Serba-Serbi Kebaya yang Mungkin Jarang Diketahui

Kebaya adalah pakaian tradisional para perempuan Indonesia yang sering dipakai pada acara tertentu. pakaian ini telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi fashionable. Tua muda sampai anak-anak suka memakainya karena berkolerasi dengan sebuah event atau kegiatan yang menyenangkan. Kebetulan saya baru selesai membaca tentang sejarah kebaya. Jadi ingin membuat sebuah artikel tentang serba-serbi kebaya yang mungkin jarang diketahui. Bagaimana? Penasaran? 




Sudah selayaknya kita bersyukur karena tinggal di Indonesia. Negeri kita yang kaya akan ragam budaya. Ikatan sosial juga masih dipertahankan sehingga menambah lagi jumlahnya. Keanekaragaman sosial dan budaya di Indonesia dipengaruhi oleh etnik, agama, bahasa, adat istiadat, dan lainnya. Bhineka Tunggal Ika menjadi bingkai penyatu. Kebaya adalah salah satu hasil cipta rasa dan karsa yang menjadi aset negara. Tepatnya, aset budaya nasional. Statusnya sejajar dengan batik, tarian dan lagu daerah, kerajinan tangan, juga busana daerah. 

Nah, sebagai rasa bersyukur itu jua, saya ingin menulis tentang kebaya. Seharusnya posting pada tanggal 22 Desember 2019 lalu, sebagai bagian dari sejarah Hari Ibu. Saya juga sudah minta foto kebaya ke teman-teman Partai Kapal yang berisik jika membicarakan tentang Bela Nusantara.

Sejarah Kebaya

Jika ditelusur jauh, agak sulit mencari asal usul kebaya. Apakah benar merupakan pakaian asli Indonesia ataukah dari akulturasi budaya pada zaman kuno. Beberapa ahli sejarah dapat melihat baju yang dipakai oleh orang-orang di Nusantara ini melalui pahatan batu. Tentu pernah melihat ukiran orang di candi? Seperti itulah tampaknya, pakaian asli kita sebelum Islam datang.
Bagaimana menurut Sobat Cakrawala Susindra?


Busana orang Indonesia pada masa sebelum Islam. Saya ikut eksis, ya.

Jika kita berbicara tentang masuknya agama Islam di Indonesia, maka akan terjadi perdebatan tentang dari mana dan oleh siapa, juga kapan terjadinya. Mungkin karena nusantara sedemikian luas sehingga data tak semuanya sama. Tapi saya tetap sepakat bahwa agama Islam diperkenalkan oleh pedagang. 

Pada masa itu, perdagangan dunia sudah terjalin dengan erat. Transportasinya masih menggunakan kapal layar yang mengandalkan angin. Hal ini membuat adakalanya pedagang akan menetap beberapa bulan di sekitar pelabuhan yang disinggahinya sehingga terjadilah percampuran budaya. 

Dari pemahaman ini, saya mengamini pendapat Rens Heringa dalam tulisan Batik Pasisir as Mestizo Costume. Ia mengajukan teori bahwa kebaya berasal dari kata cambay, yang mengacu pada kota Cambay di India. Mereka memakai baju berupa blus longgar dengan bukaan depan. Laki-laki dan perempuan memakainya. Orang Persia juga menyebut baju tersebut dengan nama cabay.

Namun Heringa juga mengajukan satu teori lagi, yaitu kebaya adalah modifikasi baju bei-zi dari Cina. Baju bei-zi berupa baju longgar dengan lengan panjang berbuka depan. Baju ini dipakai perempuan Cina dari kalangan sosial bawah pada masa Dinasti Ming (abad ke-15 - 17). Namun, Bei-zi populer juga di dinasti sebelumnya, yaitu Dinasti Song (960-1279). Dikatakan, perempuan pada era Majapahit telah memakai baju atasan mirip bei-zi ini. hanya saja lebih simpel dan tipis daripada aslinya, karena iklim tropis mempengaruhi perubahan gaya pakaian.

Gaun zaman Kerajaan Ming


Selama ini, pemahaman yang bertahan adalah kebaya berasal dari kata abaya  (bahasa Arab) yang memiliki arti pakaian. Pakaian Arab berasal dari zaman Mesir Persia kuno, yang berkembang ke Jazirah Arab, dan negara - negara Syam seperti Palestina, Libanon, Siria, dan Jordania. Bentuk abaya pada masa itu adalah pakaian berbentuk bujur sangkar yang menutupi seluruh tubuh dari kepala hingga mata kaki, kecuali wajah, tangan, dan telapak kaki. Mungkin agak sulit membayangkan bagaimana baju terusan ini menjadi pendek sepinggang karena ada kain batik yang menjadi baju bawahan. 

