Di antara rasa deg-degan menyambut pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, saya mencoba menulis tentang salah satu keunggulan pembangunan yang dilakukan oleh Presiden pada masa jabatan pertama, 2014-2019. Saya ingat Nawacita yang dijanjikan presiden Joko Widodo. Salah satunya adalah Konektivitas Nasional, untuk menghubungkan satu daerah ke daerah lain dengan landasan keadilan, pemerataan, dan persatuan Indonesia. Saat membaca hal tersebut, saya tidak hanya membayangkan Papua dan pulau lain di bagian timur Indonesia saja, tapi di seluruh Indonesia. Termasuk di Jepara.
Pelabuhan Karimunjawa. Dokpri |
Saya tinggal di Jepara, di bagian ujung utara pulau Jawa. Cukup sunyi di sini, tak banyak transportasi seperti kota tetangga; Kudus, Demak, Pati dan Semarang. Meski begitu, semua bahan makanan ada. Logistik lancar. Bahan pangan dan lainnya mudah didapatkan di pasar dan di toko terdekat. Kondisi ini agak berbeda saat banjir pada tahun 2015 melanda semua perbatasan. Jepara terisolasi. Banjir ini tidak terjadi setiap tahun, akan tapi cukup mengingatkan, betapa beruntungnya saya. Betapa beruntungnya warga Jepara, jika dibanding dengan daerah lain yang akses transportasi masih terbatas.
Kenangan tahun 2015 itu cukup lama membekas, karena kami keluarga yang setiap hari makan sayur, yang hampir semua sayur dipasok dari luar Jepara. Saat itu, sawi dan sayur hijau lain menjadi 10 ribu per ikat. Bahan pangan lainnya rata-rata naik 50%. Mungkin karena kaget dan banyak yang menyimpan dagangan, mengira banjir akan lama. Spekulan semacam ini harus diberantas dengan cara memastikan logistik selalu aman dan suplai lancar.
Sayur mayur di pasar. Dokpri |
Pada saat itu, saya menulis beberapa postingan tentang daerah 3T. Semakin terasa membekas diingatan saya. Keluarga besar kita di daerah 3T, yaitu daerah 3T atau daerah Tertinggal, Terluar, dan Terdepan, terbiasa dengan suplai sedikit dengan harga melangit. Disparitas harga menjadi PR bersama. Kali ini, saya ingin menulis lagi tentang 3T yang sudah berganti istilah dengan 3TP (daerah Tertinggal, Terluar, Terdepan dan Perbatasan.
Kenangan saat mengunjungi Karimunjawa tahun 2015 juga mengingatkan saya akan hal serupa. Ketika laut bergolak dan awan meliuk-liukkan kapal, kepulauan yang masuk dalam administrasi Jepara ini terisolasi beberapa minggu. Pada saat itu, kebutuhan sayur-mayur, tempe, buah dan lainnya masih sangat mengandalkan dari Jepara. Jika kapal feri Siginjai berhenti berlayar, warga harus bertahan hidup dengan apa yang ada. Yang paling mengerikan, mungkin adalah kelangkaan solar, sangat mempengaruhi tradisi nelayan melaut. Bagaimanatah mereka bertahan hidup?
Tentu saja, semuanya sudah membaik. Jalur trasportasi sudah terbuka lebar. Meskipun tidak termasuk dalam 10 Bali, Karimunjawa termasuk destinasi wisata yang sangat banyak dikunjungi. Sudah ada kapal feri dan kapal cepat serta pesawat terbang. Ekonomi masyarakat semakin membaik. Sektor pariwisata dikebut. Warga Karimunjawa juga menciptakan kreativitas, berupa event pariwisata berbasis tradisi setempat. Mei sampai September menjadi waktu terbaik berkunjung ke sana. Bisa jadi bertemu event Barikan Kubro, Sedekah Bumi, Pentas 6 Suku Karimunjawa dan lain-lain, termasuk migrasi beberapa binatang di Karimunjawa. Semoga akan segera ada jadwal event tahunan dari warga yang telah sadar wisata. Bahkan, sudah ada kesadaran untuk menggali sejarah Karimunjawa melalui Ekspedisi 200 Tahun Karimunjawa.
