Sabtu 19 Maret 2016 lalu adalah salah satu hari istimewa saya. Bertepatan dengan harlah PT Semen Padang ke 106, saya dan 59 blogger dari Sumatra & Jawa yang terpilih, diajak jalan-jalan ke beberapa lokasi. Setelah sehari sebelumnya kami diajak ke Bukit Tinggi, hari ini kami jalan-jalan di sekitar Padang saja. Rumah Kain Ayesha dan Batik Tanah Liek Inaaya menjadi lokasi kedua setelah Stadiun H. Agus Salim. Di sini kami dipersilakan belajar tentang motif dan cara pembuatan batik tanah liek atau batik tanah liat. Batik Minang tanah liek ini merupakan salah satu mitra binaan PT Semen Padang dan pegawai perusahaan semen tertua di Indonesia ini memesan ribuan helai kain batik untuk para pegawainya.
Bu Andam dari Ayesha menyambut para Sobat WEGI yang bertamu |
Pukul 10 pagi, Bis Semen Padang Fans Club yang mengantar semua peserta sampai di jalan Andam Dewi. Kami gegas turun karena tak sabar melihat proses pembuatan batik tanah liek di Marapalam Padang. Mungkin teman-teman belum tahu tentang Batik Liek meski saya sudah sedikit menyinggungnya di posting sebelumnya. Di sini kami disambut oleh Bu Putri Andam Sari Anwar yang menjadi manager produksi Galeri Ayesha Collection. Kami diajak melihat-lihat batik yang ada di showroom dan dilanjutkan ke rumah produksi yang letaknya tak jauh dari showroom.
Definisi Batik Tanah Liek
Batik tanah liek adalah jenis kain batik dari Minangkabau yang pewarnaannya menggunakan tanah liat dan bahan pewarna alami lainnya. Batik ini sangat unik, bukan hanya karena bahan pewarnanya saja, tetapi juga karena motif yang dikembangkan sangat kedaerahan. Corak budaya Minang tergambar jelas di motifnya.
Batik tanah Liek jika dirunut sejarahnya akan sampai pada masa kerajaan Adityawarman, pendiri kerajaan Pagaruyung. Pada masa itu, hanya Datuak (Kepala adat), Bundo Kanduang(pemimpin perempuan Minang) dan Raja-raja kecil (di Sungai Pagu, Solok, Jambu Lipo, Pulau Punjung, Sawah Lunto, dan Sijunjung) saja yang boleh memakai. Bentuknya berupa selendang atau peci (Saluak). Tradisi pembuatan batik liek sempat sempat hilang pada tahun 1900-an sampai akhirnya pada tahun 1994 diperkenalkan kembali. Pada bulan Oktober 2009, batik tanah liat ini mendapatkan penghargaan sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).
Motif Batik Liek
Motif batik liek mudah dikenali karena berbeda dengan batik di Jawa. Motif batik tanah liat sangat khas Minangkabau. Motifnya adalah alam Minang, upacara adat Minang, siriah dalam carano, kaluak paku, tabuik, jam gadang, rumah Padang, kuciang tidua, batuang kayu, tari piring, kipas, malin kundang, pucuak rabuang, itiak pulang patang, kerbau pedati, bunga panco matoari, aka basua, dan lain-lain. Hmm... pecinta batik harus ke sini...
batik liek dengan motif adat minang |
Usai mendapat penjelasan singkat mengenai sejarah, pemasaran dan motif Batik Minang tanah liek, kami diajak ke workshopnya yang berada tak jauh dari lokasi. Kami berjalan sekitar 200 meter melalui rumah penduduk yang teduh.
Sobat Wegi berjalan menuju workshop Ayesha |
Workshop Ayesha
Teknik membuat batik tanah liat/liek
Tahap pertama pembuatan batik tanah liat adalah kain direndam dalam larutan tanah liat. Kain yang biasa dipakai adalah kain sutra, katun, dan tenun (dobi). Ukuran kain adalah 1,5 meter untuk selendang dan atau 2,4 meter untuk sarung/baju. Kain yang telah dipotong sesuai ukuran siap direndam dalam larutan tanah liat dan air. Lama perendaman dan kepekatan larutan tanah liat disesuaikan dengan warna yang ingin dihasilkan. Kain yang selesai direndam harus dijemur di tempat teduh.
Kain yang telah kering sudah bisa diproses sesuai motif dan jenis batik yang diinginkan. Batik cetak akan langsung melalui tahap pencetakan malam, sementara batik tulis melalui lebih banyak tahapan. Istilah yang dipakai adalah ditembok. Saya sempat mencoba teknik batik cetak. ternyata cetakanya cukup berat. Cetakan diletakkan di cairan malam yang panas sebelum dipindahkan ke kain. Pencetakan harus presisi agar terlihat menyatu. Teknik cetak ternyata tidak semudah kelihatannya.
motif cetakan untuk batik cetak tanah liek |
Motif kain batik cetak dibentang diluar sebelum dicolet |
Pembuatan motif batik tulis yang pertama menggunakan pensil yang dapat memudar. Setelah itu kain dicanting seperti lazimnya membuat batik. Proses canting (menembok) adalah peletakan cairan malam sesuai motif yang diinginkan. Sayang saat itu tidak ada yang sedang membuat batik tulis. Meski begitu, peserta yang ingin mencoba telah disediakan alat-alatnya. Saya asyik menemani Uni Uwat mencoletkan warna pada batik yang telah selesai ditembok.