Entah mana yang benar atau malah semuanya benar, hanya kurun waktunya yang berbeda, saya idak tahu. Belum ada sanggahan atau penguatan teori yang baru. Seperti halnya sejarah dari benda yang dapat lapuk oleh zaman, dan ketidakbiasaan mencatat yang membuat banyak sejarah yang sepi peminatnya. 


Kebaya Bali. Gambar pemanis saja. Diperankan teman blogger. Siapa dia? Iya, Mbak Hanila.

Proses perkembangan kebaya beberapa abad kemudian.

Busana masyarakat Jawa (mungkin nusantara), pada abad ke-15 digambarkan di buku Tomes Pires. Jauh sebelum itu bisa dilihat di relief candi. yaitu terbuka bagian atas. Tubuh hanya dibalut dengan secarik kain (batik). Jadi bisa dikatakan bahwa pada masa pra Islam, seperti itulah pakaian orang Indonesia pada umumnya. Tak menampik, ada derah lain yang berbeda. Sekali lagi, karena sedemikian luasnya Indonesia. 

Di atas saya menyatakan bahwa para pedaganglah yang memperkenalkan agama Islam di Indonesia. Tapi perlu dipahami bahwa ini bukan satu-satunya. Perkenalan dengan agama baru juga berarti berkenalan dengan budayanya. Termasuk di antaranya dengan cara berpakaian. 


Kebaya jawa kuno untuk remaja (raden ajeng). Ketiganya adalah putri Keraton Surakarta yang berpikiran maju. Foto diambil sekitar tahun 1908

Pada awalnya, pakaian kebaya masih longgar dengan bentuk yang sangat terbatas. Hal ini berlangsung cukup lama, beberapa abad. Sampai pada suatu masa, ketika bentuk tubuh menjadi perhatian. Terutama bentuk tubuh jam pasir. Kebaya pun akhirnya mengalami transformasi bentuk, menyesuaikan dengan proses budaya para pemakainya. Transformasi bentuk ini termasuk standar pakaian kraton tidak sama dengan pakaian perempuan bangsawan, meskipun mereka menirunya. 
Ada pakem-pakem yang dibuat untuk membatasi sosial pemakainya. Sulit mengatakan mana yang lebih berperan, kerajaan dengan segala simbolnya atau pemerintah kolonial Belanda yang merasa superior, tapi para perempuannya memakai kebaya juga. Yang jelas, tak sulit membayangkan mengapa kebaya semakin membentuk lekuk tubuh, karena kebudayaan barat turut mempengaruhinya.

Apakah rakyat biasa memakai kebaya? Oh, ya, tentu saja. Pada zaman dahulu kebaya adalah pakaian sehari-hari. Akan tetapi sekali lagi, tentu ada keterbatasan mode kebaya yang dipakai. Ini bukan hanya tentang kelas sosial tapi juga kemampuan membeli.


Potret perempuan Jawa/nusantara zaman dulu

Jenis-jenis kebaya

Waktu bisa mengubah banyak hal, memodifikasinya sesuai dengan kebutuhan dan permintaan masyarakatnya. Sepanjang yang saya tahu, kebaya baru dikelompokkan menjadi 5, yaitu:

1. Kebaya Jawa  

Semua kebaya Jawa, begitu mungkin, yang diketahui. Apalagi kalau googling dengan keyword ini. Padahal, yang disebut kebaya Jawa adalah kebaya berbentuk sederhana dengan leher berbentuk V. Panjang kebaya hanya sampai sedikit di bawah panggul. Bahan yang dipakai biasanya dibuat dari bahan bludru dengan bordir emas. Kebaya ini sudah sulit dilihat. Zaman dahulu menjadi busana wajib pengantin saat di pelaminan.


Contoh kebaya Jawa yang dipakai oleh keluarga Kartini dari ibu sampai anak

Saya sangat kesulitan menemukan foto kebaya Jawa asli, karena lebih banyak kebaya jenis baru yang tampak. Tapi bukan berarti tak ada. Hanya saja, harus telaten mencari dari foto lawas para raden ayu dan raden ajeng yang sudah didigitalkan. 

2. Kebaya Kartini 

Entah mengapa disebut dengan kebaya Kartini. Bentuk kebaya hampir sama dengan Kebaya Jawa, hanya bahannya yang berbeda. Kebaya Kartini menggunakan bahan katun yang lebih sederhana, adem dan lebih murah dari bahan beludru. 


Kebaya model Kartini. 


