Beberapa waktu lalu, Dian Sastro pernah di-bully dua kali pasca datang ke Jepara. Yang pertama karena salah kutip Kompas yang berujung dengan guyonan ala Dian Sastro dan urusan domestik. Yang kedua? Karena Dian Sastro menyebut Japara, bukan Jepara. Kontan saja, pengikutnya di instagram terbelah dua. Sebagian mengingatkan seakan typo, sebagian memahami mengapa Dian Sastro memilih kata Japara, bukannya Jepara. Coba tengok apa jawaban saya di situ. Hihihihi... Belum tentu benar begitu menurut Dian. Biarlah, daripada mentenarkan jawaban orang lain? Maksa. Saya sih netral... kalau diskusi bareng Rumah Kartini ya pakai Japara, kalau hari-hari biasa ya pakai Jepara.
Sebenarnya, yang benar Jepara atau Japara, sih? Beneran mau tahu?
Long long time ago...
Ah terlalu lama. Nanti dikira dongeng pula.
Ah terlalu lama. Nanti dikira dongeng pula.
Jadi begini, pada tahun 1950-an, nama kota Japara diganti dengan Jepara. Entah apa penyebabnya, saya belum mendapat jawabannya. Pelan-pelan saya pasti dapat jawabannya nanti. Yang jelas, literatur asli sebelum 1950-an lebih banyak tertulis Japara. Kalau mau bukti otentik yang masih terpakai sampai sekarang (selain di Rumah Kartini) adalah nama persatuan sepak bola resmi di Jepara, yaitu PERSIJAP. Oh ayolah... bukankah yang benar adalah Persijep atau persatuan sepak bola Jepara (Auw... ada banaspati yang melempariku dengan remasan kertas). Bukan banaspati yang serem-serem itu ya, Banaspati itu nama kumpulan penggemar Persijep eh Persijap.
Sebenarnya jika mau, kita bisa menarik jauh ke belakang, ke sejarah yang ditulis oleh C. Lekkerkerker. Dia adalah penulis buku LAND EN VOLK VAN JAVA. Buku setebal 172 halaman dengan ukuran 25x17 cm itu diterbitkan pertama kali tahun 1938. Isinya lengkap sekali dari kota-kota di Jawa sampai hewan dan tanamannya. Di buku ini. C. Lekkerkerker menjelaskan bahwa di zaman Majapahit, ada sebuah daerah yang disebut Ujungpara. Ujungpara berasal dari kata ujung dan para (dibaca poro) yang artinya membagi. Di buku tersebut mengisahkan ada orang dari Majapahit yang sampai di ujung utara pulau Jawa dan bertemu orang yang membagi-bagi ikan secara adil sehingga disebut Ujungpara.
Jika ditinjau dari etimologi kata bahasa Jawa, Para pada kata Ujungpara bisa diartikan dengan semenanjung. Kata lain yang dekat adalah pepara yang artinya bakulan mrono mrene. Jepara memang sejak abad 7 dikenal sebagai kota pelabuhan perdagangan. Yang mana pun, akhirnya memang nama Japara disematkan dan dipakai oleh bangsa Inggris, Belanda dan Portugis, selain kata Yapara atau Japare. Nah.. jadi bingung kan, jika diajak jalan-jalan terlalu jauh? Iya sih, Jepara itu termasuk salah satu kota tua di Jawa. Jika kisah Ratu Shima dan kerajaan Kalingga pada tahun 600-an masehi benar berada di Keling Jepara, maka Jepara termasuk salah satu kota tertua di Jawa. Beberapa bukti mengarah ke sana.
Nah.. cerita terakhir saya dengar ketika berbincang dengan salah satu guru seni dan kriya dari sebuah SMP yang terkenal dengan pelajaran ukirnya. Beliau menyebut nama Jafar atau Ja’far sebagai asal-usul nama kota Jepara. Dalam Islam, Jafar memiliki arti sungai yang besar dan luas. Karena saya pernah mendengar selentingan hubungan Jafar dengan Syeh Siti Jenar, saya pun menanyakannya. Rupanya beliau belum berani menjawab. Yah.. memang agak rawan dan bisa jadi mendekati mitos jika kurang menguasai dan kurang pandai menjelaskan. Ya sudahlah. Cukup sampai di paragraf sebelum ini. Saya pengen mengubek-ubek sejarah Jepara yang punya seribu auliya (banyak bangeeeeettt).
