Persiapan Membuat Kurikulum Belajar Sendiri Berdasarkan Pilihan Aktivitas yang Saya Pilih

Sebuah aktivitas yang disukai, akan menyeret banyak keterampilan baru yang perlu dibuat daftarnya agar mudah menyusun kurikulum belajar mandri. Saking banyaknya, 24 jam akan terasa kurang. Contoh sederhana adalah, saat saya memilih aktivitas ngeblog yang akan saya tekuni dan berusaha menjadi ahlinya, maka saya membutuhkan keterampilan menulis yang runtut karena content is king. Saya juga perlu belajar SEO on page dan seo off page, sebaran keyword yang jadi bagian dari SEO on page, juga pelajaran optimasi blog dan semua media sosialnya. Setidaknya butuh 30an keterampilan yang harus dikuasai, jika saya mau membuat daftarnya, saat akan menyusun kurikulum belajar mandiri yang gue banget. Ini belum termasuk keterampilan manajemen rumah tangga, manajemen waktu, manajemen emosi, manajemen gawai, manajemen delegasi, manajemen kasus. Boom

Foto diolah dari Canva

Pijakan pertama


Mungkin ingat, tulisan saya tanggal 17 Desember 2019 berjudul Pijakan Pertama: Melacak Aktivitas Suka dan Bisa. Di posting itu saya memilih 5 aktivitas yang ingin saya kembangkan dan kuasai dengan baik. 5 aktivitas tersebut disebut dengan telur hijau. Sekarang saya harus menemukan telur merah, yaitu keterampilan yang harus saya pelajari dan kuasai untuk mendukung akivitas pilihan saya. Ternyata, saya tidak harus membedah semua aktivitas pilihan. Pilih antara 1 sampai 5 aktivitas yang harus dicari telur merahnya. Mengapa demikian?

Karena saya seorang ibu rumah tangga? 
jawabannya, "Iya" dan "bukan".

Saya seorang ibu rumah tangga yang sebagian besar aktivitas sudah ‘terbeli’ oleh kewajiban. Ada kewajiban saya sebagai pribadi, sebagai anak, sebagai istri, dan sebagai ibu. Semua harus seimbang. Jikalau saya ingin berkilah, toh ada anak dan suami yang bisa membantu pekerjaan rumah saya, Bu Septi akan menjawab bahwa saya tak boleh berbagi beban dengan anak dan suami. Aktivitas yang saya tak suka seperti mencuci piring dan mengepel tidak seharusnya dikerjakan mereka, hanya karena saya tak suka dan bisa menyuruh anak. Itu bukan delegating, namanya. Delegating membutuhkan keihlasan untuk melakukan, bukan karena disuruh, apalagi dipaksa. Padahal, saya butuh banyak waktu untuk ngeblog dan belajar optimasi blog, sehingga membutuhkan mereka sebagai support system yang andal.




Aktivitas harian saya sekarang ini selain ngeblog dengan ube rampenya, adalah yang berkaitan dengan proses menulis sejarah. Tiap hari saya membaca artikel atau buku sejarah untuk memuaskan dahaga akan fakta yang mungkin terabaikan, karena sejarah adalah interpretasi penulisnya. Sejarah juga menuliskan tentang mereka yang telah berpulang. Setidaknya itulah genre sejarah yang saya ambil. Saya tutup mata pada sejarah pergerakan, sejarah malais, sejarah kelam tahun 1965 (yang sangat mungkin untuk mendapatkan sumber data hidup). Batas saya adalah tahun 1900-1930, tentang perempuan, pendidikan, dan sosio-budaya pada masa itu. Meski sudah menetapkan batasan yang kuat, saya tetap saja, beberapa kali kebablasan dalam memuaskan dahaga informasi. 

Hal ini terjadi beberapa kali pada saya, saat mencari bahan tentang sosok yang jarang ditulis. Tentang Raden Ayu Lasminingrat, misalnya, yang menurut penelusuran saya adalah 2 orang yang diklaimkan jadi 1 orang. Saking laparnya, saya beberapa kali mencari ilmu baru sampai pagi dan pagi lagi. Oleh karena saya tak bisa tidur siang, itu artinya saya terjaga selama hampir 48 jam. Saya tidak merasa lelah. Hanya saja, aktivitas harian saya tidak bisa secepat biasanya. Saya merasa rugi karena seharusnya bisa melakukan A sampai Z dalam satu hari, hanya bisa menyelesaikan sampai A sampai S. 


