FOMO? Apaan sih? Sampai sore tadi saya tidak tahu istilah ini. Swear. Tetiba BOOM... meledak dan mengenai banyak orang, lalu secara menyebar viral. Saya jadi ikut penasaran dan mencari tahu arti Fomo dan apa maksudnya. Saya membaca artikel Mas Arul yang fenomenal berjudul Fomo Penyakit Blogger yang Berbahaya. Penasaran? Ayuk lanjut baca ini lebih lanjut sebelum meluncur ke sana.
FOMO: Penyakit Blogger yang Berbahaya. Secara judul, sangat sensasional dan membuat penasaran. Saya termasuk salah satu blogger yang penasaran. Saya blogger, saya ingin tahu kesehatan mental blogger saya. Nah, memasuki ¼ pertama artikel, saya merasakan emosi negatif yang diutarakan di awal. Mungkin maksudnya menegaskan, tetapi kurang tepat cara penyampaiannya. Ok, saya skip saja bagian itu ah, daripada posting saya terasa seperti tanggapan emosional juga.
Definisi Fomo
Fomo merupakan singkatan fear of missing out artinya harfiahnya adalah takut ketinggalan (berita terbaru di media sosial). Penyakit Fomo rawan menyerang pemakai jejaring sosial. Jika kamu termasuk orang yang risau jika belum membuka media sosial setiap sekian puluh menit sekali, kamu bisa dimasukkan ke penderita Fomo level sekian. Apalagi jika dilakukan survei kecil untuk mengetahui kadar ke-fomo-an seseorang dan jawabanmu banyak yang YA, kelihatan sekali level Fomo yang kau derita.
- Bangun tidur mengecek notifikasi
- Membuka media sosial setiap 30 menit
- Di mana pun selalu online
- Resah jika bepergian ternyata tak ada sinyal untuk mendapat notifikasi terbaru dan menindaklanjutinya.
- tetap mengecek jejaring sosial meski di dalam kelas atau di waktu kerja
- tetap mengecek jejaring sosial ketika bertamu
- Asyik dengan gadget sendiri di saat berkumpul dengan orang lain
- Makan bahkan di atas kendaraan tetap mengecek berita terkini atau berbagi sesuatu di media sosial.
- Sedih, galau atau merasa kehilangan jika ada yang men-unfriend atau meng-unfollow.
- Selalu membagi pencapaian agar
dikagumimenginspirasi - Merasa wajib membagi peristiwa yang terjadi saat ini.
- Sehari ratusan bahkan ribuan like dan komentar agar update kita mendapat puluhan bahkan ratusan like.
- Senang membagi foto untuk memberitahu sedang di mana, dengan siapa, melakukan apa, memakai apa, mendapat apa.
- Pamer
riyapencapaian agar dikagumi - gadget diletakkan di sebelah tempat tidur
- Lanjutkan sendiri, ini survey versi (pengamatan) saya dan jelas kurang ilmiah sebenarnya.
Blaik... ternyata 7 dari 15 jawaban saya adalah YA! Gaswat ini. Saya sudah terkena sindrom Fomo. Bukti paling mudah dilihat sih 2 akun fanpage saya nilai tanggapannya 100% dengan delay jawaban inbox di bawah 15 menit. See... lihat... saya sangat up to date. Jadi, ya sih, saya ngaku mengidap penyakit ini. Belum sampai blingsatan karena perlengkapan online tidak di tangan selama berjam-jam, sih. Jadi belum akut. Bukan ngeles, ya. Yang sudah sampai ke level menderita sekali gara-gara merasa ketinggalan informasi di jejaring sosial itu yang harus mewaspadai bahayanya Fomo.
Definisi FOMO secara psikologi
Rupanya riset tentang Fomo telah berkembang ke ranah psikologi yang lebih kompleks. Definisi Fomo berubah makna menjadi lebih khusus. Masih ada korelasinya dengan pengertian sebelumnya, jadi tidak berubah secara total. Kata fomo sudah masuk sebagai kata benda jamak (tidak baku) di kamus Oxford dan diartikan secara negatif, yaitu Anxiety that an exciting or interesting event may currently be happening elsewhere, often aroused by posts seen on a social media website. Yap, artinya jadi beda. Mungkin inilah kajian yang dipakai oleh Mas Arul.
