Ketika asyik membaca berita terbaru di sebuah portal berita online, sesuatu menggelitik di benak saya. Bagaimanapun saya sulit mengabaikannya. Maka jangan heran jika akhirnya saya menulis kembali tentang perusahaan tersebut malam ini. Berita tersebut berjudul Semen Indonesia Angkat Bicara Soal Pembangunan Pabrik di Kendeng. Rencana pembangunan pabrik Semen Indonesia di Rembang telah menjadi polemik. Ada kelompok masyarakat yang menolak pembangunan pabrik semen dengan vokal, namun sebagian besar menerima bahkan telah menikmati hasilnya sebelum pabrik beroperasi. Wajar, pembangunan perusahaan besar tentu memberikan multipliers efect pada masyarakat sekitar. Tak hanya serapan tenaga kerja sekitar 1500 saja, tetapi juga usaha catering, toko-toko, angkutan, dan masih banyak lagi.
Saya memiliki satu ketertarikan tertentu pada sebuah perusahaan BUMN Indonesia yang pernah saya kunjungi. Kunjungan tersebut membuahkan sebuah positif emotional relation. Mungkin karena perusahaan itu yang pertama kali membuka pintunya bagi saya dan teman-teman blogger. Tetapi yang jelas, ada interest lebih yang tercipta dari kunjungan saya ke sana. Mungkin saya terlalu mudah terpesona oleh keramahan dan bukti yang terhampar di depan saya. Seeing is believing. Kita lebih mudah percaya jika melihatnya. Dan saya sudah melihat sehingga percaya bahwa apa yang disampaikan pada saya nyata adanya. Apalagi saya dan rombongan juga diajak jalan-jalan di sekitar dan menemui para mitra binaan. Juga melihat kelestarian alam di sekitar pabrik maupun bekas pabrik yang tetap terjaga. Tak hanya itu, berita mengenai program CSR juga sering ditemukan di berita luring maupun daring. Bukankah lebih mudah melihat kebaikan daripada keburukan?
PT Semen Indonesia (SMI), saya pernah mengunjungi pabriknya di Tuban pada tanggal 6 Juni 2015 lalu. Pengalaman berkunjung yang menyenangkan dan edukatif. Meski hanya sehari, namun saya belajar cukup banyak selepas dari sana. Bayangkan jika kamu menjadi tamu sebuah keluarga besar yang menyenangkan lalu diberi cerita tentang apa yang mereka lakukan. Apakah hanya mendengarkan saja lalu percaya?
Saya tidak. Pada akhirnya saya menelusuri lebih banyak lagi tentang perusahaan tersebut. Saya tidak mau mencerna mentah-mentah apa yang disampaikan. Ketika saya yang hanya ibu rumah tangga disodori data statistik dan pencapaian CSR PT Semen Indonesia, saya menelusuri lebih jauh tentang apa itu CSR dan mengapa sebuah perusahaan membutuhkan CSR. Dari situlah, berawal dari IRT yang senang menulis blog, saya menjadi tahu lebih banyak tentang seluk beluk CSR perusahaan dan bagaimana implikasinya pada masyarakat sekitar. Bukankah kita harus menjadi warga yang cerdas dan mau belajar?
CSR, sebelum tanggal 6 Juni 2015 saya tak mengenal istilah ini. Rasa penasaran yang membuat saya membaca lebih banyak mengenainya. CSR adalah kepanjangan dari Corporate Sosial Responsibility atau Tanggung jawab sosial perusahaan. Istilah ini merupakan adaptasi dari etika bisnis Amerika. Pemerintah Indonesia mewajibkan CSR melalui Undang-Undang No. 40 tahun 2007 pasal 74 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) dan Undang-Undang No. 25 tahun 2007 pasal 15(b) dan pasal 16 (d) tentang Penanaman Modal (UU PM), setiap perseroan atau penanam modal diwajibkan untuk melakukan sebuah upaya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan. Kebijakan ini juga mengatur sanksi bagi perusahaan yang tidak menjalankan kewajiban tersebut. CSR pertama kali diwacanakan sejak munculnya tulisan Howard Bowen berjudul Social Responsibility of the Businessmen pada tahun 1953.
Salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR adalah Kemampuan perusahaan untuk menutupi implikasi lingkungan yang berasal dari; produk operasi dan fasilitas, menghilangkan limbah dan emisi, memaksimalkan efisiensi dan produktivitas sumber daya alam dan meminimalkan praktek-praktek yang buruk dapat mempengaruhi kenikmatan sumber daya alam suatu negara bagi generasi mendatang (Mazurkiewicz, 2011 di dalam paper: “Corporate Environmental Responsibility: Is a Common CSR Framework Possible?”). Jadi, setiap perusahaan harus dapat mengatur, mengolah dan mempergunakan lingkungan sebaik-baiknya untuk tidak hanya menguntungkan dan meningkatkan efisiensi bisnis setiap perusahaan, namun juga bagi lingkungan dan dampak sosial di masa yang akan datang.
Hal yang menggelitik saya sehingga menulis ini terkait dengan penolakan pembangunan proyek tambang semen Watuputih di pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa tengah. Alasan utamanya adalah ketakutan sejumlah warga akan kelestarian dan ketersediaan pangan. Bahkan lahir sebuah Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng yang menolak penyelesaian proyek tersebut. Padahal, Ketika konflik pembangunan pabrik semen muncul dengan masyarakat, Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia, mengatakan pihaknya siap diajak diskusi, tetapi hingga kini diskusi yang dimediatori sejumlah pihak belum menemukan titik temu dengan masyarakat.
Saya tidak mau berpolemik dengan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng atau JMPKK, tentu saja. Apalah saya ini, cuma blogger daerah yang kebetulan pernah diajak melihat pembangunan masyarakat sekitar pabrik Semen Gresik di Tuban dan di pabrik semen Padang yang merupakan satu induk, yaitu PT Semen Indonesia. Tetapi kembali ke konsep seeing is believing di atas, jika kita melihat tanpa tendensi apapun, reaksi kita lebih proporsional. Setidaknya, izinkanlah saya menulis lebih banyak tentang CSR PT Semen Indonesia dan bagaimana prospek masyarakat sekitar pabrik akan terangkat ketika pabrik telah berjalan. Janganlah memotong pembangunan dahulu, bahkan sebelum produksi. Itu seperti menilai suatu biji tak mungkin berbuah sebelum membiarkannya bersemi.
Kembali ke program CSR PT Semen Indonesia.
PT Semen Indonesia bertekad menjalin komunikasi harmonis dengan masyarakat melalui program Corporate Sosial Responsibility (CSR). Visi dan Misi utama CSR PT Semen Indonesia adalah menciptakan keseimbangann pertumbuhan ekonomi, sosial dan lingkungan alam melalui program yang terarah, tepat guna, dan tepat sasaran. Keseimbangan pertumbuhan ekonomi dan lingkungan sangat erat kaitannya dengan konsep tripple bottom line dan corporate culture perseroan milik BUMN tersebut.
Istilah “Triple Bottom Line (3BL) dikenalkan oleh John Elkingstons yang meliputi : kesejahteraan atau kemakmuran ekonomi (economic prosperity), peningkatan kualitas lingkungan (environmental quality), keadilan sosial (social justice). Ia juga menegaskan bahwa suatu perusahaan dalam menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan harus memperhatikan “Triple P”, yaitu profit, planet and people. Bila dikaitkan antara 3BL dengan Triple P dapat di simpulkan bahwa “profit” sebagai wujud aspek ekonomi, “planet” sebagai wujud aspek lingkungan dan “people” sebagai wujud aspek sosial. Ketiga aspek tersebut dapat diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan berikut ini:
1. Bidang Ekonomi; kewirausahaan, pembukaan lapangan kerja, infrastruktur ekonomi, agrobisnis dan usaha produktif lainnya
2. Bidang Sosial; pendidikan, pelatihan, kesehatan, perumahan, kesejahteraan sosial, kebudayaan dan sebagainya
3. Bidang Lingkungan; penghijauan, reklamasi lahan, pengelolaan air, pelestarian alam, ekowisata penyehatan lingkungan, pengendalian polusi serta penggunaan produksi dan energi secara efisien.