Aktivitas saya di dunia penulisan sejarah


Bagaimana dengan 3 aktivitas lain yang saya pilih? Masih ada aktivitas memasak yang saya lakukan sebagai me time, namun saya serius melakukannya. Saya sering menonton resep jajanan anak harga 1000an yang bisa saya coba. Jadilah aneka camilan yang aslinya bisa dijual dan dititipkan ke warung. Tapi saya tak bisa menjamin komitmen akan bisa terus memasak karena ada bayi usia 1 tahun yang menggemaskan yang sedang kemuler atau bergerak ke mana-mana. Dengan alasan ingin memasak camilan enak, dua kakak laki-lakinya yang berusia 11 dan 16 tahun, secara willingly menjaga adiknya full, menghindarkannya dari dapur yang bisa mengganggu eksperimen saya. Bagaimana jika saya jadikan sebagai sumber rezeki dengan cara konsinyasi ke warung? Oh, kedua kakak akan senang sekali karena mereka sangat doyan makan. Memang usia mereka adalah usia growth spurt, sehingga sangat cepat merasa lapar kembali. Mereka tumbuh dengan cepat, dan dengan berseloroh saya mengatakan, "Kalian makan karbit, ya?" 

Tapi, saya khawatir, berapa hutang waktu saya pada adik terkecilnya, yang juga sedang mengalami growth spurt atau lonjakan perkembangan dan pertumbuhan. Gi cepat sekali mendapatkan kemampuan baru setelah ulang tahun perdananya. 


Resep masakan kreatif ala Susindra. Klik gambar untuk link resepnya.


Andai waktu bisa diulur menjadi 30 jam per hari.....

Ada kalanya khayal saya setinggi itu. Tentu saja, saya paham bagaimana kelelahan yang kita dera jikalau benar waktu sehari adalah 30 jam. Allah menciptakan waktu sudah pas dengan pos-posnya. Tak ada yang cacat dalam hal itu, kecuali kita, makhluk ciptaan terbaiknya yang belum menguasai manajemen waktu dan manajemen lainnya. 

Masih ada 2 aktivitas menyenangkan yang baru saya kuasai kulit arinya, dan selalu membuat saya bersemangat belajar, yaitu ilmu/aktivitas pengasuhan anak dan aktivitas menjadi content creator. Yang terakhir ini, sebenarnya adalah perpanjangan dari aktivitas ngeblog. Menjadi blogger bukan lagi hanya menulis di blog, akan tetapi bagaimana membuat foto yang ciamik, membuat desain eflyer yang cantik, membuat dan mengedit video yang epik, dan tentu saja, mengelola semua media sosial wajib dengan apik. Ada Facebook, Instagram, Twitter, Pinterest, Linkedin, dan masih banyak lagi, yang setiap akun harus dikelola seperti mengelola blog. Allahu akbar! Untuk apa saya melakukan semua itu?

Untuk bahagia dan memberi manfaat. Itu alasannya. Semua akivitas di atas membuat saya sangat bahagia sehingga rela melakukannya di waktu lapang maupun sempit. Semua juga saya lakukan sebagai media sharing yang sudah disaring agar memberi manfaat pada para pembaca saya. Inilah legasi saya. Inilah warisan saya. Untuk inilah saya ingin dikenang saat tubuh saya sudah berkalang tanah. 


Ngeblog di mana saja


Hmm... bau harum menyeruak. Bau mawar merah yang saya tanam di teras duduk. Saya lupa menambahkan satu lagi aktivitas menyenangkan yang membuat saya lupa waktu dan sangat kelelahan, sampai njarem semua tangan. Berkebun. Pagi ini, dua belanjaan bibit tanaman di sebuah e-commerce sudah datang. Ribuan bibit sayur, cabe-cabean, juga aneka bunga. 7 keranjang sampah dapur yang saya olah menjadi kompos harus diaduk 4 hari sekali. Ada lahan tak seberapa besar yang saya cangkul atau cabuti rumputnya tiap pagi karena anak libur sekolah. Yah, itulah saya. Satu tubuh tapi nekat melakukan banyak hal sekaligus, padahal sebagai anak, ibu juga berhak atas tubuh sehat saya agar dapat merawat dan mengangkat beliau kapan saja. Ada hak 3 anak laki-laki yang perlu bimbingan dan asuhan, sehingga saya merasa perlu memasukkan aktivitas mengasuh anak sebagai bagian dari telur yang harus saya tetaskan. Youtube dan komunitas parenting sangat membantu saya di proses belajar ini.

Sanggupkan saya, membuat kurikulum untuk 6 aktivitas saya di atas?

Tidak. Belum. Saya harus mengolah, memilah, dan memilih mana yang paling penting dan mendesak. Dan saya pilih aktivitas ngeblog yang saya tetaskan. Alasannya klise, yaitu finansial. 


Foto diolah dari Canva


Finansial. Saya bukan orang berada. Masih sering kehabisan uang belanja di tengah bulan dan kembang kempis mengatur menu keluarga yang tidaklah istimewa. Saya juga tak bisa mendelegasikan pekerjaan rumah tangga kepada orang lain yang disebut asisten rumah tangga. Belum. 