Dalam kajian psikologi, definisi Fomo menjadi level terendah kebutuhan psikologis akan kepuasan dan sekaligus pengakuan akan kepuasaan itu. Lebih jauh dikatakan sebagai kondisi psikologis di mana seseorang membutuhkan pengakuan dari orang-orang yang sebenarnya tidak terelasi atau terkoneksi dengannya. Namun jika landasan teori ini dipakai sebagai prasangka akan niat berbagi teman-teman blogger, jatuhnya jadi tidak ilmiah, sih. Harus ada survey secara resmi yang dilakukan gabungan ahli psikologi. Makanya saya menangkap emosi negatif dibalik penulisannya. Silakan menyimpulkan sendiri karena jika saya sebutkan maka sama saja dengan saya berprasangka. Malah lebih jauh saya bisa dikatakan memfitnah.
Merasa tersinggung? Sebenarnya tergantung cara pandang kita, sih ya. Itu hasil peneltian ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan, tapi dengan narasumber yang lain. Dan ternyata Fomo berkali-kali nge-trend dan jadi topik hangat di kalangan blogger. Saya coba search di Google, ini hasilnya.
Definisi Fomo berkembang berdasarkan dampak dari level kecanduan akibat perasaan kehilangan (momen) jika tidak segera dibagi di media sosial juga berkembang dan menjadi sedemikian menakutkan. Mereka yang mengidap Fomo akut memang biasanya didasari pada perasaan ingin diapresiasi (dicintai) di dunia maya karena kurang diakui di dunia nyata. Jadi ya apapun bisa dilakukan, meski kadang kurang masuk akal dan di beberapa kejadian malah menjadi merugikan orang lain. Misalnya, nunut foto dengan latar mobil di parkiran, nunut foto di hotel berbintang, nunut foto di latar yang mirip lokasi wisata di luar negeri kemudian ternyata menyebabkan kerusakan. Ups... ok, yang terakhir ini saya agak menyinggung mereka yang selfie tidak pada tempatnya dan ternyata merugikan orang lain. Motif selfie jenis ini sesuai dengan level Fomo yang diderita.
Nah, jika begitu banyak kisah keberhasilan dan pencapaian (hidup) di-share secara massif, maka akan muncul penyakit cemburu. Wajar saja sih. Cemburu dan Fomo itu sifat normal manusia. Akan jadi berbahaya jika keduanya mendominasi pikiran hingga kamu melakukan perbuatan yang tidak dibenarkan seperti berbohong agar dikagumi - misalnya. Padahal Fomo dan cemburu juga ada positifnya.
Fomo Bisa Jadi Penyakit Blogger yang Menguntungkan
Bagaimana cara membuat Fomo menjadi menguntungkan bagi Blogger?
Dari penjelasan saya yang cukup panjang dan lebar, saya harap teman-teman Blogger memahami arti fomo dan dapat menyiasatinya dengan bijak. Blogger juga menderita Fomo, loh, meski levelnya berbeda-beda.
Menurut saya, penyakit fomo ada baiknya juga, jika bisa dikelola dengan baik. Dari ke-fomo-an itu banyak blogger yang mendapatkan #berkahngeblog. Ting tung! Ada teman rame-rame mengomentari posting seseorang di facebook, ternyata mencari pembuat job review. Ikut komentar... tara.... saldo tabungan bertambah. Ting tung! Sekian teman menggunakan hashtag tertentu yang ternyata kontes berhadiah. Tara... dapat hadiah dari ikut serta. Not to bad, right? Apalagi dari penyakit ini saya sering membuka berita terbaru, saya bisa menjadi blogger yang menghasilkan uang dari job review maupun hadiah giveaway, saya banyak belajar di grup-grup pelatihan online, saya bisa berjualan secara daring, dan lain-lain.
Saya sering termotivasi ketika melihat hadiah yang diterima sahabat blogger sehingga saya terpacu untuk mempelajari artikel yang mengantarkannya mendapat hadiah yang saya impikan itu. Masih banyak lagi ikhtiar saya untuk sampai pada pencapaian yang saat ini berasal dari penyakit fomo dan cemburu yang saya kelola secara positif. Mengenai reaksi fomo terhadap seseorang, dapat saya katakan bahwa itu sangat berkaitan pada seberapa level kedewasaan kita ketika bereaksi pada sesuatu. Kaitannya erat sekali dengan kadar kewarasan kita juga.
Ayo ah... pede saja mengatakan, "Saya senang memiliki penyakit fomo karena saya diuntungkan darinya." Oh ya... jadi bikin grup Blogger Fomo? Bolehlah catut saya yang butuh pengakuan ini ke dalam grup itu.