Selama mempelajari sejarah Kartini dan perempuan Jawa di masa lampau, saya memang ada, menemukan semua sahabat Eropa yang bertemu dengan Kartini baik di Jepara, di Jakarta maupun di Bogor, mengenang cara berbusana Kartini yang tidak biasa seperti lazimnya perempuan Jawa. Surat itu dikirim ke istri atau sahabat, segera setelah bertemu, dan merupakan surat tentang kesan mengenai tiga putri Bupati Japara yang lancar berbahasa Belanda dan berpikiran modern. Untuk busana, biasanya Dikatakan "lebih sederhana tapi manis." Frasa ini bisa berarti banyak, dan mungkin ada yang merasa butuh untuk menelitinya. 


Kebaya kartini versi film yang diperankan oleh Dian Sastro dkk


Jika menelisik busana setelah tahun 1904, akan terlihat betapa banyaknya perempuan yang memakai kebaya sederhana berwarna putih dari bahan kain katun. Tapi jika ditelusur lebih jauh, kebaya putih ini populer di kalangan perempuan Eropa sebelum Kartini lahir. Jadi, mungkin hanya mempermudah penyebutan, atau karena memang saat itu fotografi belum banyak meski tentu saja sudah lama ada.

Beberapa waktu lalu saya mendapatkan sebuah foto ekslusif dari COLLECTIE_TROPENMUSEUM_berjudul Soendanese theepluksters. Dua perempuan menak berfoto di antara kebun teh. Mirip juga. Jadi mungkin memang trend saat itu.

busana perempuan preanger
Busana perempuan preanger


3. Kebaya Encim atau Kebaya None Betawi 

Pada perkembangannya, ada kebaya encim yang dipakai para none Betawi. Kebaya encim biasanya berbahan organdi atau katun, dengan model kerah V juga, dengan tambahan bordir sepanjang kerah sampai bawah (bagian sisi yang menerus dari kerah). Terkadang bagian bawahnya juga dibordir. Ciri khasnya adalah warnanya yang cerah. Warna putih hanya dipakai saat berkabung. 


Kebaya encim orang eropa


Ada perbedaan pendapat mengenai asal muasal kebaya encim ini. Masyarakat Betawi menyatakan ini asli Betawi. Orang Cina hanya ikut memakainya. Namun sebagian mengatakan bahwa kebaya encim adalah kebaya orang Cina di Indonesia yang dipakai juga oleh orang berada di Betawi dan sekitarnya. Yang mana pun boleh saja, menurut saya.

4. Kebaya Kutubaru 

Tak diketahui kapan kebaya ini mulai menjadi trend, serta disebut sebagai kebaya kutubaru. Bentuk kebaya mempunyai sebuah “jembatan” atau kain penghubung di tengah kebaya, untuk menghubungkan sisi kanan dan sisi kiri pakaian kebaya. Hanya dengan menambahkan kain penghubung, kebaya menjadi lebih manis dan dapat diberi tambahan aksesoris yang besar. Saya kurang tahu sejarah kebaya kutubaru ini, hanya menebak kalau berasal dari istana/keraton, karena memang sangat manis sekali jika ditambahkan aksesoris sedikit atau banyak.


Contoh kebaya kutubaru


Kebaya masa kini

Kebaya menjadi salah satu aset budaya nasional. Harus dilestarikan, pastinya. Agar perempuan banga memakai kebaya, maka dibuatlah modifikasi agar selalu cantik dan elok. Apalagi kebaya sudah menjadi salah satu busana wajib saat pernikahan. Beberapa instansi dan sekolah juga mewajibkan menggunakan kebaya saat Hari Kartini. Apalagi, ya? Hmm... sekarang lebih banyak kesempatan pakai kebaya, pastinya. 

Kebutuhan akan kebaya yang disukai banyak perempuan Indonesia membuat banyak perancang kebaya Indonesia yang mendunia. Katakanlah, ada Edward Hutabarat, Anne Avantie, Raden Sirait, Ammy Atmanto, Adjie Notonegoro, dan Ferry Sunarto. Mereka sangat dikenal karena memodifikasi kebaya dengan sangat cantik. 

Jika suka sejarah, boleh juga membaca di kategori sejarah dan sejarah Kartini

22 Komentar

  1. Saya termasuk yang selalu suka melihat perempuan Indonesia yang pake kebaya. Selalu terlihat memiliki pesona elegan tersendiri ya mba. Gak kalah sama gaun2 internasional pokoknya.

    BalasHapus
  2. Negaraku tercinta, semoga selalu damai dan semakin makmur rakyatnya serta semakin mendunia budayanya

    BalasHapus
  3. Kebaya sekarang semakin berinovasi ya mba. Orang yang tadinya gak suka pake kebaya karena super ribet, sekarang semakin suka karena modelnya juga cantik-cantik.