Saya pernah menyerah, tak mau ngeblog karena ingin mendapatkan penghasilan yang pasti. Saya berniat menjualnya, lalu membuka usaha dengan modal dari penjualan blog ini. Sebuah tamparan penuh cinta saya dapatkan dari teman-teman, membuat saya ingin kembali mempercayai blog sebagai sumber rezeki. Jangan salahkan blog dan tuntutannya, tapi salahkan diri sendiri yang merasa tak sanggup mengejar ketertinggalan. Setelah sampai di titik kritis itu, saya seperti terlontar dari dasar. Semangat ngeblog melesat ke atas. Saya akan menguatkan blog dan semua media sosial pendukungnya agar sampai pada taraf rate card jutaan. Harapan saya demikian. Makanya saya tak bersedia menerima fee seratusan di blog ini sejak entah berapa tahun lalu. Ini adalah cara saya merawat blog juga. Setidaknya saya bisa lega, karena blog Cakrawala Susindra saya termasuk sehat dan rate-nya bisa mahal. Terakhir saya cek, spamscore hanya 1%. Alexa, broken link, dan bounce rate landing page yang masih PR, selain speed blog.




Sebagaimana tugas Bunda Cekatan Ibu Profesional minggu ini, yaitu membuat telur merah yang akan dibedah untuk dibuat kurikulumnya. Saya tidak bermaksud membedah semua keterampilan yang harus saya pelajari untuk mendukung aktivitas suka dan bisa saya. Belum waktunya. Belajar itu one bite at a time. Sedikit tapi terarah dan terukur. Kalau kemaruk, malah akan melakukannya setengah-setengah dan tenaga belajar bisa habis di jalan. Padahal, energi belajar itu sangat esensial. Harus dipelajari manajemen mengatur energi belajar agar bertahan sampai akhir.

Apa yang harus saya lakukan?

Oleh karena kemampuan finansial, bahagia dan bermanfaat adalah 3 elemen yang saya pegang saat ini, maka saya memilih aktivitas ngeblog yang harus saya pelajari dan kuasai. Keterampilan ini akan membuat saya naik kelas dan bisa menambah pundi rezeki dengan cepat. Saya sudah berjanji pada diri sendiri dan keluarga, akan rajin ikut lomba. Jika memang akan jadi tabungan membuat rumah, jika kalah akan jadi pemantik untuk menulis posting lomba dengan lebih baik. Mempunyai rumah sudah menjadi hal yang teramat penting dan mendesak, dan itu harus dimulai dari membeli sebidang tanah tetangga yang harganya masih bisa dijangkau. Setelah itu membuat rumah dan mengisinya. Jadi... Caiyo, Susindra!



Keterampilan dasar ngeblog yang harus saya kuasai

Keterampilan dasar seorang blogger sesuai dengan ia mau sampai di mana. Saya masih menetapkan target menengah, karena sadar kemampuan dan keterampilan. Dan inilah daftar keterampilan dan keterampilan tambahan (saya menyebutnya sub keterampilan) yang saya butuhkan.
1. Keterampilan menulis. Keterampilan menulis membutuhkan beberapa sub keterampilan menulis. Bisa dibilang begitu, sehingga saya perlu belajar:
a. Keterampilan belanja ide dan gagasan menulis,
b. Keterampilan mengolah ide yang ada menjadi sesuatu yang baru,
c. Keterampilan mengkombinasikan 2 atau lebih gagasan yang kelihatannya tidak bisa dikombinasi agar menjadi tulisan yang unik alias out of the box,
d. Keterampilan mengolah ide secara runtut, dengan membuat outline tertulis maupun bayangan,
e. Keterampilan menulis dengan PUEBI yang tepat,
f. Keterampilan menulis dengan gaya ringan namun spesifik sehingga cepat dikenali,
g. Keterampilan menarik minat orang agar mau membaca tulisan sampai akhir,
h. Keterampilan olah data perpustakaan digital. 


Sumber Canva.


Sub keterampilan terakhir dari keterampilan menulis di atas, merupakan keterampilan dasar dan jembatan penghubung aktivitas lainnya karena saya tak bisa jauh dari data dan dunia digital. Nanti akan saya tuliskan lebih lanjut. 

Saya perlu belajar menata data digital yang saya miliki. Ini penting agar saya tak membuang banyak waktu saat mencari data. Saya sedang mencari kursus perpustakaan digital. Beritahu jika ada, karena perpustakaan digital saya masih berantakan.

2. Keterampilan SEO, adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa tidak, harus dilakukan. Jika menulis adalah darahnya blog, maka SEO adalah jantungnya. Di situlah sebuah blog akan berdenyut lemah atau kencang, dan seberapa panjang staminanya. Hal ini terjadi karena SEO adalah teknik memaksimalkan blog kita di mesin pencari, sehingga akan selalu muncul saat ada orang yang mengundangnya di Google Search. 

