18.12.18, pukul 09.10 WIB, saya melahirkan seorang bayi laki-laki di RSUD Kartini Jepara. Seperti ibu melahirkan lainnya di RS, saya harus tinggal di sana tuk observasi selama 3 hari. Istilah Poste Spontan disebutkan setiap kali ada kunjungan selama observasi di ruang rawat inap. Poste spontan. Saya tersenyum geli saat mendengarnya, dan bisa menebak artinya.
Sampai saat ini saya masih takjub dengan kelahiran Dede bayi yang rencananya kami beri nama Giandra ini. Begitu mudahnya. Pukul 08.30 WIB saya mulai mengeluarkan air ketuban yang sangat banyak, dan saya bahkan masih jauh dari RS. “Banjir!” canda bidan yang menyambut saya hari Selasa. 15 menit kemudian, tiba-tiba saya melahirkan sendiri secara spontan ketika para tenaga medis sedang melakukan persiapan. Hari itu, ruang persalinan sangat ramai dan ada 4 persalinan yang harus ditangani.
Sampai saat ini saya masih takjub dengan kelahiran Dede bayi yang rencananya kami beri nama Giandra ini. Begitu mudahnya. Pukul 08.30 WIB saya mulai mengeluarkan air ketuban yang sangat banyak, dan saya bahkan masih jauh dari RS. “Banjir!” canda bidan yang menyambut saya hari Selasa. 15 menit kemudian, tiba-tiba saya melahirkan sendiri secara spontan ketika para tenaga medis sedang melakukan persiapan. Hari itu, ruang persalinan sangat ramai dan ada 4 persalinan yang harus ditangani.
Ini pastilah bantuan doa dari teman-teman semua, karena saya memiliki riwayat melahirkan yang agak sulit. Kelahiran putra pertama air ketuban keluar bersamaan dengan bayi, setelah 3 hari sebelumnya keluar darah dan rembes sekali, serta kontraksi intens terjadi setelahnya. Kelahiran putra kedua, bayi keluar bersama dengan membrannya, secara utuh tanpa rembesan ketuban sama sekali, setelah 3 hari sebelumnya keluar sedikit darah dan kontraksi intens terjadi setelahnya. Putra ketiga ini kontraksi ringan terjadi sejak tanggal 1 Desember, semakin menguat namun selalu berhenti saat ada matahari. Baru mulai tanggal 16 kontraksi intens terjadi dengan sedikit jeda dan saya terus menerus mengeluarkan darah serta lendir. Saya gelisah karena ini tak pernah terjadi sebelumnya. Meskipun bidan mengatakan ini normal, saya tak bisa begitu saja merasa tenang.
Baca: Bayi laki-laki lagi!
Begitulah kisah melahirkan saya, dan tahun ini, di usia 39 tahun 3 bulan, saya melahirkan putra ketiga kami.
Kemarin tepat seminggu kelahirannya. Saya dan suami terkadang membahas nama yang akan kami berikan. Kami baru menyepakati satu nama Jawa, yaitu Giandra yang artinya sentosa dan berilmu. Kami ingin menambahkan satu nama lagi yang memiliki arti bermanfaat baik bagi sekitarnya. Diskusi masih terus berlangsung, namanya akan kami mantapkan dalam bentuk tasyakuran sederhana bersama para tetangga. InsyaAllah.
Teman-teman tentu tahu bahwa kami sangat mendamba kelahiran seorang putri. Ketika lahir seorang putra, bagaimana reaksi kami? Takjub! Dd Gi membuat kami jatuh cinta saat pertama kali melihatnya. Dia imut, manis, dan cantik. Apalagi baju pertama yang dipakaikan adalah baju warna pink. Padahal saya membawakan 3 warna baju standarnya bayi. Foto di atas adalah foto satu jam setelah ia lahir. Mungkin perawatnya galfok lihat Dd yang cantik. Hihihi.
Teman-teman tentu tahu bahwa kami sangat mendamba kelahiran seorang putri. Ketika lahir seorang putra, bagaimana reaksi kami? Takjub! Dd Gi membuat kami jatuh cinta saat pertama kali melihatnya. Dia imut, manis, dan cantik. Apalagi baju pertama yang dipakaikan adalah baju warna pink. Padahal saya membawakan 3 warna baju standarnya bayi. Foto di atas adalah foto satu jam setelah ia lahir. Mungkin perawatnya galfok lihat Dd yang cantik. Hihihi.
Pertemuan pertama kami agak dramatik pada persiapannya. Pasca melahirkan, bayi tidak diberikan untuk IMD. Saya menanti dan menanti, ketika hampir satu jam tidak ada tanda akan diserahkan, saya menanyakanya.
"Segera setelah Ibu bisa duduk," jawab perawat. "Dan tidak pusing," imbuhnya.
"Saya bisa duduk sendiri," jawab saya. Saya duduk sendiri tanpa bantuan. Saya hendak mengikat rambut sendiri dan... oh la! la! selang infus saya seketika memerah. "Maaf, ini pertama kali saya diinfus," kata saya dengan rasa malu.
Setelah gagal membersihkan darah di infus dengan 3x suntikan, akhirnya lokasi baru dipilih. Darah keluar cukup banyak saat jarum infus dibuka. Ah... inilah mengapa saya selalu menolak kelahiran SC, dan saya bersyukur tidak melewatinya.
Daaan... saya tersenyum lebar saat melihat bayi laki-laki yang saya lahirkan pada tanggal 18 Desember 2018 lalu.
9 Komentar
waah 3 jagoan ya mbaa :). cakeeep banget si adek. bersyukur bllahirannya bisa gampang. baru2 ini istri anak buahku lahiran, dan sangat cepet juga. baru sampe rs, 30 mneit kemudian lgs lahir ,gampang. lgs inget ama lahiranku yg sampe sc :p. beruntung orang2 yg begini
BalasHapusselamat ya bu susi...
BalasHapusSelamat ya buuun, bener2 barengan kita lahirannya ya. Anakku lahir tgk 15 bun, beda 3 hari kita. Wuenak banget bisa lahiran gampang gitu yaa, aku dong perlu drama sekitar 3jam-an. Haha. Selamat ya bun, semoga Dd Gi jadia anak yg sholeh yg bisa memberi syafaat bagi orangtua di akhirat nanti. Aamiin.
BalasHapusSama Mbak, saya juga 3 laki-laki semua Mba, yang bungsu lahir pertengahan Desember juga
BalasHapusSelamat....semoga anak selalu sehat..ya.., aamiin..
BalasHapuspatut disyukuri nih kak, memiliki keturunan yang cakep cakep, sukses terus, semoga membawa berkah kedalam keluarga kakak... #jejakbiru
BalasHapusselamat ya mbak susi, mbak tetep paling cantik gak ada saingannya
BalasHapusselamat ya mbak ,luar biasaaaa melahirkan hampir di kepala 4,,,, semoga Giandra jadi anak soleh Amiiin
BalasHapusBarakallah mbak Susi atas kelahiran baby no 3 nya. Semoga jadi anak soleh dan jadi kebanggaan keluarga..
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)