Google dan Tamasek tahun ini telah merilis laporan Economy Southeast Asia, dan menyebut angka 27 milliar dollar AS untuk capaian ekonomi digital Indonesia. Jumlah tersebut termasuk besar, bahkan ketiga di Asia, setelah Cina dan India. Tak heran, jumlah pengguna internet di Indonesia memang sangat besar, yaitu 170 juta pengguna aktif (menurut BPS per April 2019). Sebagian pengguna ini menggunakan ponselnya sebagai media pembayaran. Saya termasuk salah satunya, meskipun jumlah belanjaan digital saya masih termasuk sangat sedikit. Saya telah menggunakan QR Code sebagai media pembayaran.
Sumber gambar: pixabay.com |
Jepara mungkin kota yang tak seramai Kudus, Semarang dan beberapa kota tetangga, akan tetapi cukuplah dikatakan, saya cukup melek teknologi dan menggunakannya selama perlu dan mampu. Untuk keperluan cepat dan praktis, saya menginstal GoJek dan mengisi GoPay sebagai alat pembayaran digital. Setidaknya saya bisa bepergian ke mana saja atau memesan makanan secara cashless. Atau, membayar belanjaan di Alfamart, juga secara cashless atau nontunai.
Mengapa GoPay?
Mengapa hanya GoPay? Bukankah ada LinkAja, OVO, DANA, dan lainnya?
Menurut saya, semuanya bagus dan membantu. Bagus juga jika punya semua. Tapi saya bukanlah sosok yang punya banyak uang untuk mengisi semua dompet digital. Alasan saya adalah, karena beberapa pembayaran pekerjaan ngeblog saya berupa saldo GoPay, jadi, mengapa tak menggunakannya saja?
Jadi jelas, ya, kalau saya menulis tentang GoPay, alasannya adalah bercerita berdasarkan pengalaman pribadi. Dan karena, saya ingin menjadi ikut serta dalam rangkaian #feskabi2019 yang diadakan pada bulan September – November 2019.
Apa itu FesKaBI 2019?
Mungkin teman-teman pernah mendengar tentang BI Goes to Campus? BI Goes to Campus adalah salah satu bentuk sosialisasi dan edukasi Bank Indonesia (BI) untuk para mahasiswa di berbagai kota di Indonesia. Harapannya, agar para mahasiswa sebagai penerus bangsa akan mengetaui dan memahami fungsi, tugas dan kebijakan terkini Bank Indonesia. Beberapa kampus dipilih setiap tahun. Jadi, acaranya dari kampus ke kampus. Harapannya tentu saja untuk memberikan pemahaman mahasiswa (sebagai generasi milenial) secara komprehensif mengenai apa dan bagaimana BI bekerja.
Acara tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2013 lalu sampai sekarang. Bedanya, sekarang, BI Goes to Campus berganti nama menjadi FesKaBI atau Festival Edukasi Bank Indonesia.
Acara FesKaBI di UNS. Sumber gambar: https://jateng.sindonews.com |
FesKaBI 2019 kali ini dibuka di Universitas Negeri Surakarta pada tanggal 26 September 2019. Bertepatan dengan itu, lomba blog dan video diadakan untuk umum sampai 20 November 2019. Untuk menarik minat bloger dan vloger sebanyak-banyaknya, total hadiah 200 juta disiapkan untuk para pemenang. Jenis lombanya ada lima, yaitu:
1. Film pendek,
2. Vlog,
3. Video 1 menit,
4. Animasi,
5. Blog.
Tema yang dapat dipilih adalah:
1. Transaksi lancar pakai QR
2. Usaha lancar pakai QR
3. QR pembayaran digital ala milenial.
Tentu saja, saya pilih tema ketiga yang memang saya kenal dan lakukan (meski masih jarang-jarang).