Yang tak kalah melegakan adalah, lancarnya transportasi dari dan ke Karimunjawa. Setahun ini belum ada kabar kapal tidak beroperasi kecuali perbaikan minor, seperti yang terjadi pada kapal 6F Bahari Express yang masuk bengkel selama seminggu, dan sejak kemarin sudah mulai buka loket kembali. Jadi, selama seminggu lalu masih ada kapal feri Siginjai dan pesawat ATR 72 untuk mengangkut wisatawan dari dan ke Karimunjawa. Dan yang terbaru adalah proyek Pelabuhan Legon Bajak di Kemojan yang masih rintisan. Setelah tak berapa lama terbengkelai, akhirnya hari ini sebuah kabar gembira datang: kapal ekspress 6F akan berlabuh dan bersauh dari sana. Hari Minggu berlabuh, hari Selasa bersauh. Masih sebatas itu, tapi bisa jadi awal untuk membuka lebih luas ekonomi di pulau yang bersebelahan dengan Pulau Karimunjawa.
Transportasi ke Karimunjawa lancar, saya bisa ke sana kapan saja, juga jualan paket wisata ke sana dengan lancar |
Kelancaran transportasi dari dan ke Karimunjawa, tentu saja berbanding lurus dengan kelancaran suplai pangan di Karimunjawa. Tidak ada lagi kisah lapar di sana. Apalagi sekarang telah banyak pendatang atau investor yang melihat berbagai celah pendukung pariwisata. Ketika di sana tahun ini, saya bertemu dengan perempuan Yogyakarta yang sedang mengurus sewa tanah dan perijinan membuat bakery atau toko roti. Kunjungan kedua tahun ini juga bertemu dengan garden enthusiast yang sedang mencoba peluang bisnis sayur hidroponik. Kunjungan setahun sebelumnya, mungkin lebih melegakan, karena bertemu warga Mrican yang punya kebun buah beberapa hektar, dan tahun ini beberapa jenis pohon buahnya mulai panen. Semoga tak lama lagi, swasembada pangan tercipta di sana.
Mungkin dua cerita di atas adalah kisah yang sangat biasa, dan masuk dalam tataran mikro, jika dibandingkan dengan program Konektivitas Nasional. Mungkin juga ada yang menganggapnya hanya sekadar cerita tak untuk dikenang. Akan tetapi, keberadaan kapal-kapal penyeberangan dan jembatan udara bernama Bandara Dewandaru membuat warga bergairah untuk menata hidup dan ekonomi mereka.
Tol Laut. Sumber dari https://kapalpelni.com |
Di sini, melalui contoh di atas, saya mencoba memahami dan mengurai pertanyaan mengapa Kementerian Perhubungan fokus pada infrastruktur transportasi. Tentunya, bertujuan untuk mempercepat pembangunan nasional. Infrastruktur tol laut dan jembatan udara dimaksudkan untuk menjalin pembangunan di semua bagian Indonesia. Agar istilah 3TP tidak lagi identik dengan kemiskinan dan ketertinggalan. Sungguh tak adil, jika masih ada warga negara Indonesia yang terisolasi di negerinya sendiri. Kesadaran ini semakin saya maknai mendalam, setelah mengalami rasanya terisolasi selama 3 hari, menunggu hujan reda dan banjir surut di semua jalan keluar dari kota Jepara. Saat itu, jerit warga cukup memekak di media sosial. Bagaimana dengan saudara kita di 3TP yang menjerit dalam senyap karena jangankan jalan keluar, konektivitas internet pun tak ada. Bukankah mereka juga Indonesia?
Adanya tol laut dan jembatan udara, akan dapat menyeimbangkan penyebaran pembangunan dan distribusi hingga ke daerah tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan di Indonesia. Hal ini, bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata bagi masyarakat Indonesia. Hal ini bukanlah kerja Kementerian Perhubungan sendiri, akan tetapi juga harus bersinergi dengan Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian PUPR, Kementerian Kesehatan dan Kepolisian. Semua harus berperan aktif dalam pembangunan konektivitas nasional dengan transportasi andal. Ah, ya, saya hampir lupa, Kementerian Pariwisata juga harus disebut. Semua harus bersinergi, untuk menciptakan Konektivitas Nasional.
