Bulan Maret lalu, tepatnya tanggal 5 sampai 9 Maret, saya dan 99 teman dari seluruh Jawa belajar menulis sejarah dengan baik dan benar. Nama kerennya Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Bagi Penulis Sejarah (Bimtek Penulis Sejarah). Pesertanya dari berbagai akademisi non kesejarahan. Mulai dari ibu rumah tangga (tunjuk dada sendiri) sampai arsitek, dari guru SD sampai dosen. Tumplek blek jadi satu, belajar bersama dengan passion menggelegak ala remaja. Lokasi belajar cukup mewah, yaitu Hotel Semesta Semarang. Sebuah hotel tua berbintang tiga yang terawat dengan baik. Alamatnya di jalan KH. Wahid Hasyim No. 125-127, Kranggan, Bangunharjo, Semarang, Jawa Tengah, 50138. Nomor telpon (024) 3576000.
Belajar menulis sejarah dari awal. Ini bukan pernyataan tanpa dasar. Karena, selama dua hari pertama, semua teori yang kami miliki secara autodidak, ditarik satu per satu. Rasanya seperti memainkan games susun balok dan pemainnya mengambil setiap satu balok tapi tak boleh merubuhkan bangunan asli. Saya lupa nama permainannya. Nantilah saya cari. Saya mau fokus ke bimtek-nya dulu.
Apa yang saya tahu tentang penulisan sejarah, sebatas seperti buku sejarah yang pernah saya baca. Dan bacaan saya lumayan berat, lho. Saya cukup picky saat memilih buku sebagai sumber penulisan. Kalau subyektivitas pengarang sangat dominan, saya tidak akan memasukkannya dalam buku sejarah yang sedang saya garap. Misalnya, buku berjudul Kartini Nyantri atau buku berjudul Kartini Mati Dibunuh : Membongkar Hubungan Kartini dan Freemason.
Buku di atas informatif, namun subyektivitas penulisnya dominan sehingga menonjolkan fakta tertentu yang jadi topik penulisan tetapi menyembunyikan fakta lain yang seharusnya masuk. Ada banyak sekali buku pehlawan ini yang ditulis dari berbagai sudut karena memang multidimensi. Saya lebih suka membaca versi asli tulisan R.A Kartini yang sudah dibahasa-Inggriskan oleh peneliti yang diakui dunia. Misalnya Pak Joost Cote yang super ramah dan detail jika menjelaskan. Saya pernah ngobrol berat sambil beliau makan siang di event bulan April lalu. Jika ada versi bahasa Indonesia yang direkomendasikan kevalidannya... saya baca juga dengan kalap. Paling tidak, saya harus meminimalisir kesalahan mengambil sumber data. Jangan sampai terjadi lagi, beberapa posting blog saya yang ternyata dijadikan sumber acuan beberapa mahasiswa. Yassalam…. Saya khawatir memblondrokkan akademisi karena menulis dengan dasar yang lemah. Hiks…
Buku di atas informatif, namun subyektivitas penulisnya dominan sehingga menonjolkan fakta tertentu yang jadi topik penulisan tetapi menyembunyikan fakta lain yang seharusnya masuk. Ada banyak sekali buku pehlawan ini yang ditulis dari berbagai sudut karena memang multidimensi. Saya lebih suka membaca versi asli tulisan R.A Kartini yang sudah dibahasa-Inggriskan oleh peneliti yang diakui dunia. Misalnya Pak Joost Cote yang super ramah dan detail jika menjelaskan. Saya pernah ngobrol berat sambil beliau makan siang di event bulan April lalu. Jika ada versi bahasa Indonesia yang direkomendasikan kevalidannya... saya baca juga dengan kalap. Paling tidak, saya harus meminimalisir kesalahan mengambil sumber data. Jangan sampai terjadi lagi, beberapa posting blog saya yang ternyata dijadikan sumber acuan beberapa mahasiswa. Yassalam…. Saya khawatir memblondrokkan akademisi karena menulis dengan dasar yang lemah. Hiks…
Contohnya...
Tulisan lawas tuk pengantar sebuah event di Jepara |
Saya menggunakan kata konon ceritanya, yang sudah menandakan bahwa tulisan tersebut tak layak kutip. Ternyata... ada pula beberapa web dan blog, serta penulisan akademisi yang mengambil tulisan ini dengan menyertakan url posting saya tersebut. Saya jadi merasa tak enak hati. Semoga saja menjadi kritik sumber dan contoh yang salah, ya. Karena setelah mempelajari faktanya, saya jadi lebih paham. Apa itu? Tunggu buku saya bulan September nanti. InsyaAllah istimewa.
Balik ke topik kita siang ini,
Bimtek Penulis Sejarah tahun 2018 ini dilakukan di beberapa kota. Malang, Semarang, Bogor dan Lampung. Saya dapat kesempatan di Semarang. Dan memang layak banget, meninggalkan keluarga dan pekerjaan dinamis saya. Maksudnya? Saya ibu rumah tangga pembelajar yang bekerja di ranah domestik, jadi aktivitas saya tak hanya statis (pekerjaan cuci-masak yang hanya saya kerjakan pagi dan malam), tetapi juga aktivitas dinamis (belajar... belajar... belajar... dan menulis dari jam 10.00 pagi - 16.00 sore).
Bimtek yang ini khusus untuk kalangan penulis sejarah awam. Maksudnya, yang tidak belajar sejarah dan kesejarahan secara akademis. Alhamdulillah, setelah bimtek, saya mantap mengambil peran sebagai penulis sejarah. Penulis sejarah yang baik dan benar. Bagian ini perlu di-bold agar menjadi penyemangat bagi saya pribadi. Karena… masyaAllah… ternyata tidak mudah menulis sejarah yang mengalir lembut namun sarat informasi.