Oh, ya, sobat kampus bisa siap-siap mengikuti roadshow FesKaBI secara langsung, nih. Direncanakan, FeskaBI 2019 akan mengunjungi mahasiswa di Universitas Lampung pada tanggal 29 Oktober dan Universitas Negeri Manado pada tanggal 4 November 2019. Lebih lengkapnya langsung buka di https://site.medcom.id/feskabi/
QR sebagai alat pembayaran digital
QR atau QRCode adalah quick response code berupa barcode dua dimensi yang dapat menyimpan data. Code ini awalnya diperkenalkan oleh Denso Corportion dan dapat digunakan secara gratis bahkan untuk keperluan komersial. QR kemudian dikembangkan menjadi salah satu metode pembayaran digital yang praktis. Ini adalah salah satu bentuk jawaban dari tantangan Revolusi Industri 4.0, terutama dalam sistem pembayaran. #pakaiQRstandar
Banyaknya penggunaan QR sebagai media transaksi jual beli membuat Bank Indonesia harus membuat standarisasi. Ini penting sekali, karena transaksi digital bisa mempengaruhi perkembangan ekonomi Indonesia. Sebagaimana saya sebut di atas, Indonesia menjadi pelaku ekonomi digital ketiga terbesar di Asia. Jangan sampai besarnya jumlah transaksi yang bernilai puluhan milyar dollar tersebut lolos pajak, sehingga merugikan negara, karena pajak adalah salah satu sumber kekayaan negara Indonesia. #majukanekonomiyuk
Pembayaran menggunakan QR Code. Sumber gambar: https://www.freepik.com/ |
Sebuah kabar gembira datang pada perayaan kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini. Bank Indonesia, merilis standar penggunaan QR Code di Indonesia, dengan nama QRIS atau QR Code Indonesia Standard. Tujuannya jelas, yaitu untuk mendorong efisiensi transaksi, mempercepat inklusi keuangan, memajukan UMKM, dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. QRIS ini diperkenalkan ke khalayak umum, terutama para mahasiswa melalui FesKaBI 2019
QRIS dicanangkan oleh BI yang bekerjasama dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dengan menggunakan standar internasional EMV. Tujuannya agar pembayaran digital menjadi lebih mudah dan dapat diawasi oleh regulator dari satu pintu. Jadi, tak perlu khawatir bocor-bocor lagi, kan, ya?
QR untuk kaum milenial
Meski usia saya sudah kepala empat, tapi saya hidup di era milenial dan memanfaatkan sebaik saya dapat dalam kehidupan sehari-hari. Menurut BuzzFeed, generasi milenial adalah orang yang lahir di antara tahun 1981 – 1997. Nama lainnya adalah generasi Y. mengacu pada batasan yang diberikan oleh BuzzFeed di atas, sudah jelas saya bukan generasi milenial. Akan tetapi saya berhak mengaku berjiwa milenial karena saya tak pernah mau kalah dalam hal penguasaan teknologi dan informasi dari generasi milenial.
Dikatakan, generasi milenial lahir bersamaan dengan penggunaan internet dan perangkat seluler. Kecepatan akses informasi dan hiburan membuat pola pikir dan pola hidup berubah lebih cepat. Mereka juga jadi manusia yang berpikir lebih terbuka. Terlalu banyak hal yang dapat dipelajari dan diurus, sehingga kaum milenial ini selalu mengharapkan semua serba cepat dan tepat. Kebutuhan tersebut selalu disambut dengan kreativitas dan inovasi baru, sehingga sampailah kita pada pembayaran digital.
Saya masih ingat, tahun 1997 lalu, saat masih kuliah di kota Semarang, saya membawa uang tunai untuk jatah sebulan. Ibu tidak punya tabungan, dan uang saku biasanya diberikan menjelang pamitan. Sampai di kampus baru saya masukkan ke dalam rekening bank. Kampus saya di Sekaran saat itu belum ada ATM, sehingga jika tidak antisipasi uang habis pada saat bank tutup, saya bisa kelabakan.
Hal seperti ini nyaris tak terjadi pada putri saudari kembar saya yang sekarang kuliah di Semarang. Sama seperti saya yang mendapatkan kejutan uang saku saat pamitan. Bedanya, dia sudah paham untuk membagi beberapa bagian uangnya dalam bentuk OVO untuk kemudahan pembayaran makanan saat dia malas ke warung. Tinggal pesan dan bayar dengan OVO. Sebagai budhe yang mengunjungi keponakannya di kost, saya jadi lega melihatnya. Ah, itulah generasi milenial sekarang. Mereka tak susah kehabisan uang tunai karena ada uang digital di genggaman tangan. Tinggal akses dengan ponsel pintar yang tak pernah lepas dari keseharian.