Tol laut untuk Konektivitas Nasional. Sumber https://maritimenews.id |
Saya ingat, beberapa pemberitaan di zaman dahulu, betapa berpayah-payah, warga 3TP dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tak hanya akses mendapatkannya yang sulit, harganya pun amat mahal. 50 ribu di Jepara bisa untuk makan 1 atau 2 hari, di daerah 3T hanya untuk 1 liter bensin. Miris sekali, kan? Alhamdulillah, disparitas harga sudah mulai teratasi, karena pemerintah selalu memastikan ketersediaan logistik. Ketimpangan ekonomi juga mulai memendek sehingga keadilan di bidang ekonomi sudah bukan mitos lagi. Tol laut menjadi salah satu solusi andal dan tepat sasaran. Hasil bumi di semua bagian dari negara kesatuan kita, terutama di daerah timur, cepat terangkut dan dapat diuangkan. Geliat ekonomi menjadi semakin kuat.
Transportasi andal memerlukan perhitungan-perhitungan yang presisi. Harus memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI). Menurut lipi.go.id, pada tahun 2017 sudah ada 37 SNI bagi transportasi di Indonesia. Dalam pelaksanaannya, SNI transportasi perlu didukung oleh suatu sistem pengukuran yang akurat (accurate), handal (reliable), tertelusur (traceable) dan terpercaya (trustable). Ternyata, Sumber Daya Manusia (SDM) juga harus di-upgrade. Pengembangan SDM transportasi diperlukan untuk menghadapi era industri 4.0.
Wajarlah kiranya, jika transportasi dan infrastrukturnya, menjadi prioritas pemerintah. Sebaran logistik yang merata juga bagian dari pembangunan yang merata. Kemajuan transportasi, baik transportasi massal di kota besar maupun transportasi perintis di tempat yang masih terpencil, merupakan tulang punggung perekonomian bangsa, sehingga harapan Indonesia menjadi negara adidaya pada tahun 2045 dapat terwujud. Kelak, pada perayaan 100 tahun kemerdekaan Indonesia, kita bisa bangga menjadi negara adidaya, salah satu caranya adalah melalui “Konektivitas Nasional dengan Transportasi Andal”. Mari kita wujudkan bersama. Semoga semakin banyak potensi wisata yang terbuka dan terolah dengan baik seperti di Karimunjawa, sebagaimana saya paparkan di atas.
Untuk lebih mengenal tentang Konektivitas Nasional, Transportasi Andal, Tol Laut, dan Jembatan Udara, silakan mengunjungi:
Website kemenhub:
Sosial media:
Twitter: https://twitter.com/kemenhub151
Facebook: https://www.facebook.com/kemenhub151
Instagram:
Beberapa sumber:
http://lipi.go.id/lipimedia/ini-usul-kepala-lipi-untuk-menciptakan-transportasi-yang-andal/18270
http://dephub.go.id/post/read/konektivitas-infrastruktur-transportasi-untuk-percepatan-pembangunan-nasional
http://bisnisnews.id/detail/berita/kemenhub-kembangkan-sdm-transportasi-andal--hadapi-era-industri-40
27 Komentar
anteng banget babynya diajak jalan jadi asyik ya
BalasHapusAkses untuk mendapatkan akomodasi semakin mudah sekarang :")
BalasHapusSemakin baiknya transportasi, semakin baiknya konektivitas nasional ya mbak.Baik dalam hal distribusi bahan dan kebutuhan juga wisata.
BalasHapusBersyukur ya mba, semakin baik dan semakin lengkap transportasi yang ada di jepara dan daerah kecil lainnya. Memang kebayang sekali bila terjadi bencana trus transportasi putus maka akan sulit sekali datang bantuan.
BalasHapusHyaa, gagal fokus sama bayi yang digendong naik kapal. Transportasi publik emang sepenting itu ya mbak, transportasi publik yang baik membuat kita merasa nyaman kalau mau jalan-jalan
BalasHapusIshh mupeng ke karimunjawa,
BalasHapusPernah dulu pas di lagi di pare kampung Inggris temen cerita tapi gak jadi-jadi mau kesanaa huhu..