Belajar SEO akan mengundang beberapa sub keterampilan juga, yaitu:
a. SEO on pages,
b. SEO off pages,
c. Riset keyword,
d. Penulisan yang SEO friendly
e. Setting blog agar teroptimasi,
f. Submit ke Webmaster Tool dengan benar
g. Submit ke media sosial sesuai dengan behaviour follower,
h. Dll.


SEO yang harus dipelajari setiap blogger. Sumber Canva.

Rasanya saya sudah lelah duluan kalau ingat PR blogger ini. Hahahaha. Makanya saya sempat hampir give up karena menganggapnya ribet dan melelahkan. Namun saat saya menambahkan cinta pada aktivitas ngeblog, yang ada adalah fun dan fun. Belum easy, tapi lebih mudah dijalani.

3. Keterampilan memahami bahasa pemrograman yang sederhana. Keterampilan yang satu ini benar-benar memusingkan saya. Meski saya punya kemampuan mengenali pola (termasuk pola tulisan), namun saya tetap butuh kepekan saat menulis bahasa pemrograman seperti kode html, css dan javascript. Saya sudah berikhtiar mengikuti kelas dan komunitas coding, tapi rasanya saya sungguh bebal di sana, dan teman-teman sudah jauh di depan saya. Oleh karena tertinggal, saya postpone kegiatan belajar saya ini, sampai saatnya kelak akan menjadi keterampilan yang penting dan mendesak. 

4. Keterampilan olah visual pendukung blog, berupa foto dan video. Keterampilan ini sangat penting dan harus dipelajari oleh seorang blogger jika ingin sukses dan naik kelas. Visual sangat dibutuhkan agar menarik minat pembaca untuk membaca lebih lama, lebih banyak, dan lebih sering. Ini adalah komunikasi visual yang sangat efektif. Pembaca berhak mendapatkan banyak informasi yang ia cari tanpa merasa lelah membaca. Gambar akan menjadi ‘pijat mata’ yang efektif, selain membuatnya lebih mudah mengingat apa yang ia baca. Ini juga akan menghidupkan blog, membuatnya lebih profesional, dan menjadi personal branding pemilik blog.


Foto dari Canva

Keterampilan olah visual yang saya butuhkan sebagai seorang blogger meliputi:
a. Keterampilan menggunakan Canva sebagai pembuat gambar pendukung untuk ilustrasi artikel, gambar header, gambar di side bar, dan lainnya. Canva saya pilih setelah mencoba beberapa aplikasi lain seperti PicsArt, Snapsheet, Adope Photoshop Lightroom, dan Instagram. Instagram harus saya masukkan karena kadang saya pakai untuk mengolah warna dan ketajaman foto. Semua aplikasi yang saya sebutkan tersebut untuk HP, dan semuanya bagus. Cocok-cocokan saja, sebenarnya.

b. Keterampilan menggunakan Power Director untuk olah video. Saya memilih aplikasi ini setelah mencoba beberapa. Saya menganggapnya lebih mudah dan jika niat ingin membuat video ala profesional pun sebenarnya sudah bisa. 

c. Keterampilan menggunakan Kinemaster sebagai aplikasi pembuat video kedua, karena punya fitur green screen, bagus untuk vlogger, menurut saya.

Keterampilan sosial. Sumber Canva.
5. Keterampilan sosial, adalah keterampilan berteman di dunia maya. Bentuknya bukan hanya berupa penguasaan etiket atau adab bertetangga di dunia maya, akan tetapi juga kecerdasan emosional sehingga tidak mudah terprovokasi. Keterampilan sosial juga berarti bisa berinteraksi dengan baik di blog dan media sosial. Interaksi berhubungan dengan engagement dan kedekatan dengan pembaca. Keterampilan sosial bisa menjadi puncak, bisa juga menjadi keterampilan dasar.

Sudah banyak, ternyata. Hahahaha. Jangan bosan, ya. Karena masih ada keterampilan pendukung atau saya ingin menyebutnya dengan jembatan antar keterampilan.

Keterampilan pendukung yang menjadi jembatan atau pengikat keterampilan lain.

Sebenarnya saya sudah membuka di awal, keterampilan yang harus saya pelajari perlahan sebagai pengikat keterampilan yang wajib, penting dan mendesak saya pelajari.

1. Keterampilan manajemen waktu. Keterampilan ini, saya sudah mendapatkan kuncinya dari Bu Septi, yaitu kerjakan dengan (super) cepat keterampilan yang saya tidak suka tapi harus saya lakukan. Misalnya pekerjaan rumah. Lakukan sebagai pembuka hari, jika mau pakai sistem eat you frog. Saya pernah belajar teknik ini dan ternyata saya keterusan. Bangun tidur langsung bersihkan rumah dan mencuci baju sambil memasak. 2 aktivitas yang saya tak suka dipadu dengan 1 aktivitas favorit (memasak) ternyata memudahkan pekerjaan. Jam 9 pagi sampai jam 9 malam adalah saat saya ‘bekerja’ sambil tetap melakukan aktivitas sebagai anak, ibu, dan istri. 