Hal seperti ini nyaris tak terjadi pada putri saudari kembar saya yang sekarang kuliah di Semarang. Sama seperti saya yang mendapatkan kejutan uang saku saat pamitan. Bedanya, dia sudah paham untuk membagi beberapa bagian uangnya dalam bentuk OVO untuk kemudahan pembayaran makanan saat dia malas ke warung. Tinggal pesan dan bayar dengan OVO. Sebagai budhe yang mengunjungi keponakannya di kost, saya jadi lega melihatnya. Ah, itulah generasi milenial sekarang. Mereka tak susah kehabisan uang tunai karena ada uang digital di genggaman tangan. Tinggal akses dengan ponsel pintar yang tak pernah lepas dari keseharian.
GoPay sebagai salah satu QR
Meski bukan generasi milenial asli, namun saya hidup bersama milenial dan menikmati gaya hidup milenial. Beberapa pembayaran campaign di blog dan media sosial saya menggunakan saldo GoPay. Saya menerima dengan senang hati karena saya tahu, uang digital tersebut dapat saya belikan barang atau jasa kapan saja. Bahkan di kota saya Jepara. Saldo GoPay saya gunakan untuk pembayaran jasa antar GoRide dan GoCar, pembelian makanan GoFood, GoPulsa, dan yang paling sering adalah GoBills untuk pembelian pulsa listrik, karena yang termurah yang pernah kami coba. Tiap listrik hampir habis, kami langsung beli. Begitu pun dengan pulsa.
Ternyata, GoPay juga bisa digunakan untuk pembayaran makanan, produk UMKM, dan minimarket. Di menu aplikasi GoJek, ada fitur bayar (pay) yang bisa digunakan sebagai alat pembayaran nontunai. Caranya cukup mudah. Pertama, pastikan ada saldo yang cukup, dan kedua, izinkan kamera membidik QR melalui aplikasi tersebut. Jangan bingung, klik saja gambar kotak berpanah dan tekan OK jika itu pertama kali kamu akses. Itu artinya, GoJek bisa menggunakan kamera untuk membidik QR Code. Sesimpel itu.
Saat mengunjungi Pasar Sentiling di Semarang, bulan lalu, saya mempelajari sesuatu yang baru bagi saya, yaitu pembayaran QR dengan GoPay. Juga saat ke Waroeng Kopi Alam di Pasar Semawis Semarang. Saya juga baru tahu, bahwa saya dapat berbelanja di Alfamart dengan QR dari Gopay. Banyak yang saya baru tahu hari itu. Oh! LÃ ! LÃ !
1. Membeli sesuatu di warung kaki kima atau di stand pameran dengan QR Code
Saya memasuki pasar kuliner tahunan di Kota Lama tersebut, dan menemukan Static Code Poster atau stiker QR Code. Jika menemukan stiker QR diletakkan di bagian depan penjual di pameran, itu artinya, pengunjung dapat membeli dagangannya dengan menggunakan uang digital.
Stiker QR dapat digunakan oleh penjual kaki lima, penjual di pameran, sampai penjual di departement store. Cara ini sangat disukai oleh kaum milenial karena dapat membeli menggunakan uang digital, dan biasanya ada cashback atau poin yang mereka dapatkan.
Pada awalnya, tentu tak mudah meyakinkan pedagang kaki lima dan UMKM untuk menggunakan metode pembayaran semacam ini. Sebagian dari mereka bukanlah generasi milenial dan bukan tipe orang yang update dengan teknologi internet. Mereka juga belum memahami tentang perilaku konsumtif kaum milenial, serta belum bisa membayangkan kemudahan pembayaran sistem cashless atau nontunai ini. Namun, biasanya, setelah berhasil meyakinkan diri dan mencoba, biasanya mereka puas, serta merasakan banyak manfaatnya dan dapat #gairahkanekonomi. Bahkan, tak jarang, omzet penjualan meningkat dengan cepat. Hal ini terjadi, karena sebagian besar pangsa pasar mereka adalah generasi milenial yang dikenal konsumtif karena cepat mendapatkan duit kembali.