CSR PT Semen Indonesia mengadopsi tripple bottom line dengan membentuk unit kerja khusus yang diberi nama Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program utama PKBL adalah memastikan bahwa keseimbangan lingkungan tetap sama seperti sebelum adanya penambangan. Tak hanya lingkungan alam secara harfiah tetapi juga kondisi masyarakat harus lebih baik daripada sebelumnya. Ada 8 program PKBL yaitu:
1. Bencana alam,
2. Peningkatan pendidikan dan pelatihan
3. Peningkatan kesehatan
4. Pengembangan prasarana dan sarana umum
5. Sarana ibadah
6. Pelestarian alam
7. Sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan
8. Bantuan pendidikan, pemagangan, pemasaran. Promosi, dan bentuk lain terkait upaya peningkatan kapasitas mitra binaan.
Salah satu satu program utama PKBL adalah Program kemitraan dan Bina Lingkungan. Program Kemitraan fokus pada bagaimana mitra binaan mendapat manfaat di bidang ekonomi yang berdampak pada peningkatan taraf hidup mereka. Sedangkan Bina Lingkungan difokuskan pada pelaksanaan tanggung jawab bidang sosial dan lingkungan yang telah dapat dirasakan dengan terjalinnya hubungan harmonis antara perusahaan dan masyarakat sekitar. Hilangnya gejolak-gejolak sosial masyarakat selama ini telah memberikan rasa aman bagi perusahaan dan masyarakat itu sendiri.
Tugas berat tersebut harus diemban oleh CSR PT Semen Indonesia yang dipimpin oleh Pak Wahjudi Heru. Maka jangan heran jika anggaran CSR perusahaan BUMN ini sangat jor-joran. Pada awal tahun ini, dana sebesar 1,78 miliar disalurkan kepada masyarakat sekitar pabrik semen di Rembang. Dana sebesar itu digunakan untuk pembangunan rumah layak huni, pembuatan gapura desa, jamban, serta pemberian bibit pohon. Bantuan diserahkan langsung oleh Kepala Departemen CSR Semen Indonesia, Wahjudi Heru di Lapangan Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang.
Tahun sebelumnya, PT Semen Indonesia telah merealisasikan anggaran untuk kegiatan CSR di Rembang mencapai Rp 10,5 miliar untuk berbagai kegiatan seperti bantuan kesehatan, Bantuan pengembangan sarana umum, bantuan sarana ibadah, bantuan pendidikan, bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan bantuan tanggap darurat bencana. Masih banyak lagi bantuan yang diberikan pada masyarakat sekitar menggunakan dana CSR.
Melihat data dan berita positif semacam ini, tentu wajar jika ada rasa percaya bahwa pada akhirnya, semua akan baik-baik saja. Apa yang ditakutkan oleh warga Kendeng masih terlalu jauh dan bisa dihindari dengan perencanaan matang bersama-sama. Andaikan diskusi hangat bisa digelar, tentu semua jadi lebih mudah dibicarakan dan direncanakan. Apalagi PT Semen Indonesia siap menjawab dan menerima ajakan diskusi. Saya yakin, pabrik semen di Rembang tersebut tidak akan mencoreng mukanya sendiri dengan persiapan PKBL yang buruk sehingga berujung pada tercorengnya citra perusahaan. Reputasi bisa ternoda nantinya. Tengoklah beberapa perusahaan besar yang diguncang isu pencemaran lingkungan, harga saham di bursa internasional bisa merosot tajam. Berbeda dengan annual report PT Semen Indonesia yang mendapat peringkat dua Annual Report Awards (ARA) 2014 kategori BUMN Non Keuangan Listed. Tentunya PT Semen Indonesia tak ingin peringkatnya menurun sehingga tetap melaksanakan program CSR demi kedekatan emosional antara perusahaan persero dengan masyarakat sekitar.