Kebenaran bisa berakhir salah paham jika cara penyampaian kurang tepat
Semoga kita semua dihindarkan dari salah paham. Saya meminta maaf jika ada salah kata yang menyakiti. Sungguh saya tidak memiliki maksud demikian ketika menulis artikel tanggapan atas artikel Mas Arul.
Sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/Fear_of_missing_out
http://www.oxforddictionaries.com/definition/american_english/fomo
http://www.teen.co.id/teen-magazine/growing-up/3106-social-media-freak--fear-of-missing-out.html
http://www.dosengalau.com/fomo-penyakit-blogger-yang-berbahaya/
https://heartifb.com/2013/08/05/blogger-fomo-turning-your-fear-into-fire/
40 Komentar
Saya malah ga aktif di sosmed, Mba. Punya pun cm fb, twitter, dan blog.
BalasHapusGa papa klo ada yg kebagian rezeki toh tiap org pasti pengen jg spt itu. Jd bijak aja deh ber-sosmed :)
Aku kyknya gak smp segitunya. Mungki karena tipe orang yg kudet kali yah LOL
BalasHapusbaru tw aku ttg pnyakit fomo ini mbk. oke, aku emang kudet haha. makasi infonya mbak. intinya fomo itu ada pstif-ngatfnya :D
BalasHapusAlhamdhulilah belum tarqf akut.juatru sebagai blogger kelemahanku itu di sosmed mbak..jarang bgt nyetatus yg ada bingung klo bikin status.ga pernah ngikutin trend nyoba apliaksi ini itu..mbuh ga tertarik aja.
BalasHapusPaling skr cuma suka posting di IG itupun sminggu paling 1-2 x aja
Saya gak sampe segitunya mb... mau pasang status aja bingung apa yg mau ditulis. Hahahahaha...
BalasHapusSaya kayaknya begitu, klo kuota habis kadang sedikit resah, lebih resah dari pada ga makan siang. Sama resahnya kalau air minum galon di kosan tinggal tetes terakhir. 😶
BalasHapusbaru tahu penyakit fomo ini mbak susi..
BalasHapusno 4 berasa bgt pas mudik di kota kabupaten dimana inet gak berfungsi he he he
Ooh Fomo..itu seperti ituuh...Aku dah kena belum ya...#inget-inget dulu...point 1 - 4 kayanya sih iya..tapi point selanjutnya ga terlalu sih
BalasHapuskayaknya saya juga fomo deh :D
BalasHapusSaya mah apa atuhhhhhhhh... maybe blogger remahan rengginang
BalasHapusSedikit bnyak trjawab ttg FOMO. mkasih bnyak utk sharingnya ya bunda.
BalasHapusSmuanya juga trgantung cara pandang orgnya juga lahh hhhee. Tpi sbgai blogger amatiran. Saya pun juga bnyak bljar dri kesuksesan para tetua blogger. Supaya lbih trmotivasi dlm nge.blog.
Hhhhheee
Baiklah, aku fomo hahaha
BalasHapusKecenderungan untuk FOMO kayaknya siy ada di aku, cuma belum parah alias akut.. huahahaha. Tapi bener juga ya, ga selamanya yang negatif itu akan selalu negatif, bisa juga berubah jadi hal positif, tergantung cara memandangnya :).
BalasHapusKecenderungan untuk FOMO kayaknya siy ada di aku, cuma belum parah alias akut.. huahahaha. Tapi bener juga ya, ga selamanya yang negatif itu akan selalu negatif, bisa juga berubah jadi hal positif, tergantung cara memandangnya :).
BalasHapusSebagian dari daftar ke FOMO an itu aku lakukan juga...hehe, kembali lagi pada cara pandang dan cara menyikapinya...
BalasHapusmenurutku siih, biasa aja kalo kita mengekspresikan kegembiraan kita ketika mendapatkan sesuatu..apalagi karena prestasi. Bukankah itu malah akan menginspirasi?
sungguh...saya juga terkena penyakit fomo :D
BalasHapusItu aku banget sih -_-
BalasHapusaku tidak merasa terkena FoMo tapi hasil testnya kok level FoMo nya HIGH. Apa yang salah dari aplikasinya -___-
BalasHapusKayaknya kenak Fomo juga tapi masih level paling rendah *karena sering kalah kalau ngontes* :v
BalasHapusdari 16 opertanyaan, syukurlah jawaban "Ya" gak nyampeh separuhnya :D
grup blogger fomo. hihihi...