Pembayaran nontunai dengan GoPay di pameran UMKM. Sumber foto: https://kumparan.com |
Pada awalnya, tentu tak mudah meyakinkan pedagang kaki lima dan UMKM untuk menggunakan metode pembayaran semacam ini. Sebagian dari mereka bukanlah generasi milenial dan bukan tipe orang yang update dengan teknologi internet. Mereka juga belum memahami tentang perilaku konsumtif kaum milenial, serta belum bisa membayangkan kemudahan pembayaran sistem cashless atau nontunai ini. Namun, biasanya, setelah berhasil meyakinkan diri dan mencoba, biasanya mereka puas, serta merasakan banyak manfaatnya dan dapat #gairahkanekonomi. Bahkan, tak jarang, omzet penjualan meningkat dengan cepat. Hal ini terjadi, karena sebagian besar pangsa pasar mereka adalah generasi milenial yang dikenal konsumtif karena cepat mendapatkan duit kembali.
Cara membayar menggunakan QR Code sangat mudah. Pembeli seperti saya hanya cukup memindai barcode QR yang ada lalu memasukkan nominal total harga yang harus saya bayarkan. Setelah itu, saya harus memasukkan password berupa serangkaian angka, agar transaksi tercipta. Setelah selesai, saya akan mendapatkan notifikasi pembayaran, tunjukkan ke penjual, dan transaksi jual beli kami selesai. Saldo yang saya tulis tadi telah berpindah ke tabungan penjual. Penjual juga akan menerima notifikasi uang masuk. Sama-sama diuntungkan, kan?
2. Membeli di Alfamart dengan QR Code
Satu lagi kemudahan yang ditawarkan QR Code yang dapat digunakan sehari-hari, yaitu pembelian kebutuhan sehari-hari di minimarket dekat rumah. Sayangnya, saat ini baru Alfamart yang dapat menggunakan saldo GoPay dengan sistem QR Code. Jika ada minimarket lainnya, akan saya update nanti.
Awalnya, saya penasaran dengan diskon GoPay 50% di beberapa produk Alfamart. Lumayan, banget, kan. Kadang bentuknya tidak diskon tapi berupa potongan harga. Sebenarnya promo tersebut sekadar pemicu saja, karena hanya 1-2 item yang didiskon. Itu pun tergantung di kota mana kita mengaksesnya. Juga, ada syarat dan ketentuan. Bisa dikatakan lumayan, tapi juga bisa dikatakan biasa saja, karena jika dilihat secara global, diskonnya hanya satu item dengan harus juga membeli produk nondiskon minimal Rp10.000,-. Meski demikian, karena ini adalah cara pembayaran yang masih relatif baru, biasanya ada cashback yang kembali ke saldo kita kembali.
Di sini saya lebih menekankan pada efektivitas pembayaran. Bahwa kita dapat menggunakan uang digital kita di Alfamart, jika memang sedang membutuhkan. Caranya cukup mudah:
- Pastikan saldo GoPay kita cukup untuk membayar belanjaan kita,
- Beritahu kasir bahwa kita akan membayar menggunakan GoPay,
- Scan barcode unik dalam struk belanja yang diberikan pada kita, lalu klik tombol bayar,
- Masukkan PIN
- Biarkan kasir menyelesaikan pembayaran.
Setelah transaksi berhasil, kita dan kasir akan menerima notifikasi pembayaran berhasil. Semudah itu. perlu diketahui bahwa pembayaran pembelian pulsa tidak bisa dilakukan dengan cara ini. Tapi hei... jangan sedih. beli pulsa langsung dari GoPay malah lebih murah, kok.
Tak terasa, kita sudah di penghujung cerita. Semoga tulisan tentang pembayaran menggunakan QR Code di kehidupan sehari-hari ini bermanfaat, ya. Dan semoga, dengan adanya kemudahan-kemudahan bayar semacam ini, baik menggunakan GoPay maupun LinkAja, OVO, DANA, dan lainnya, akan membantu pedagang kaki lima dan pelaku UMKM untuk lebih maju, bertambah omzetnya, dan pada tataran makro, dengan adanya efisiensi transaksi seperti ini, akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih kuat dan sehat. Sehingga, cita-cita Indonesia menjadi negara adidaya pada tahun 2045 akan tercapai.