Belajar manajemen waktu

2. Keterampilan manajemen rumah tangga. Bagaimana saya harus memilah dan memilih prioritas yang harus saya kerjakan. Rumah bersih? Anak terurus? Makanan yang baik? Saya memilih makanan, sesuai passion saya. Bukan hal mudah saat memutuskan memilih ini. Penyebab utamanya adalah saya sudah lelah menjumputi apapun yang bertebaran di rumah. Rumah hanya bisa rapi paling lama 1 jam. Jika saya memaksa harus punya rumah rapi dan bersih setiap saat, saya akan kelelahan dan tidak bisa mengejar apa yang ingin saya kejar. Jadi, cukup memberangus penyebab berantakan sehari dua kali. Toh pelaku penyebar mainan dan anggota keluarga lain tampak tidak keberatan, sesekali kakinya menginjak mainan atau apapun yang berserakan. 

Kenapa makanan yang saya pilih? Penyebabnya adalah kondisi ekonomi kami masih di bawah. Saya harus pandai mengolah tahu tempe dan bahan makana murah menjadi makanan favorit anak. Kesadaran itu saya perolah belum lama ini, dan ternyata saya sangat menyukai aktivitas memasak kreatif. Ternyata apa yang saya lakukan menjadi inspirasi bagi teman-teman lain, sehingga energi bahagia saya cepat kembali.


Belajar manajemen rumah tangga

3. Keterampilan mendelegasikan pekerjaan rumah. Saya tak mampu membayar ART. Saya juga kepayahan mengerjakan pekerjaan rumah sendirian. Sebagian besar aktivitas sudah ‘terbeli’ oleh kewajiban. Ada kewajiban saya sebagai pribadi, sebagai anak, sebagai istri, dan sebagai ibu. Semua harus seimbang. Jikalau saya ingin berkilah, toh ada anak dan suami yang bisa membantu pekerjaan rumah saya, saya harus menyadari bahwa itu bukan seni delegating. Itu adalah aktivitas berbagi beban. Ini tak boleh saya lakukan. Aktivitas yang saya tak suka tidak seharusnya dikerjakan anak. Delegating membutuhkan keihlasan untuk melakukan, bukan karena disuruh, apalagi dipaksa. Atas nama kemandirian, saya melatihkan sejumlah keterampilan rumah tangga pada dua anak lanang saya. Dan agar mereka senang melakukannya, saya memberi label menteri. Menteri pertahanan pangan untuk anak mbarep yang harus menanak nasi tiap hari, serta memasak lauk jika saya sibuk. Menteri transportasi saya sematkan pada si tengah yang doyan mbolang. Dia akan senang sekali jika disuruh membeli sesuatu. Apalagi jika ada reward berupa membeli jajan untuk semua orang di rumah. Ya, bukan upah untuknya, tapi upah untuk semuanya.


Keterampilan mendelegasikan pekerjaan rumah.

4. Keterampilan manajemen emosi. Keterampilan ini agak mirip dengan keterampilan sosial, tapi tidak sama persis. Keterampilan mengelola emosi atau disebut manajemen emosi membuat saya tidak mudah lepas kendali saat sedih maupun senang. Sebenarnya saya sudah punya level yang cukup baik di keterampilan ini, hanya perlu ditingkatkan dengan terus belajar 2 sub keterampilan, yaitu self-acceptance dan sub keterampilan assertif.

5. Keterampilan manaJemen gawai. Seperti keterampilan manajemen emosi, keterampilan ini, saya juga sudah mempelajarinya sejak 3 tahun yang lalu. Saya membutuhkan keduanya untuk diri saya, keluarga, dan pada akhirnya adalah personal branding. Bagaimana saya tetap tampil sebagai persona yang baik dan tidak mudah terkena hoax, emosi, dan hal buruk lainnya yang dapat menjadi noda bagi personal branding saya. 



6. Keterampilan manajemen kasus. Keterampilan ini terpikirkan oleh saya karena menyadari bahwa hidup adalah ujian. Mau menjadikannya sebagai ujian yang penuh derita atau malah ujian yang menyenangkan, tergantung pada keterampilan manajemen kasus yang saya pelajari. Misalnya saat terjadi pertengkaran antar anak, dan ini sangat sulit dihindari jika punya anak lebih dari 1, keterampilan manajemen kasus akan mempermudah bagi saya untuk bertindak cepat dan tepat. Manajemen kasus juga perlu saat terjadi peristiwa yang genting seperti misalnya ada anggota keluarga yang tiba-tiba sakit karena sesuatu. Kadang saya perlu alat bantu yang tepat.  Misalnya platform kesehatan untuk konsultasi dengan dokter kapan saja, mengambil antrian periksa ke dokter/rumah sakit, sampai konfirmasi obat yang ditebus. Saya sudah menulisnya di artikel Ibu Bisa Menjadi Dokter, Perawat, Psikolog dan Ahli Nutrisi Keluarga.