Sekadar bocoran saja, untuk mendandani Bab I draft buku sejarah yang saya tulis, saya perlu semedi 2 hari. Saya memakai cara penulisan lampau, per periodik, jadi informasi masa setelahnya harus dipindah ke catatan akhir. Dan harus konsisten. Saya juga perlu mengubah beberapa tulisan yang kurang memenuhi kaidah sejarah. Sebelumnya, beberapa bab tentang Jepara saya tulis ala penulisan laporan arkeolog. Ternyata sangat beda! Subhanallah. 5 hari yang sangat mencerahkan. Semoga teknik penulisan saya kelak memenuhi standar tinggi penulis sejarah yang terkenal itu. Aamiin.
Ternyata saya mengulang-ulang fakta dan harapan di paragraf atas, wkwkwk.
Aminkan saja ya, Kawan.
Untuk tahu pengertian sejarah dengan benar, di materi awal, kami diberitahu banyak hal dasar, seperti:
1. Mengkaji mitos tentang penulisan yang terlanjur terbentuk
2. Mengkaji pengertian sejarah sebenarnya
3. Mengkaji pengertian sejarah dalam arti subyektif dan obyektif.
4. Mengkaji definisi sejarah itu sendiri
5. Mengkaji pokok kajian ilmu sejarah
6. Mengkaji sejarah sebagai ilmu
7. Mengkaji sejarah sebagai seni
8. Mengkaji Komponen sejarah
9. Mengkaji kerangka berpikir sejarah
10. Membedakan sejarah dengan ilmu lain yang mirip
(sehingga kadang dianggap sama oleh penulis sejarah awam yang tidak punya dasar pendidikan sejarah)
Itu baru bahan ajar untuk pengertian sejarah, yang disampaikan 1 pemateri. Belum menyentuh 3 materi utama dari 3 pemateri lainnya. "Mata kuliah selama 4 tahun dijejalkan dalam 4 hari," kata Pak Bondan, "Jadi jangan harap sepulang dari bimtek ini Bapak/Ibu langsung menjadi sejarawan handal." Dan itu benar. Wkwkwk…
Dan anehnya, saya mengikuti kelas dengan sangat semangat. Meski saya merasa satu per satu pemahaman saya diambil dan diganti. Pijakan saya diperbarui. Kalau dulu masih goyah, sekarang lebih kuat (sedikit). Perlu pelatihan lanjutan, nih.
Saya bicara apa, sih? Daripada puyeng… saya bagi foto kegiatan kami dulu ya. Mungkin ada yang segar-segar dan bikin Kawan Susindra lebih melek.
Segar-segar |
Berteduh di rumah kuno |
Ciri rumah kuno, adalah daun jendela yang sangat besar |
Aminkan... aminkaaan |
Monggo nyicip |
Sudah melek, kan, ya? Hehehe...
Masih ada lanjutannya.
Agar Kawan Susindra tidak kecewa sudah jauh-jauh scroll dan baca lalu tak dapat apa-apa selain curhatan ala ibu bahagia, saya bagi beberapa jawaban mitos tentang salah kaprah definisi sejarah ya.
1. Sejarah itu bukan MITOS. Bukan dongeng. Jadi jangan ada kata:
a. Konon katanya,
b. Syahdan
c. Kabar dari Cina (siapa?)
d. dll
Akrab dengan pembuka ini? Hihi... sejarah adalah master of detail, jadi sebutkan siapa dan kapannya, ya. Konteks ruang dan waktu harus jelas.
2. Sejarah bukan FILSAFAT. Bukan sesuatu yang abstrak atau spekulatif. Harus konkret dan sungguh terjadi.
3. Sejarah bukan ILMU ALAM (bertujuan menemukan hukum alam atau nomotetis). Sejarah memiliki kekhasan/keunikan (ideografis)
4. Sejarah bukan SASTRA. Bukan rekaan imajinatif yang punya dunianya sendiri. Sejarah adalah informasi yang jelas dan lengkap.
Semoga segera bisa jadi perempuan hebat seperti beliau bertiga |
Alhamdulillah tercyduk kamera. Saya hampir tak punya foto pribadi di sini. |
1. Sejarah adalah ilmu tentang manusia: mempelajari dinamika manusia.
2. Sejarah adalah ilmu tentang waktu: mempelajari perkembangan, kesinambungan, pengulangan, dan perubahan manusia, lalu disusun dengan pembabakan waktu atau periodisasi.
3. Sejarah adalah ilmu tentang sesuatu yang memiliki makna sosial: mempelajari nilai dalam tindakan manusia, peristiwa, dan lain sebagainya.
4. Sejarah itu ilmu tentang sesuatu yang tertentu, satu-satunya, dan terperinci: sejarah bersifat partikular, unik dan detail.
Sudah pusing? Semoga tidak. Karena itu baru pengantar definisi sejarah. Kita lanjutkan di posting berikutnya ya. Semuga kamu tidak bosan, Kawan!
Selanjutnya
Bimbingan satu per satu |
Akhirnya... penutupan.... |
Sampai jumpa di posting selanjutnya!
3 Komentar
semangat ya say, menulis sejarah ngeri2 sedap, hihihi
BalasHapusmangtab mbakyu... ini bener bener hotmom. dans ce cas la... je suis fier de toi!
BalasHapusApik... Apik...
BalasHapusSemangat terus kagem sedaya peserta Bimtek Penulis Sejarah, nggih! Salam salut!
#Cak_Boni - Surabaya.
Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)