Sumber Data:
https://kumparan.com/kumparantech/macam-macam-pembayaran-pakai-qr-code-gopay-apa-saja-1reu6WM9Nj0
https://bisnis.tempo.co/read/1262438/tren-pembayaran-dengan-qr-code-meluas/full&view=ok
https://money.kompas.com/read/2019/07/17/163000726/indonesia-jadi-pasar-menjanjikan-untuk-ekonomi-digital
44 Komentar
Sistem yang makin canggih begini jelas makin memudahkan bagi yang terbiasa teknologi tapi disisi lain jadi lebih ribet jika income terbatas... :s
BalasHapusMakanya perlu tambahan literasi finansial, Mas.
HapusAku sekarang sudah sangat jarang pegang cash.
BalasHapusPembayaran banyak yang pakai QR atau sebutin No. HP saja.
Emak milenial tenanan, ini
Hapusayo ayo ikut lomba :) memang kok ya, ke depan penggunaan tunai makin dikurangi. biar lebih mudah dan aman.
BalasHapusIya, lebih mudah dan tetap aman. Namanya hal baru, awalnya akan butuh penyesuaian
HapusQR code ini memang bikin mudah kalo berbelanja khususnya. Tinggal buka aplikasinya di handphone terus transaksi deh di kasir
BalasHapusJangan lupa top up ya...
HapusSelamat datang masa depan, saya sendiri sudah menggunakan QR Code ini berbelanja di suatu toko. Mudah dan praktis sekali.
BalasHapusOya liat drakor beli kopi aja udah gak pakai uang cash lg ya, tinggal kasih kartu aja hihi
Dulu memang hanya ada di masa depan. Revolusi Industri 4.0 membuat apa yg dulu kita ssbuy future/futuristik, sudah jadi santapan harian.
HapusUntuk OVO dan Gopay saya udah pake dan bakalan pengen nyobain pake QR Code nih melihat sisi kemudahannya.
BalasHapusGood luck ya mba, semoga juaraaak
Iya Mbak. Harus coba. Setiap minggu ada promo di Alfamart tuk pembayaran dengan Gopay. Juga beberapa cashback di ecommerce.
HapusBerarti kalo punya gopay bisa scan QR ya mba Susi. Jadi lebih hemat pula kalo belanja di alfamart. Kayaknya aku musti coba nih
BalasHapusIya, Mbak. Sayang waktu itu lupa foto.
HapusAku dan suami penggina aktif QR Code untuk pembayaran, Mbak. Aku punya GoPay, Suami punya LinkAja dan Ovo.
BalasHapusJadi bisa dibilang di dompet itu uang tunai hanya secukupnya saja. Apalagi kini di Jakarta hampir semua gerai menerima pembayaran ini. Karena memang praktis dan ekonomis.
Maka salut untuk BI dengan segala program sosialisasidan edukasi untuk mengenalkan QR Payment ini. Pasti ke depan akan makin banyak penggunanya karena memang banyak keuntungannya
Makin banyak yang pakai berarti makin mendesak kebutuhan tuk standardisasi QR Code. Iya, kan?
HapusDulu saya pake ovo.
BalasHapusKarena kepenugan memory hp waktu itu, dan saya jarang pake ovo, tak hapus aplikasinya.
Skrg paling pake gopay.
Beli domain pertama djlu pun pake gopay.
Memudahkan memang.
Klo qr code blom prnh pake sama sekali
Bisa coba di Alfamart terdekat atau saat ada pameran, atau di kedai/cafe yg terima pembayaran QR Code Mbak
HapusZaman now segalanya makin dipermudah ya, Mbak Susi. Misalnya lupa atau tidak sempat narik uang di ATM, mau belanja pakai dompet digital saja. Terus pembayaran paka QR Code sangat praktis, cepat, dan juga aman. Mengisi top up-nya juga lebih mudah.
BalasHapusKini dompet tidak peru terlalu gembul lagi hehehe.
