di atas 30 situs, lah. Banyak banget!Makasih ya Mbak. Ini akan jadi situs untuk cari inspirasi dan sesekali pinjam untuk postingan blog Cakrawala Susindra.
2. Mbak Andryani.
Saya dapat hadiah Manajemen Waktu ala Emak Anak 3 dan Manajemen Emosi ala Emak 3. Ini tuh kayak tamparan banget buat saya. Yang punya planning mengolah ebook buatan sendiri tentang Manajemen Emosi, Manajemen Waktu dan Manajemen Gadget untuk teman-teman, tapi gagal karena tak ada waktu.3. Mbak Nurhilmiyah.
Saya dapat hadiah Kunci Sukses Menulis 30 Hari4. Fajrina Addien
Saya dapat hadiah berupa link Youtube tentang Cara Optimasi Hashtag Instagram agar Banyak Dapat Follower.5. Dian Kusumawardani
Nah, ternyata saat kita memberi hadiah, kita akan mendapat hadiah berlipat ganda. Seperti itulah hukum berbagi. Alhamdulillah. Semua hadiah di atas cocok banget buat saya.
Lalu saya jadi merasa cemas, apakah hadiah yang saya siapkan dengan buru-buru itu dibutuhkan mereka? Benarkah ini makanan kesukaan mereka? Saya hanya tahu bahwa kelimanya adalah blogger dan beberapa juga jadi keluarga Foto-Videografi. Jadi, saya pikir akan sangat bermanfaat. Apakah ini tidak tergolong tulus? Aduh, entahlah. Semoga harapan saya jadi nyata, bahwa suatu saat ilmu ini akan bermanfaat. Aamiin.
Hmm... apakah saya perlu mengolah beberapa ilmu dari 3 workshop fotografi yang saya ikuti tahun ini dan memberikan kepada mereka? Tentu saja saat setelah semua normal. Saat ini saya harus fokus pada kesembuhan si imut yang sedang butuh perhatian dan bantuan dulu. Setelah itu sedikit memperhatikan blog ini yang sudah hampir seminggu tak saya sapu. Tidak pula saya jajakan di media sosial atau titipkan ke lapak eh blog teman (blogwalking).
Ternyata, kesayangan sakit bisa sangat menyita waktu ya.
Kiranya sekian dulu, cerita saya tentang hadiah
19 Komentar
Semoga anaknya Cepat sembuh ya mbak. Ngomongin fotografi Saya dulu sempat suka tapi entah kenapa makin kesini lebih suka nulis aja. 😁
BalasHapusThe more you give the more you get yaaa Mba Susi. Suka deh sama bunda-bunda cekatan ini. Semoga sukses dengan hobi barunya di bidang fotografi ya mba.
BalasHapusCepet sembuh mbak buat si kecil. Ttg fotografi, akun IG aku kalau dirunut dari postingan perdana tahun 2016 hingga sekarang, bakalan keliatan bagian mana aku yang belajar dan berkembang.
BalasHapusAku otw cuzz baca tips di link tsb ya mb.
Kalau bicara fotografi, saya awam sekali. Semoga bisa belajar juga kayak Mbak. Btw semoga si kecil cepat sembuh Mbak, aamiin
BalasHapusFoto yang terakhir lebih dari sekadar foto.ada emosinya
BalasHapusAku bakal belajar juga dari ebook itu Bycycle Touring Photography: A Quick Guide to Taking Better Pictures
Semoga lekas sembuh buat buah hatinya kak... btw foto2nya bagus jadi pengen turun foto2 lagi secara dSLr dirumah udah kelamaan nganggur
BalasHapusPengen banget belajar fotografi, tapi gak punya kamera, kayaknya harus mulai nabung nih buat beli kamera
BalasHapusWah, ini program yang sama dengan yang diikuti Mbak Mia ya, Mbak? Soalnya ada nama Mbak Mia disebut. Keren banget ada komunitas Bunda Cekatan begini.
BalasHapusLalu soal street photography itu, saya juga pernah belajar dasar-dasar fotografi, mulai dari penggunaan grid, pengaturan ISO dan exposure. Banyak teorinya juga ternyata
Membahas fotografi saya selalu antusias. Pingin banget bisa jepret gambar yang bagus
BalasHapusAh, fotografi, hobi lama tapi tak lagi ditekuni. Padahal gear-nya udah ada dan lebih baik daripada dulu yang cuma pake pocket aja. Baca post ini jadi pengin nenteng-nenteng kamera lagi hikss
BalasHapusCepet sembuh ya mba buat si kecil ilmu fotografinya keren sedang sy baca dengan seksama untuk dipraktekkan hehe mksh ya mba..
BalasHapusBanyak memberi banyak menerima mbak. simbiosis mutualismenya berlipat ganda nih. itulah kebaikan. nularnya berlipat lipat. saya mau juga dong dapat hadiahnya. hehe
BalasHapusWaah dulu saya juga pernah jual foto di Shutterstock, hasilnya lumayan juga tuh. Tp sekarang semenjak kamera hilang, jd gak pernah buka lagi Shutterstock
BalasHapusSemoga Gi cepat sembuh ya. Pengen juga aku belajar fotografi. Soalnya suka "dimarahin" suami, pegang kamera dia, mana tombol cekrek aja engga tahu. Haha...Kebiasaan pakai pocket dan HP yg engga pake mikir. Tapi diliat-liat ya gitu aja hasil jepretannya...
BalasHapusKapan nih ada ayah cekatan, mengenai street fotoghrapy saya pun sedang belajar. Asal tau tips triknya pastinya hasil tidak akan bohong.
BalasHapusDari dahulu kala pingin bisa ilmu fotografi. Namun belum juga terlaksana. Baca artikel nya membuat semangat itu muncul kembali. Terima kasih
BalasHapusMakasih Mbak Susi sayang.. senengg banget dikasih ebook tentang Street Photography ini. Mbak Susi ini salah satu panutanku di Buncek Batch 1 Kelas Web Blog SEO (Webs). Mudah sekali berbagi ilmu dan mengutamakan sekali silaturahim dari sekadar DA/PA, huhuu terharu saya Mbak. Sehat selalu Mbasayyy
BalasHapusKebetulan saya sedang ingin mendalami dunia fotografi kak, terimakasih untuk tulisannya!
BalasHapussetelah baca artikel ini, jadi kangen pada hobi fotografi yang sudahdua tahun saya tinggalkan. dulu saya juga suka ambil gambar street photography. karena obyeknya sangat bercerita apa adanya
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)