Terisolasi di negeri sendiri itu menyedihkan. Apalagi karena bencana alam. Semoga adanya pembangunan sarana tansportasi yang memadai membuat hal demikian tidak terulang lagi
BalasHapusKarimunjawa bikin saya penasaran ingin ke sana. Jepara punya banyak potensi pariwisata.
Iya alhamdulillah sekarang sudah lebih baik sistem transportasinya. Konektivitas itu kata kuncinya.
BalasHapusBetul, transportasi yang bagus berdampak ke semua hal. Mulai dari ekonomi, juga pendidikan. Sehingga memang harus terus ditingkatkan.
BalasHapusKonektivitas nasional dengan transportasi andal tentu akan membuka banyak peluang bagi kemajuan berbagai sektor termasuk periwisata ya
BalasHapusMembayangkan terisolasi selama 3 hari kerana banjir...
BalasHapusKita punya baby lagi...
Wah...
Pernah ngebayangin, kayaknya seru kalau misal di Indonesia ini disambung oleh jalan tol yang menghubungkan semua kepulauan wgwgw.
BalasHapuskayaknya seru, tapi dananya masa ngutang mulu wgwgw
Saya miris dengan saudara-saudara yang tinggal di daerah yang termasuk 3T, Mbak Susi. Membaca di media dan nonton di televisi, jelas sekali memperlihatkan, betapa mereka berjuang hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidup.
BalasHapusJadi kalau sarana penghubung dan jalur transportasi sudah bagus, Insya Allah masalah akan sedikit teratasi. Setidaknya karena pasokan lancar dan banyak, maka harga kebutuhan juga jadi sedikit lebih murah.
Dengan lancarnya jalur transportasi, membuka jalan untuk berbagai aspek dan sektor yang ada di suatu wilayh ya mbak, pun yg terjadi dg di Karimunjawa ya
BalasHapusAlhamdulillah di era sekarang mudah untuk mendapatkan transportasi.
BalasHapusWajar ya Pemerintah fokus untuk membangun infrastruktur terkait untuk memudahkan transportasi. Karena mudah atau sulitnya transportasi akan sangat berdampak bagi perkembangan ekonomi dan sosial masyarakat.
BalasHapusAmin mba, semoga apapun program pemerintah dapat membuat Indonesia lebih baik lagi.
BalasHapusDan pemerataan keseluruh wilayah, bukan 1 atau 2 provinsi saja
Transportasi andal, dari segi teknologi lbh mempermudah "pergerakan" warga dan juga komoditi produk2 antar daerah ya mbak. Namun, semoga saja didukung juga dengan biaya yang lbh murah lagi dr sebelumnya (aamiin).
BalasHapusTransportasi ini jadi bagian penting dalam pemerataan perekonomian, mudahnya tataniaga pertanian dan barang. Makanya wajar kalau jadi prioritas...
BalasHapustransportasi memang hal yang penting sekali untuk segala hal. Baik itu perekonomia hingga media lainnya. Jadi transportasi menjadi prioritas utama pemerintas (dalam konteks infrastruktur)
BalasHapusDulu pas tahun 2013 aku pengen ke Karimun Jawa tapi masih bingung kalau backpackeran tanpa travel, sekarang udah banyak banget jadwal kapal PP kesana, bener sih kalau pemerintah menggalakkan infrastruktur transportasi untuk konektivitas nasional
BalasHapusKalau negara mau jadi negara maju, emg mesti ditingkatkan kualitas transportasinya ya Mbak. Sebab terkait dg pertumbuhan ekonomi jg
BalasHapusPostingan tentang transportasinya komplit banget mbak. Jadi puas bacanya. Btw mau koreksi, ada typo itu di judul postingannya.
BalasHapusWah iya mbak, sudah lancar ya transportasi ke karimunjawa... Jadi lebih mudah buat wisatawan akses kesananya
BalasHapusSemoga yac kak, sebelum tahun 2045 negara Indonesia udah menjadi negara maju setara dengan negara adidaya.
BalasHapusAkhirnya aku tahu harus dengan apa untuk ke Karimun Jawa. Sebelumnya ga terbayang :D
BalasHapusKalau Indonesia menjadi negara maju serta makmur, semoga kita semua bisa merasakan nikmat itu ya.
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)