Sudah banyaaaaaak.... hahahaha, Padahal saya belum membuat kurikulumnya. Entah kenapa, saya merasa, ilmu minggu lalu dan tugas kali ini masih belum membuat kurikulum. Baru mengurai keterampilan apa saja yang saya perlukan, setelah mengikuti sesi Metakognisi dari Mas Pandu dan mengikuti sesi diskusi Bu Septi. Mungkin minggu depan. Saya yakin itu. Jadi... pastikan kembali minggu depan, ya, sobat Susindra. Datang terus ke blog Cakrawala Susindra untuk update ilmu. Mungkin kamu perlu. 




Eh, iya, mungkin penasaran, mengapa kami belajar metakognisi di Ibu Profesional. Penyebabnya adalah, karena sistem belajar kami sudah di level 3.0. apa lagi, itu?

Sebenarnya saya kurang yakin juga, sih, kalau istilah saya ini tepat. Mungkin karena terpengaruh pada trend tulisan sekarang yang serba 3.0 dan 4.0. Sistem belajar yang kita kenal selama ini adalah...

Sistem belajar 1.0, yaitu YOU DON’T KNOW, I TEACH YOU. Sistem pendidikan ini  masih banyak digunakan.

Sistem belajar 2.0, yaitu DON’T TEACH ME I LOVE TO LEARN. Sistem ini banyak dipakai di pendidikan homeschooling dan di sekolah swasta berbasis home education.

Sistem belajar 3.0, yaitu I KNOW YOU KNOW, LET DISCUSS. Sistem ini dipakai di kampus Ibu Profesional agar kami akrab dengannya, sembari membiasakan anak belajar dengan cara don't teach me, I love to learn.

Sistem belajar 4.0, yaitu YOU KNOW BETTER, LET ME HEAR YOU. Sistem belajar ini, adakalanya digunakan di kampus Ibu Profesional yang menggunakan konsep SEMUA GURU SEMUA MURID.



Dari pemaparan yang super panjang ini, saya punya 2 kesimpulan dan sekaligus untuk menjawab tugas Bunda Cekatan Tahap 2 ini, yaitu:


Daftar keterampilan yang menurut saya perlu dipelajari serta skala prioritas, 
Inilah daftar keterampilan yang menurut saya perlu dipelajari serta skala prioritas. Jika ingin belajar skala prioritas, silakan baca tugas pertama saya yaitu Tahap Pertama. Dari daftar di atas, saya membuat keputusan akan belajar 3 keterampilan dulu yang menurut saya paling penting dan mendesak. Seidaknya, dengan memilih 3 telur merah saja, saya bisa mulai membuat kurikulum mandiri sesuai kebutuhan saya.
Keterampilan yang akan saya pelajari 
Sudah 3000 kata. Saatnya saya pamit dulu. Saya cukupkan tulisan tentang Keterampilan yang saya perlukan untuk mendukung aktivitas suka dan bisa yang saya pilih sendiri, sebagai Persiapan Membuat Kurikulum Belajar Sendiri Berdasarkan Pilihan Aktivitas yang Saya Pilih minggu lalu. Sampai jumpa di tulisan lainnya!

37 Komentar

  1. Semua keterampilan di atas jg ingin saya tekuni. Hihi. Bukan apa2, semuanya mmg sgt dibutuhkan di dunia digital sekarang ini. Thanks Mbak Susi atas sharingnya.

    BalasHapus
  2. Semua keterampilan di atas jg ingin saya tekuni. Hihi. Bukan apa2, semuanya mmg sgt dibutuhkan di dunia digital sekarang ini. Thanks Mbak Susi atas sharingnya.

    BalasHapus
  3. Kayaknya aku butuh banget aktivitas semacam ini udah profesi setelah ini, mbak. Kerennn banget sama Mbak Susi, semangatnya patut dicontoh 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hanya berusaha jadi lebih baik, lebih bermanfaat, dan lebih bahagia, Mbak.
      Selamat berbahagia, ya. Semoga samawa selalu.

      Hapus
  4. Widih mbak. ini luar biasa banget, tambahan ilmu bagi ibu ibu untuk bisa membangun keluarga yang lebih kokoh lagi. Berdasarkan kurikulum dan tentunya akan lebih mudah untuk dievaluasi ya. jadi bisa dipacu bagian mana yang kurang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya merasa beruntung jadi murid yang semangat belajar di komunitas ini, Mas. Meski kadang up and down, karena istiqomah itu juga bagian dari ujian.