BalasHapusKyakx Aq dah mulai terjangkit so FOMO mbak...
BalasHapusBaru tahu ada sebuta Fomo. Meski suka online kok aku kudet, ya hehheh. Masalah Fomo ini tergantung bagaimana menyikapinya saja sih. ^^ Kan setiap sesuatu selalu ada positif dan negatifnya.
BalasHapusgara2 artikel ini malah jadi ngitung berapa poin yg saya dapat, ternyata hanya 5 dari 15, tapiii...mnurut saya pribadi gak ada masalah dng blogger yg rajin posting ini itu, memang itu kok pekerjaannya, kalau dia malas posting ya maleslah brand pakai dia :)
BalasHapusmakasih artikelnya ya mba...
Kayaknya saya belum kena penyakit ini karena ada Alfi yang tidak ngijinin emaknya pegang gadget kalau lagi main sama dia. :)
BalasHapusXixixi, mulai booming nih fomo tiap awal tahun. :D
BalasHapusSaya sih sebenarnya tetap kembali kepada masing-masing. Kalau kang Arul menilai dari sisi negatifnya, tapi sampean dari sisi positifnya. Jadi tergantung masing-masing. :D
BalasHapusSalam hangat dari Bondowoso..
Aku juga kena fomo nih hihihi tapi semoga bisa mengambil manfaat positifnya aja :)
BalasHapusTadi aku fikir HOMO Bun xixixixi *penyakit Homo Blogger* eh ga beres rupanya ini mata >.<
BalasHapusFear Of Missing Out ...
BalasHapusmenurut pengertian awam saya ... adalah takut ketinggalan berita/trend dsb
Dan rasa takut tersebut (kadang) terejawantahkan (secara tidak sadar) menjadi suatu perilaku yang berlebihan ... yang akhirnya menjadi perilaku yang tidak wajar ...
Ini pengertian saya yang tidak punya back ground di bidang itu.
Tapi apapun itu ... seyogyanya semua hal kita lakukan sesuai pada porsinya ... dan sewajarnya ...
(Saya cuma mikir ... nanti kalo saya nulis #BerkahBekerja ...#BerkahNgantor ... #BerkahBisnis wah saya perlu waktu untuk menginventarisir nya nih ... hahaha)
Apa itu nggak dianggap pamer Om ?
Enggak ... aku kan ingin memberikan semangat dan motivasi teman lain untuk bekerja atau berbisnis (Seperti #BerkahNgeblog itu ...)(qiqiqi)
Salam saya
alhamdulillah termasuk fomo dikit....
BalasHapusaku juga kena FoMo nih.. ehehe
BalasHapusSemacam takut kudet ya, Mbak. :D
BalasHapusParah memang, sih. Tapi, kalau memang sumber rejekinya memang dari sosmed ya mau gmn lagi yo, Mbak. :)
Waktu awal-awal asiknya ngeblog juga saya suka pamer goodie bag segala macam, mbak. Tapi seiring waktu saya jadi lebih selektif, tapi di sisi lain update foto juga biasanya jadi keharusan buat blogger yang diundang. Jadi kembaliin aja ke pribadi masing-masing sih menurut saya. Santai saja kalau ada teman yang pamer foto menang lomba atau doorprize. Soalnya saya juga pernah gitu hehehe. Kalau updat status, saya suka mikir mau ngomong apa, paling males soalnya kalau udah ada yang ngemodusin *lah curhat*
BalasHapusHhhmmm... Baru ngerti deh apa itu Fomo.
BalasHapusAku termasuk fomo jg kayaknya mbak susi.. hihihi.. mudah2an levelnya ndak mengkhawatirkan.. :D
BalasHapusKlo blogger kayaknya fomonya karena butuh..butuh dilirik brand
BalasHapusYaa ampunn.. Ternyata aku FOMO! Pantesan aku gak bisa lepas dari gadget.. bahkan gak bisa tidur kalo gak pegang hape ..
BalasHapusbeda beda sih cara nanggepinnya mbak, klo saya mah biasa aja kok hehe
BalasHapusWaduh, jangan-jangan saya juga sudah kena FOMO (baru tahu istilah ini).
BalasHapusHihihi... jadi ngitung skala ke FOMO an saya deh. Ternyata kurang dari 5. Mungkin itu juga yg bikin saya gak rajin ngeblog... dan gak cemburuan sama blogger lain.
BalasHapusKumat-kumatan FOMO nyaal
Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)