Mencolet bidang yang tidak ditembok dengan lilin/malam |
Usai ditembok, bidang yang kosong dicolet atau diisi warna yang diinginkan. Pewarna yang digunakan adalah pewarna alami. Kulit jengkol menghasilkan warna hitam. Getah gambir untuk warna orange. Kunyit digunakan untuk mendapatkan warna kuning. Rambutan untuk warna merah tua. Ungu dihasilkan dari kulit manggis. Setelah semua paduan warna didapatkan, kain direndam dalam larutan kimia pengikat.
Melorot malam/lilin pada pembuatan batik tanah liek |
Proses selanjutnya adalah proses melorot atau menghilangkan malam beku yang didapatkan dari aktivitas menembok di awal. Caranya dengan merebus kain ke dalam panci besar. Pada proses ini, warna dasar kain batik juga di berikan. Kain yang telah selesai dilorot bisa dijemur di tempat yang teduh. Maka proses pembuatan batik tanah liek pun selesai dan tinggal dijual.
Batik yang telah selesai dilorot & siap siap dijemur |
Nah... seperti itulah proses pembuatan batik tanah liek di Padang. Alhamdulillah menambah khasanah pustaka batik saya yang masih terbatas. Saya senang sekali mengikuti perkembangan batik, namun masih sebatas "kebetulan pernah melihat langsung", bukan hunting secara sengaja seperti pecinta batik. Pun begitu, jika Sobat Wegi tertarik mencari referensi membuat batik selain tanah liek, saya punya 2 posting khusus permbuatan batik di Jogja dan di Tuban : Belajar membatik di desa Tembi (Jogjakarta) atau Batik tulis & gedog dari Tuban (Tuban). Selamat membaca dan mengenal budaya batik Indonesia.
26 Komentar
wow unik ya mak. jadi tanah liatnya berpengeruh pada proses pewarnaan juga ya? pasti tanah liatnya ikutan larut saat proses pelorotan lilin malam ya. sip.. tambang pengetahuan
BalasHapusKalau melihat kebiasaan tanah liat yg sulit hilang, tidak ikut larut Mbak. Justru di situ uniknya
Hapusbatiknya cantik, pasti seru ikutan proses membatiknya dari awal hingga akhirnya
BalasHapusTidak sepanjang itu waktunya, tetapi kami bebas memilih belajar di mana. saya kutu loncat, bisa ke sana ke sini. hihihi
HapusMba batik tanah liek itu di Padang. Bukan di Bukittinggi seperti yg tertulis pada bait terakhir. Tulisannya keren mbak
BalasHapusOh ya Mbak, kadang masih roaming nih... hihihi
HapusEhm...bisa jadi bahan warna juga ya ternyata tanah liat
BalasHapusWarna dasar mbak
HapusUnik ya mbak. Setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing.
BalasHapusSaya baru tau, ada batik yang dicelup ke dalam tanah liat. :)
Benar Mbak, setiap daerah punya batiknya sendiri
Hapuswuihhh indonesia memang keren, unik banget ini batik, belum ada di pulau jawa ya mbak
BalasHapusKelihatannya belum ada Mbak, Makanya ada penghargaan dari Unesco itu (meski kategorinya beda ya)
HapusWaw baru tahu saya tanah liat bisa dijadikan bahan pewarna.
BalasHapusSaya juga baru tahu setelah ke sana
Hapusbatiknya bener-bener sangat unik sekali, keren
BalasHapusIya Mas Iman. Unik dan motifnya sangat kedaerahan
Hapussya suka bngt mbak dengan batik, hampir-hampir setiap hari suka pakai batik.
BalasHapusbatik yang diartikel mbak ini unik yaa,
Salut banget... saya suka batik masih sebatas suka, tetapi jika ada ilmu membuat batik, saya termasuk yang paling semangat. Mungkin krn dasarnya saya kurang modis & jarang memperhatikan penampilan
HapusMotifnya unik banget ya Mak, batik tanah Liek ini. Aku baru pertama liat deh kayanya.. Keren ya batik-batik Indonesia. Makasi infonya ya Maaaak
BalasHapusSama-sama Mbak Adriana
HapusBatik e koyo cerito bergambar....
BalasHapusbatiknya cantik banget ya mbak hampir mirip batik papua...adikku juga jualan batik papua
BalasHapusWuaa bagus ya ternyata batik tanah li(y)ek ini. Selama ini belum pernah lihat langsung. Cuma pernah dengar. Lihat gambar mba susi mah keliatan bagusnya. Kapan2 pulkam semoga bisa ke sana ah..
BalasHapusWah, keren! bahannya alami semua.
BalasHapusmemang unik sekali ya budaya Indonesia :)
kreatif banget nih, mau deh bisa ngebatik gitu, asik banget buat nuangin passion gambar :)
BalasHapusJika ingin mengetahui lebih lengkap tentang sejarah batik tanah liek ini, silahkan berkunjung ke Jl. Sawahan Dalam, No.33 Padang, kediaman bu Hj. Wirda Hanim, pelestari batik tanah liek sejak 1995. :)
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)