Iya Mas. Dompet tipis tapi bawa uangnya tetap banyak. Hahahaha
HapusSaya juga sering pakai Go Pay untuk belanja di Alfamart, simple dan tidak perlu bawa dompet lagi. Cukup scan QR Code, maka transaksi beres
BalasHapusWah, asyik banget, Mas. Jadi ngarep ada Alfamart di dekat rumah.
HapusSaya juga termasuk salah satunya, yang telah menggunakan QR Code sebagai media pembayaran.Biasanya pakai saat belanja pakai Gopay, OVO, atau DANA
BalasHapusMudahnya hidup di era milenial ini
Hapusdompet elektronik QR ini bikin semua jadi praktis .sekarang enggak masalah kalo dompet ketinggalan di rumah kita tetap bisa belanja
BalasHapusKarena HP lebih dekat dan lekat di tangan daripada dompet ya Mbak
HapusSaya tercengang dengan total transaksi digital di indonesia,
BalasHapusTapi memang sudah jamannya sih mbak, gopay ini gencar sekali menawarkan produknya ini ke para UMKM hingga jus di pinggir jalan puna udah pakai gopay aja,
Dan jangan-jangan nanti sudah tidak terlihat lagi wujud uang karena sudah pakai uang elektronik hihihi
Jangan khawatir, Mbak. Orang yang pakai uang digital masih sedikit. Dan akan selalu ada yang pakai
HapusSekarang banyak juga UKM UKM yang pakai QR ini buat transaksi jadi lebih menguntungkan, praktis dan mudah. Kalau buatku makin menguntungkan apalagi kalau ada cashback dn promosi...
BalasHapusIya, makin banyak yang mau. Makin banyak UKM yang sadar akan pentingnya mengikuti zaman, termasuk trend uang digital ini
HapusSaya generasi X tetapi berjiwa milenial sekaligus penggemar mie ayam, he he.
BalasHapusYa, kita sekarang suka sesuatu yang serba cepat, mudah, praktis, anan, dan nyaman.
Transaksi digital belum saya lakukan tetapi ke depan bisa saja saya akan lakukan itu. Mobilitas akan membuat kita harus dinamis juga. QR adalah jawaban tantangan ekonomi sekarang. Semoga kian banyak pedagang kecil yang menggunakan QR agar ekonomi lebih berkembang
Benar sekali Mbak.
HapusKita sama-sama generasi X yang menikmati kemajuan teknologi. Alhamdulillah, ya.
ada banyak sekali manfaat menggunakan QR ini sebagai sarana transaksi digital, selain aman, nyaman dan juga efisien. Efisien untuk pengguna dan pemilik jasa
BalasHapusSepakat, Mas. Transaksi yang aman, nyaman, dan efisien selalu jadi kebutuhan bersama
HapusAcara FesKaBI yang digagas oleh Bank Indonesia keliling nusantara juga ya. Semoga sosialisasi terhadap gerakan non tunai bisa diterima publik dengan baik 😊
BalasHapusSemoga, Mas. Kampus memang dipilih sebagai generasi perubahan yang paling cepat menyerap kebudayaan baru. Apalagi sangat mencover kebutuhan mereka
HapusSemua sudah serba dimudahin pokoknya yaaa :D
BalasHapusSeneng sih, karena bayar pake qr code biasanya dapet tawaran diskondiskon gitu :D
bahagiaaaak :D
Diskon memang selalu bikin bahagia. Tapi tetap harus dipertimbangkan kebutuhan dan keinginannya, ya
HapusSeneng pake qr code.. Byk diskon Dan promo..
BalasHapusJadi semangat belanja #eh
Selamat berbelanja, Mbak
HapusAcaranya seru ya mba, memperkenalkan QR ke generasi milenial yang di adakan di Kampus.
BalasHapusAku juga perna bertransaksi menggunakan QR, banyak diskon nya.
Iya, Mbak, seru. Dan senang rasanya mengetahui, BI dan FeskaBI juga di kampus daerah. Tidak melulu di ibukota dan kota penyangganya
HapusKeren banget ini tulisannya, Mbak Susi. Menggunakan QR Code sebagai metode pembayaran itu memang memudahkan sekali ya.
BalasHapusTerima kasih Mbak.
HapusMaturnuwun support dan apresiasinya
Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)