CSR memang sebuah kewajiban yang ditetapkan oleh pemerintah melalui UU No. 40 tahun 2007 dan UU no 25 tahun 2007, namum pelaksanaannya membawa keuntungan besar bagi perusahaan yang konsisten melaksanakannya. Apa saja keuntungan perusahaan yang melakukan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan? Secara umum ada 4:
1. Pengembangan reputasi atau citra perusahaan di mata konsumen dan investor. Kegiatan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan menciptakan reputasi yang baik atau good brand image di mata semua elemen bisnis. Lebih jauh para investor menilai perusahaan memiliki resiko bisnis yang rendah (low risk business) dan sangat menguntungkan bagi investor-investor, sehingga mempertimbangkan investasi jangka panjang (long-term investment). Makanya, perusahaan memiliki harga saham yang baik dipasaran.
2. Mengeliminasi konflik lingkungan dan sosial disekitar perusahaan. Konflik dengan masyarakat sekitar area bisnis adalah hal yang sangat dihindari oleh perusahaan. Berita negatif di luar bisa menjatuhkan reputasi atau citra perusahaan. Makanya, percepatan pertumbuhan masyarakat sekitar menjadi poin utama CSR.
3. Meningkatkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan. Dalam implementasi CSR perusahaan tentunya tidak dapat bergerak dan bekerja sendiri tanpa bantuan pemangku kepentingan seperti, masyarakat lokal dan pemerintah daerah. Dengan mengajak pemangku kepentingan dalam melakukan konservasi lingkungan, maka perusahaan dapat dengan mudah menciptakan sebuah relasi yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut.
4. Membedakan perusahaan dengan para pesaingnya. Jika kegiatan CSR terhadap lingkungan dilakukan oleh sebuah perusahaan, perusahaan tersebut akan memiliki kemampuan dan kesempatan dalam menonjolkan keunggulan komparatifnya (comparative advantage) sehingga dengan mudah dapat memberikan nilai plus yang berbeda dengan para pesaingnya yang tidak melakukan kegiatan sosial terhadap lingkungan.
Kiranya jelas mengapa dalam setiap kegiatan operasionalnya PT Semen Indonesia senantiasa berpijak pada tiga pilar (Triple P), yaitu peningkatan kinerja keuangan (profit), pemberdayaan masyarakat (people), dan pelestarian lingkungan (planet).
"Kami adalah perusahaan multinasional yang akan selalu mendorong peningkatan kualitas masyarakat lokal. Sebagai perusahaan yang lahir, tumbuh, dan berkembang bersama masyarakat, ke depan kami akan terus meningkatkan besaran dana dan cakupan sasaran program-program sosial perusahaan," tutur Aunur Rosyidi, Direktur Enginering & Proyek Semen Indonesia.
Wah, wah, wah, wah, rupanya saya sudah menulis banyak sekali tentang CSR, definisi, manfaat dan implementasinya setelah membaca berita seputar polemik pembangunan pabrik semen Indonesia terbaru di Rembang. Tentunya, besar harapan saya agar tak ada lagi polemik antara masyarakat dengan perusahaan yang akan membangun pabrik di sekitarnya. Bagaimanapun, pembangunan sebuah pabrik tentu membawa dampak positif yang besar bagi masyarakat sekitarnya. Salah satu yang paling menonjol adalah perbaikan ekonomi para buruh pekerja. Saya paham bahwa dampak negatif selalu ada, namun sepanjang bisa diseimbangkan bersama, tentu akan lebih baik. Toh kita tak bisa mencegah perubahan zaman dan perubahan iklim.
Mungkin jika masih ada ragu mengganjal terkait kelestarian lingkungan, kita bisa bersama-sama mengunjungi danau atau telaga Ngipik di Gresik yang merupakan lokasi wisata penduduk sekitar. Dahulunya, telaga Ngipik adalah lahan tambang liat milik PT Semen Gresik. Seluas hampir 20 hektar dieksploitasi, tambang bahan baku semen itu dikeruk dan menyisakan kubangan atau lubang yang sekaligus menjadi tadah hujan alami. Hijaunya pepohonan yang ditanami oleh PT Semen Gresik di sekitar danau menghapus kesan Gresik sebagai kota yang penuh polusi dan panas. Kota Gresik sendiri berkembang menjadi kota yang lebih modern.