      Hapus
  5. Kita harus terus meningkatkan kemampuan diri ya Mbak, karena keterampilan yang diungkapkan di atas sangat kita butuhkan di dunia digital saat ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali, Mbak. Harus selalu upgrade keterampilan agar bertahan di dunia blogger yang majemuk ini.

      Hapus
  6. Baru saja saya diskusi dengan teman - teman di WAG tentang berbagai skill yang dibutuhkan di dunia blogging. Eh, saya baca tulisan ini dan berbagai peluang serta persiapan yang bisa dilakukan. Pucuk dicinta ulam pun tiba..Terima kasih sudah berbagi :)

    BalasHapus
  7. luar biasa mba susi atas pengalaman manajemen waktu, keluarga, ngeblog, sambil ngilmu juga. aku juga pernah sempat nyerah sama blog namun kembali lagi dan ingat segalanya butuh proses, dan ngeblog membawaku kembali untuk berani dan belajar kaya mba susi di atas kaya manajemen medsos, waktu, dll

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbka. Kadang kita mengalami down yang parah, tapi jika moment tepat, akan ada hal yang jadi pelontar tuk kembali ke posisi semula dengan cepat. Semangat!

      Hapus
  8. Kak,
    AKu kepo banget masalah SEO On page dan off page.
    Semoga dibahas di blogpost khusus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini akan jadi kurikulum belajarku, Mbak. InsyaAllah ya, jika sudah belajar, akan dibagi di sini, karena menulis itu mengikat ilmu.

      Hapus
  9. Panjang banget pemaparan perencanaannya, begitu detail sehingga saya malu karena tidak memaksimalkan potensi diri untuk belajar cara Mbak.
    Saya sering berlaku berbagi beban dengan anak dan suami, tidak mendelegasikan sesuatu. Permasalahan saya adalah ketidaktahuan soal ilmu parenting yang seharusnya dikuasai. Sebagai istri PR saya masih banyak untuk berlaku lebih baik pada suami. Keinginan membantu suami dari segi ekonomi masih jadi prioritas itama.
    Saya juga masih pas-pasan dan ingin bisa beli tanah agar hidup tenang demi rumah masa depan. Rumah panggung ini milik carik karena terpaksa menmgungsi setelah terusir oleh tragedi keluarga.
    Sepertinya saya harus belajar semangat dan optimisme dari Mbak. Terima kasih.
    Oh ua, saya juga ingin bisa aktif memasak dengan cara asyik, pengen beli peralatan masak secara bertahap dulu.

    BalasHapus
  10. Ya Allah, amazing banget sampe 3000 kata.

    Mbak Susi ini pembelajar sejati. Masya Allah.

    Oya saya tertampol di bagian ini:
    Aktivitas yang saya tak suka seperti mencuci piring dan mengepel tidak seharusnya dikerjakan mereka, hanya karena saya tak suka dan bisa menyuruh anak. Itu bukan delegating, namanya. Delegating membutuhkan keihlasan untuk melakukan, bukan karena disuruh, apalagi dipaksa

    Wiih, saya harus belajar lebih ikhlas lagi ....

    Makasih sharing-nya, Mbak Susi.

    BalasHapus
  11. Ya ampuuun Bu, baru nyadar, ternyata panjang banget ya, daftar yang harus dikuasai hanya buat ngeblog saja. Selama ini nggak pernah ngelist ... ini sangat bermanfaat.

    BalasHapus
  12. Semoga Menteri Pertahanan Pangan dan Menteri Transportasinya melesattt menjadi kenyataan di masa depan ya nak. Hehehe. Mba Susi, hormatku untukmu. Semoga sehat selalu.

    BalasHapus
  13. Hebat mba susi..
    Salut saya
    Saya taunya ngeblog aja, pemahaman mengenai SEO tak begitu saya perhatikan.
    Sayabtau itu penting, tapi mgkn diberi kemudahan adanya seorang suhu yang baik hati yang selalu siap sedia membantu kesulitan saya mengenai SEO dan kawan2nya ini, membuat saya abai.

    Memang hrs belajar ya..

    BalasHapus
  14. Ini keren sekali, Mbak Susi. Apalagi kurikulumnya disesuaikan dengan diri kita ya. Jadi bakalan enjoy mnejalankannya. Dan saya perlu nih, kurikulum juga. Khususnya untuk kegiatan ngeblog. Karena saat ini, saya memang ahnya sekedar menulis, posting, share. Belum paham soal seo-seo, termasuk penyebaran keyword dan sebagainya. Jadi harus belajar terus.

    BalasHapus
  15. Wah mb ..baca tulisan ini saya jadi merasa tertohok. Apa yang saya lakukan mengalir semua. Tidak ada target yang terukur. Saya suka ngeblog, itu saja. Tapi pernak-pernik semacam seo dkk blm saya pahami ilmunya..hihi..harus segera bergerak nih...tfs mb...