    BalasHapus
  4. Aku suka sekali berkebaya
    Bisa dibilang sering banget berkebaya, dalam berbagai acara
    Aku merasa cantik dan anggung saat berkebaya hehehe

    BalasHapus
  5. Kebaya encim yg saya familiar... secara istri dan ibu pernah bikin yg model itu... apalagi kami orang batak kak...kebaya udah semacam baju wajib kalau ada pesta keluarga terdekat

    BalasHapus
  6. Makasih banyak ya mbak penjelasan tentang kebaya ini. Jujur aja, aku awam soal kebaya ini. Dulu aku mikirnya kalau pakai kebaya itu pasti gatel karena bahannya brukat, trus harus pakai kain sewek batik semata kaki, dll.

    Eyangku masih sering pakai kebaya lengkap dgn sanggulnya hingga akhir tahun 2007 untuk setiap acara formal. Kalau skg anak2nya gak pakai sanggul karena digantikan hijab.

    BalasHapus
  7. Kalau ngomongin kebaya, pikiran langsung tertuju pada kain yg penuh brokat. Emangnya ada ya hubungkan kebaya dg brokat?? Aq sukanya kebaya batik

    BalasHapus
  8. Jadi ingat pas dulu kursus menjahit, saya pernah bikin kebaya dan dipakai Ibu saya. Unik dan etnik sekali. Sekaligus cukup senang karena bisa membuat sendiri

    BalasHapus
  9. Kebaya Raden Ajeng yang dipakai oleh putri keraton lebih sesuai buat saya Mba Susi.
    Mungkin karena panjang dan tak berlekuk. Dipadukan sama hijab panjang. Pas buat muslimah

    BalasHapus
  10. Kebaya dari dulu sampe sekarang selalu eksis ya kak, nggak pernah ketinggalan jaman. Palingan cuma beda bahan kainnya aja yang makin bagus

    BalasHapus
  11. Sebagai laki-laki, saya berasa beruntung membaca ini karena jadi tahu sejarah kebaya. Kalau jenis-jenis kebaya ada beberapa yang familiar. :D

    BalasHapus
  12. Ternyata kebaya putri kraton lebih longgar² ya Mbak Susi,, sukaa liatnya... Ademm.. Kok zaman now kesannya kl kebayaan mesti full pressed body ya... Hehe... Nice share Mbak Susi...

    BalasHapus
  13. Haha... Model kebaya menyesuaikan bentuk tubuh jam pasir ini sempat membuat saya frustasi saat mau beli kebaya, nggak ada yang pas di badan saya. Akhirnya pilih beli kain dan pergi ke tukang jahit

    BalasHapus
  14. aku suka kebaya karena melambangkan ciri khas wanita negara Indonesia.. i love KEBAYA

    BalasHapus
  15. Kebaya Kutubaru sepertinya mengandung unsur melayu karena bentuknya agak mirip, tapi itu hanya pendapat sya saja hehehe

    BalasHapus
  16. Waktu saya kecil, kebaya kartini diatas jadi pakaian 'kebesaran' emak kalau ke pasar. Orang-orang pada waktu itu juga masih banyak yang berpakaian yang serupa. Itu pada medio tahun 2000-an.
    Sekarang serbuan pakaian impor yang lebih praktis dan murah mengubah peta busana juga.

    BalasHapus
  17. Sekarang udah banyak bermunculan desain kebaya modern, jadi pastinya model yang sekarang lebih diminati karena dirasa sesuai dengan perkembangan jaman. Tapi model-model yang jaman duli juga harus dilestarikan adanya.

    BalasHapus
  18. Di Bandung, tiap hari Rabu pakai baju nasional, terutama di instansi dan sekolah. Yang bapak/ cowo pakai hitam-hitam, pangsi. Yang ibu/ cewe pakai kebaya. Aku lihat sih udah banyak modifikasi disesuaikan juga yang berjilbab. Anak sekolah sih seadanya di toko kayaknya, jadi hampir merata model kebaya encim, bawahnya rok batik (seragam).

    BalasHapus
  19. trnyata jenis-jenis kebaya itu banyak ya. kirain semuanya adalah kebaya tanpa ada nama lain dibelakangnya

    BalasHapus
  20. Ternyata sejarah kebaya itu beragam pula versinya ya Mbak. Jenis kebaya juga beragam. Terlebih di zaman sekarang ini, kebaya sudah banyak modifikasi dan penyesuaiannya

    BalasHapus
  21. Zaman semakin modern motif dan model kebanyapun semakin ciamik, dan sangat elegan, enak dilihat

    BalasHapus
  22. Panjang ya ternyata sejarahnya. Dan sekarang semakin banyak modifikasi yang dilakukan terhadap kebaya ini. Cantik dan anggun sih kebaya ini..

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)