Atau, mari kita sejenak menikmati hijau dan rindangnya area pabrik semen di Tuban. Area pabrik terasa sejuk karena pepohonan yang rindang. Polusi udara dari debu dan deru mesin? Tidak ada. Pepohonan menjadi green belt dan green barrier. Bahkan, jika mau menelaah lebih lanjut, reklamasi area bekas tambang pun bekerja sama dengan Perum Perhutani yang juga merupakan perusahaan BUMN.
Mengetahui dan melihat sendiri apa yang saya sampaikan di atas, tentu wajar jika saya mengatakan kekhawatiran warga terlalu dini. Marilah kita awasi bersama-sama pelaksanaannya. Tagih CSR-nya jika program tak terlaksana dengan baik. Tetapi sebelumnya, janganlah menilai sebuah bibit buruk bahkan sebelum bersemi. Janganlah mengatakan pabrik semen di Kendeng Rembang akan buruk, bahkan sebelum produksi berlangsung. Kita bisa mengawasi bersama-sama. Dan terutama, marilah kita duduk bersama, berdiskusi dengan baik sambil mencari pemecahan masalah yang dirasa mengganjal.
Referensi:
http://www.tribunnews.com/nasional/2016/08/07/semen-indonesia-angkat-bicara-soal-pembangunan-pabrik-di-kendeng?page=2
http://luthfiubhara.blogspot.co.id/2013/04/penerapan-csr-bidang-lingkungan-dalam.html
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/16/01/26/o1k7ve359-semen-indonesia-salurkan-rp-178-miliar-untuk-bantuan-pembangunan-rumah
https://ivyannoproject.com/2012/08/01/tannggung-jawab-sosial-perusahaan-terhadap-lingkungan/
http://www.semenindonesia.com/page/read/semen-indonesia-raih-penghargaan-annual-report-2847
http://www.semenindonesia.com/page/get/laporan-tahunan-78
http://www.susindra.com/2015/07/sehari-bersama-wegi-3-di-pabrik-semen.html
http://www.susindra.com/2015/07/reklamasi-pt-semen-indonesia.html
http://www.susindra.com/2015/07/reklamasi-pt-semen-indonesia.html
12 Komentar
program csr nya banyak dan kece smua ya mbk susi
BalasHapusIya Mbak.
HapusSponsored post?
BalasHapusPositif emotional relation. Saya sudah menyebut di awal. Monggo dibaca kembali.
Hapusdi daerah saya di Purwodadi juga rencananya akan dibuat pabrik semen, tapi rencana yang sudah lama itu sampai sekarang belum terrwujud
BalasHapusPurwodadi daerah berkapur ya.
HapusSebenanya, daerah berkapur itu akan lebih produktif jika ditambang. Karena cekungan hasil tambang malah bisa jadi tadah hujan dan menciptakan waduk baru.
Sebelum di Rembang, di Pati juga direncanakan pabrik semen. Di wilayah pegunungan Kendeng juga, tapi yang wilayah Pati. Tapi banyak penolakan. Waktu itu kalau tidak salah sudah ada studi kelayakan dan Amdal-nya juga. Tetapi memang pro-kontra masalah seperti ini selalu ada ya, Mbak. Semoga semua bisa bersikap arif, dan semua bisa diselesaikan demi kepentingan bersama.
BalasHapusIya Mbak Ummi. Pro-kontra selalu ada.
Hapusdari perusahaan2 besar seperti ini ya CSR sangat diperlukan. Mbak susi apa kaabr? maaf aku lama baru bisa mampir lagi
BalasHapusAlhamdulillah kabar baik Mbak Lidya. Monggo ngeteh atau ngopi
HapusIyes, Mbak. Kita baru percaya kalau udah melihat bukti kongkritnya. Keren ya CSRnya PT Semen Indonesia ini. Semoga diikuti oleh yang lainnya.
BalasHapusIya Mbak. Lebih mudah mengawasi bersama perkembangannya daripada meributkan masa depan yang sebenarnya bsa direncanakan bersama.
HapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)