    BalasHapus
  16. Uwow wow wow...
    Super sekali mom tulisannya. Banyak banget ya yang harus dipelajari dan harus pinter bagi2 waktu untuk keluarga.
    Saya harus banyak belajar juga nih sama mom, tulisan blog saya masih dasaaaar banget ga ada istimewa2nya, mau belajar juga kadang bingung sendiri atur waktunya. Saya sambil kerja kantoran, wiken mau nya full sama anak.
    Kadang saya pengen bisa gitu blog jadi bagus, bisa gini bisa gitu nah tapi saya tipe nya bukan belajar sensiri alias diajarin, nyontoh, nah belum nemu ini orang yang bisa saya culim untuk ngajarin saya. Hehehe

    BalasHapus
  17. I need 30 jam every day juga Mba, hahahaha.
    Pengen banget lebih serius dan profesional dalam ngeblog, apa daya anak 2 juga amat sangat butuh saya, belom lagi pekerjaan rumah.

    Kadang sedih karena seolah saya diikat atau dipasung dan saya gemes pengen berlari.
    Tapi sudahlah, nikmati saja, pelan-pelan berproses membuat kurikulum belajar kayak gini :D

    BalasHapus
  18. Komplit sekali tulisannya mbak. Saya udah lama dengar tentang Ibu Profesional ini. Tapi belum tahu betul apa apa yang dipelajari di dalamnya.

    BalasHapus
  19. wuah saya perlu tulisan ini mba. makasih sudah menulis mengenai ini. krn saya masih on process utk jdi IRT. hehehe. tfs

    BalasHapus
  20. Hehehe aku juga mau kak kalau waktu bisa jadi 30jam atau bahkan 36jam karena jujur akupun merasakan waktu 24jam itu terlalu singkat apalagi aku orangnya capekan harus tidur 8jam

    BalasHapus
  21. Dijelasin komplit banget di artikel ini, dan memang kita jika tertata dengan baik mesti ada kurikulum belajar sendiri ya mba ternyata.
    Sama hal nya seperti kurikulum sekolah.
    Ehh tapi jika banyak target dan impian yang ingin dicapai tentu terasa kurang waktu hanya 24 jam aja ya
    Semangat berkarya mba

    BalasHapus
  22. Ya ampuuunn kece sekali mbak Susi ikutan kelas ini :D
    Aku mau ikutan maju mundur takut gak bisa ngerjain tugas huhuhu mbak Susi keren banget apalagi masih ada bayi, ngerjain blog, ngawssin usaha jg di rumah.
    Semoga berhasil ya mbak mengeksekusi aktivitas hariannya :D

    BalasHapus
  23. Ini materi dan tugas kelasnya IIP ya mbak? Istriku ikutan juga makanya aku sedikit tahu...

    Ngomongin SEO, aku rada rada nyerah. Benar benar melelahkan mbak... Tapi yg seperti mbak Susi bilang, SEO itu adalah jantung. Jadi belajar lagi dan lagi meski gagal lagi gagal lagi...

    Kalau soal keuangan, Alhamdulillah kami bisa mengelola dengan baik meski kadang suka keteter juga.

    Tulisannya luar biasa bermanfaat mbak... Tfs...

    BalasHapus
  24. waaaw, banyak bgt yg didapat dari tulisan ini. Apalagi tentang SEO ini aku juga 0 banget. Pada Akhirnya wajib juga belajar sih, meski sulit.. suatu saat pasti bisa bahkan jago kan ya...

    BalasHapus
  25. Sejarah itu wajib di tulis mba agar anak-anak jaman sekarang tahu ttg sejarah dan dapat menghargai apa yang terjadi dan diperolah hari ini.

    BalasHapus
  26. Jadi kepikiran buat kurikulum dii sendiri. menarik bangett tulisannya dan informatif jugaa

    BalasHapus
  27. Banyak banget yang mesti dipelajari ya mbak. Sejak mulai nge-blog, saya baru sadar kalau saya harus bisa belajar banyak hal, membaca, menulis, edit gambar, buat desain grafis, dan lainnya. Dan dengan segala kewajiban yang melekat, saya masih harus belajar manajemen waktu terlebih dahulu.

    BalasHapus
  28. Tulisannya berbobot sekali, mbak. Bagus banget dan pas rasanya memilih sejarah sebagai genre favorit. Aku juga selama ini suka membaca atau menonton hal berbau sejarah, cuman kadang kita agak susah menemukan kebenaran yg asli dimana, karena masing-masing orang punya persepsi dalam melihat sejarah tersebut

    BalasHapus
  29. Aku juga sekarang alhamdulillah sudah mulai menggunakan canva dan memaksimalkannya. Thanks buat artikelnya yang daging banget mbak

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)