Ehmm... tapi sebenarnya, belum lengkap jika saya belum tanya pada teman-teman dari Rumah Kartini. Saya akan ke sana setelah mereka cukup istirahat. Kemarin adalah perayaan Sewindu Rumah Kartini tamunya luar biasa, seniman dan mahasiswa dari mana-mana. Mereka hebat sekali. Ehm... bonus kecil, selain sineas berbakat di Indonesia, mereka bahkan bisa mengundang para peneliti hebat dari luar negeri. Saya dan teman-teman numpang eksis dikit, ya.
Nah... sekarang... Jepara atau Japara, sih? Jawabannya saya serahkan pada teman-teman sendiri. Saya sih pakai keduanya tergantung situasi dan kondisi. Hidup itu tak perlu dibuat drama kontroversi. Mana yang enak, itu yang dipakai. Buat apa memaksa tampil seksi jika lemak terlihat sana-sini dan nafas sesak kesempitan? (Apa hubungannya????). Lebih enak tanya saja, “Mbak Dian kapan ke Jepara lagi? Hihihihi... Jangan kapok dengan tempat duduknya, ya.”
Ps: suporter Persijap ada 3: Banaspati (barisan suporter persijap sejati), Jetmania (Jepara Tifosi Mania) dan Laskar Kalinyamat
Nah... sekarang... Jepara atau Japara, sih? Jawabannya saya serahkan pada teman-teman sendiri. Saya sih pakai keduanya tergantung situasi dan kondisi. Hidup itu tak perlu dibuat drama kontroversi. Mana yang enak, itu yang dipakai. Buat apa memaksa tampil seksi jika lemak terlihat sana-sini dan nafas sesak kesempitan? (Apa hubungannya????). Lebih enak tanya saja, “Mbak Dian kapan ke Jepara lagi? Hihihihi... Jangan kapok dengan tempat duduknya, ya.”
Ps: suporter Persijap ada 3: Banaspati (barisan suporter persijap sejati), Jetmania (Jepara Tifosi Mania) dan Laskar Kalinyamat
47 Komentar
Jadi dian pakai japara pun ada sejarahnya ya mbak mungkin yg bully juga belum tahu kl jepara dulunya bernama japara.
BalasHapusBenar Mbak. Makanya saya bikin posting2 tuk kenalkan Jepara dan sisi lainnya
HapusYang dipakai tentu yang versi terkini, walaupun nanti mungkin akan kembali lagi kepada aslinya. Misalnya Makassar, pernah berganti menjadi Ujung Pandang. Aceh menjadi Nagroe Aceh Darussalam, dll.
BalasHapusTerima kasih penjelasannya.
Salam hangat dari Jombang
Benar Pakde. Yang dipakai versi terkini. Tentu ada alasan kuat dan kesepakatan bersama mengapa diganti Jepara.
