Setiap manusia berproses, termasuk para ibu. Saya pun begitu. Saya terus berproses demi menjadi ibu yang lebih baik dari waktu ke waktu. Sebagai salah satu pembelajar aktif, saya merasakan banyak manfaatnya. Saya lebih tahu kebutuhan dan realitas yang ada sehingga bisa berinovasi. Saat ini saya menjalani proses belajar yang lebih terstruktur. Makanya, pola asuh saya juga makin lama semakin baik. Fokus saya pada tugas sebagai ibu lebih baik berdasarkan misi spesifik hidup kami.
Salah satu hasil belajar parenting saya adalah pemahaman bahwa setiap anak yang terlahir di dunia ini membawa 4 bekal utama, yaitu:
1. Intellectual Curiosity atau rasa ingin tahu yang besar
2. Creative imagination atau daya kreasi yang tinggi
3. Art of discovery atau seni menemukan hal baru
4. Noble attitude atau akhlak manusia.
4 bekal di atas pasti ada. Sudah tercetak dalam diri sejak janin. Bahkan bagi anak yang (maaf) kurang sempurna pun, 4 bekal ini dimiliki. Tugas kita sebagai pengasuh utama adalah mengasah keempatnya agar bisa melejitkan potensinya. Jika ternyata bersama kita ternyata 4 bekal tersebut memudar, maka pertanyaannya adalah ada apa dengan kita? Apakah teman-teman siap mencari jawabannya? Jika iya, bisa hubungi saya setiap saat karena saya punya komunitas ibu yang konsern di bidang ini.
Sebagai manusia pembelajar, hendaknya, anak dibiasakan untuk suka belajar. Anak yang mau belajar, pada prosesnya mungkin akan mengalami titik jenuh. Namun, anak yang SUKA belajar, akan selalu menemukan hal baru untuk dieksplor. Orangtua memiliki peran sangat besar di sini. Namun, pada kenyataannya memang banyak orangtua yang memasrahkan semua pada sekolah.
Cinta dan les menggambar. Foto dari blog Pojokmungil.com |
Saat membaca artikel Mbak Alfa Kurnia, saya tertarik pada artikelnya yang berjudul Belajar Bisa di Mana Saja. Ia menceritakan kegiatan liburan di Indonesia bulan Desember tahun lalu. FYI, Mbak Alfa pemilik blog POJOK MUNGIL ini adalah WNI yang menetap di Brunei. Jadi, kesempatan pulang menjadi sesuatu yang ditunggu. Namun, ia juga seorang ibu pembelajar yang tahu benar bagaimana cara mengasah intellectual curiosity dan creative imagination anaknya. Maka, saat liburan di Indonesia, ia pun mencarikan tempat belajar dan berkegiatan Cinta, putrinya. Pilihannya adalah les gambar, pesantren kilat, les robotiK, les renang, atau kegiatan bermanfaat lain. Setelah beberapa kali mencari lembaga bimbel, akhirnya, les menggambar menjadi pilihan. Menurut saya, jarang sekali ibu yang berpikir cara produktif mengisi liburan dan mencegah anak hanya menonton TV/Youtube.
“I thought the place would be nicer,” bisik Cinta pelan ketika sampai. Saya tersenyum simpul saat membacanya. Anak memang sangat jujur dan membandingkan berdasarkan lokasi sebelumnya yang lebih baik. Saya jadi ingat komentar pertama kali anak saya saat diajak ke tempat bermain yang tak sesuai ekspektasi mereka. Tetapi, setelah sering datang, mereka menjadi lebih nyaman. Destin, Binbin, Cinta dan anak-anak lainnya tahu cara belajar dengan rasa bahagia jika pengampunya tahu cara memperlakukan mereka. Jadi, para orangtua tak perlu galau jika melihat bimbel anak tidak representatif. Dan benar saja, mereka puas dengan hasil bimbel Cinta di sana.
Sosok Mbak Alfa yang sangat cantik |
Kembali ke blog Pojok Mungil milik Mbak Alfa. Blog ini bisa jadi pilihan kamu yang ingin mendapatkan contoh parenting modern. Tinggal di Brunei memberi kesempatan keluarga kecil ini menyecap pola didikan anak yang lebih baik. Para dokter lebih konsern seperti cerita Mbak Alfa tentang Keenan yang mengalami Speech Delay. Rencana awal saya memang ingin menuliskan kembali pengalaman speech delay Binbin, putra kedua saya. Tetapi ternyata saya agak baper saat menuliskannya.
Blog Pojok Mungil termasuk blog yang harus sering dikunjungi. Teritama di kategori kesukaan saya: Life as Mom dan Life with My Kids. Keduanya berisi cerita seputar parenting: pola asuh, kesehatan anak, kreativitas (DIY), celebration day, kegiatan di sekolah, jalan-jalan bersama anak. Dengan teknik story telling, kita akan membacanya sampai tuntas tanpa sadar berapa kata yang telah kita baca. Terima kasih ilmu dan kisahnya, Mbak.
Cukup sekian dulu, ya. Semoga tulisan ini memberi manfaat bagi teman-teman pembaca, sehingga ikut menyepakati pendapat kami bahwa kita perlu membiasakan anak belajar di mana saja, kapan saja.
6 Komentar
Saya amat percaya bahwa anak-anak yang suka belajar datang dari orang tua yang sama. Begitupun anak-anak yang berbahagia Belajar dimana saja pasti awalnya berasal dari rumah. Terpujilah orang tua yang mau sedikit bersusah payah mendidik anak-anak mereka agar mencintai belajar di mana saja
BalasHapusBelajar dimana saja. Aku setuju, Mam.. Bahkan sambil bermain pun anak-anak bisa dapat sesuatu kan.. Oya, acara dongeng marathonnya keren banget ih.. Pengen ikutan..tp jauh.
BalasHapussebenarnya harusnya memang gitu ya mba, belajar itu bs dimana dan kapan saja ga harus duduk...dua anak saya tuh susah soalnya kalo hrs duduk diam
BalasHapusSetuju dg anak blajar di mana aja, biar mreka terbiasa dan gak manja
BalasHapusAnak-anakku suka banget itu mandi hujan. Kalo hujan turun, langsung deh pada keluar dan basah. Cuma ya gitu, bapak atau ibunya kudu ikut hujan-hujanan. Diliatin tetangga gitu kalo pas hujan-hujanan. Hahaha. Dulu waktu kecil juga suka banget main lumpur. Saya dan istri membiarkan saja, karena kami tahu dengan begitu otot-otot motorik mereka terlatih sekaligus membuat mereka mau kotor-kotor dan aktif. Tantangannya justru dari lingkungan terdekat yang masih dengan pola asuh lama, yaitu anak yang baik adalah anak yang diam, anteng.
BalasHapusBtw, nice share, Mbak. Terus belajar agar anak dapat belajar di mana saja mereka berada.
Artiketnya bagus banget mbak,
BalasHapusSangat bagus nih, ide untuk membiasakan anak belajar di mana saja.
Harus segera di realisasikan nik ke anak-anak :)
Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)