HapusSaya memakai Japara jika menulis untuk teman2 yang memakai Japara
kalo ada anak alay bisa ganti jephara Mbak, malah gawat
BalasHapusBisa terjadi jika pemimpin kabupaten yang terpilih dari alay - meski sulit terjadi di kenyataannya
Hapusaku pake Jafara yo #Narsis
BalasHapusArabian itu
Kamu memang narsisons... :D
HapusSebenarnya nggak niat komentar, tapi baca komentar mbak Rani R Tyas, saya langsung tertawa :D
BalasHapusBtw, saya sama sekali nggak ngerasa ada yang salah dengan caption Dian S. Ternyata Kepada sama Japara beda ��
Hehehehe.... iya, tak ada yg salah, tergantung di mana memposisikan diri
HapusSaya juga kepengin ditanya Mbak Susi dong, kapan ke Jepara? *ditampol Mbak Susi
BalasHapusEva.... tulisan2ku tuk merayu teman2 main ke Jepara
Hapussatu lagi mbk, Jeporo...arep nangndi yu? nang jeporo...saya sih ngeh2 aja, jeporo ya jepara..aku belum pernah ke jepara mbak..penasaran sama kotanya^^
BalasHapusJeporo atau Njeporo itu dialek setempat Mbak. Ada juga yg menyebut Njepaten
HapusAduh yang bully bisa malu tuh. Main komentar aja nggak ditelusur dulu
BalasHapusBiasanya memang karena serius tidak tahu dan tidak baca
HapusTFS Mba :) jadi tau deh ternyata JApara toh
BalasHapusYang resmi Jepara Mbak. Japara itu nama lama.
HapusBebasss. Tapi kalau di skripsi atau karya tulis kita pastiin aja sama kayak Kbbi wkwkkw.
BalasHapusYappp..... ayo mahasiswa & pelajar.... pakai Jepara loh ya...
Hapuspenutupnya sip mbak. ga perlu drama kontroversi. sip sip.
BalasHapusYah... pengingat kecil bagi yg suka kontroversi
HapusJepara ok Japara juga oke ya. MAkasih ya infonya mba
BalasHapusAku baru tahu backroundnyaa :)
Sama-sama Mbak.
HapusSebenarnya saya pengen juga bikin artikel artikel kayak gini, ngenalin daerah sendiri ke dunia luas.. Tapi.. rada males karena jadi manusia "kurang dianggap" wkwkwkkw..
BalasHapusBikin dirimu dianggap saja Mbak. Pemkab butuh orang2 macam kita tapi tak bisa menjangkau
Hapuswisata alam di jepara yang asik mana ya kak?
BalasHapusBanyak sekali Mas. Saya sedang mengumpulkan di bloggerjepara.com
HapusLa klo womg jowo tulen malah ada awalannya kan mbak.. njeporo hahhaa... ini mah parah yw mbak. Aku ngikut yg terbaru aja deh Jepara :)
BalasHapusYang sesuai EYD ya Mbak. Hehehe
Hapusnjeporo mak #ehh ketauan dehh pakai tambahan n di depan hahaha
BalasHapusHahaha... itu dialek Mbak.
HapusTernyata baik Jepara atau Japara, sama aja ya, Mba. Boleh dipake kedua-duanya. Tapi karena udah terbiasa bilang Jepara, kata Japara jadi sedikit asing, ya... :)
BalasHapusJepara saja, yg Japara kan kalau di situasi tertentu
HapusWah aku jadi tahu sejarah nama Jepara nih mba, thanks yaa
BalasHapusSama-sama Mbak Rahmi
Hapusberarti jangan langsung menyalahkan orang lain dulu ya mbak. Aku juga baru tahu kalau dulunya Japara
BalasHapusHehehehe.. iya Mbak, jangan asal menyalahkan.
HapusPenasaranku terjawab sudah...jd kalau mau bully telisik dl ya gmn sejarahnya..aq sih familiarnya jepara.xixixixi
BalasHapusIya, jangan asal nulis ya
Hapusoh dulu memang japara ya...
BalasHapusIya Mbak
HapusAsik nih belajar sejarah sama mba Susi,
BalasHapusNjepanten, Njeporo, Jepara, itu aja sih yang sering dipake. mungkin ke depan kalo udah cukup familiar jadi nambah 1 lagi, Japara.
Hehehe.... main2 dengan sejarah kota, Ulya, agar lebih banyak yg kenal Jepara
HapusAku ngiranya malah disast waktu itu murni typo mbak :D
BalasHapusHehehehe... Disast tidak typo, kalau susi masih bisa typo. hahahah
HapusOooo....begitu toh sejarahnya. Saya juga suka loh mba, membaca atau mendengar cerita tentang asal-usul nama suatu daerah. Menarik banget soalnya :)
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)