Tahun 2012 lalu, film The Woman in Black menuai sukses besar dalam sejarah Hammer Films dan sejarah film Horor di negara Britania. Dengan menggandeng Daniel Radcliffe yang saat itu masih ramai dipuji pasca membintangi film terakhir Harry Potter 7 Part 2 (2011), film The Woman in Black meraup pendapatan kotor tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Maka tak heran jika selama masa periode tayang di bioskop, Hammer Films mengabarkan pada publik, tentang sequel dari film ini beserta sinopsis resmi dari film ini. Ada janji bahwa Daniel radcliffe akan tampil sebagai cameo untuk mempertegas hubungan cerita.
Awal tahun ini, Harper Films kembali mempersembahkan The Woman In Black 2: Angel of Death. Film ini baru awalnya akan dirilis tanggal 30 Januari, namun dipercepat menjadi tanggal 2 Januari. Premiere-nya di Dubai tanggal 30 Desember – 1 Januari. Di kawasan Asia film ini baru rilis pertengahan Februari ini.
Film horor britania berdurasi 98 menit ini mengisahkan tentang seorang guru bernama Eve Parkin yang mengevakuasi anak-anak sekolah ke pinggiran kota Crythin Gifford. Evakuasi dipimpin oleh Jean Hogg, kepala sekolah mereka. Mereka menjadi tim pertama yang datang ke Eel Marsh House. Sebuah puri tua yang disita pemerintah dan digunakan sebagai tempat evakuasi anak-anak selama perang dunia II. Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan Harry Burnstow – pilot yang ditugaskan menjaga lapangan terbang di kota yang sama.
Eva diperankan oleh si cantik Phoebe Fox |
Eel Marsh House belum layak di sebut rumah tinggal untuk anak-anak. Rumah hanya dibersihkan seadanya dan belum ada listrik. Dr Rhodes yang mengantar mereka ke rumah ini berjanji akan mendatangkan pegawai yang akan memperbaiki rumah. Seminggu lagi rombingan anak-anak sekolah lain yang akan tiba. Dr Rhodes tidak menginap di sana malam ini. Tak dijelaskan bagaimana ia berhasil pulang - mengingat seluruh rumah tergenang air danau setiap jam 5 sore - pagi.
Hanya sedikit bagian dari rumah yang dapat ditinggali. Rumah ini juga masih terisolasi karena setiap jam 5 sore jalan menuju Eel Marsh House akan menjadi danau berlumpur yang tak dapat dilalui. Pada pagi hari, danau tersebut akan surut dan kembali menjadi jalan satu-satunya untuk keluar masuk menuju Eel Marsh House. Setiap malam, kamar seakan hidup karena banyak bunyi-bunyian yang terdengar dari bawah rumah.
Harry dan Eva, bertemu dan jatuh cinta |
Beberapa kali Harry mengunjungi mereka karena jatuh cinta pada Eva.
Selama tinggal di Eel Marsh House, satu persatu anak-anak meninggal. Mereka melakukan bunuh diri dengan wajah hampa setelah melihat sesuatu. Ada yang menenggelamkan diri di danau. Ada yang mencekik leher sendiri. Semua diawali dari pertemuan Edward (anak terkecil yang enggan berbicara setelah ayah ibunya meninggal ketika rumahnya terkena bom) dengan sesosok wanita bergaun hitam di kegelapan. Eve, guru sekaligus pengasuh anak-anak mengalami mimpi buruk berkaitan dengan masa lalunya. Ia memiliki masa lalu kelam karena melahirkan terlalu muda. Pasca melahirkan, bayi Eve diambil paksa darinya. Setelah mencari tanpa hasil, Eve mengikhlaskan bayinya. Namun penunggu Eel Marsh House tidak sepakat dengannya. Ia menghantui Eve dengan masa lalunya itu dan menyalahkannya. “Seharusnya kamu bisa menyelamatkannya” adalah pesan-ancaman Jennet Humfrye (hantu wanita dalam gelap yang menjadi penunggu Eel Marsh House).
Eve berhasil mencari tahu latar belakang Eel Marsh House dan kaitannya dengan Jennet . Setiap kali penampakan hantu wanita itu, maka akan terjadi 1 kematian anak.
Edward dan boneka dari Eel Marsh House yang ditemukannya |
Dikisahkan bertahun yang lalu, Eel Marsh House adalah rumah tinggal keluarga kaya di Crythin Gifford. Jennet adalah nyonya rumah yang dianggap gila sehingga tak layak mengasuh bayi yang baru saja dilahirkannya. Bayi Nathaniel diasuh oleh Alice, saudaranya. Jennet sangat terobsesi pada anaknya namun ia dikunci di kamar bawah. Seminggu sebelum ultah Nathaniel, Jennet menulis sebuah surat berisi fakta bahwa ia ibu kandung Nathaniel. Belum sampai surat ini dibaca, 2 hari menjelang ultah Nathaniel, Jennet melihatnya tenggelam di danau depan rumah mereka. Dalam kemurkaan, Jennet megutuk seluruh warga kampung atas kematian anaknya itu. Ia menggantung diri setelah mengutuk seluruh warga sekitar Eel Marsh House. Sejak itu ia menjadi hantu penunggu Eel Marsh House dan penampakannya berarti kematian seorang anak.
Jennet atau The Woman In Black 2 |
Eva dan Harry berhasil mengajak kepala sekolah Jean dan anak-anak keluar dari rumah tersebut. Mereka bersembunyi di lapangan terbang Harry. Ketika lampu tiba mati, semua berkumpul membentuk lingkaran. Mereka harus berdo’a dan menutup mata agar tak ada yang melihat hantu Jennet. Jean masih tidak percaya pada cerita Eva tentang hantu wanita dalam gelap yang meneror mereka. Ia mengintip ke samping dan sangat kaget ketika melihat penampakan hantu bergaun hitam yang berteriak di dekatnya. Ia berlari menabrak Eve hingga pingsan. Lingkaran do’a mereka bubar. Edward – anak terkecil – hilang dari sana. Harry mencarinya dan melihat Edward berlari menuju ledakan pesawat. Yang ia temukan hanya sepatu Edward yang terbakar. Eve yang mengalami hal serupa - anaknya direnggut paksa setelah dilahirkan, yakin bahwa Edward tidak akan mati seperti itu. Ia menyuruh semua orang segera meninggalkan kota Crythin Gifford sementara ia kembali ke rumah Eel Marsh House. Keyakinannya benar, Edward belum mati dan ia berhasil menyelamatkannya dengan bantuan Harry. Sayang sekali, di saat yang sama Harry tenggelam ke dasar danau karena ditarik beberapa sosok hantu. Di akhir cerita, Edward diadopsi oleh Eve dan mereka bahagia tinggal bersama.
*******
Itulah sinopsis lengkap film The Woman in Black 2 : Angel Of Death. Sekarang ganti ke reviewnya.
Film The Woman in Black 2 : Angel Of Death sulit menyamai film pertamanya. Terutama dari segi pendapatan. Jika di film pertama mendapat lebih banyak ulasan positif, di film kedua ini sebaliknya. Lebih banyak kritik negatif daripada positif. Seperti saya sebutkan di atas, suksesnya film The Woman in Black 1 tak lepas dari peran daniel radcliffe yang kala itu masih dipuji karena film Harry Potter terakhirnya. Banyak penggemar yang penasaran dengan debut pertamanya di genre film horor. Saya termasuk salah satu orang yang menonton film ini karena adanya Daniel Radcliffe. Suksesnya teror menakutkan di film pertama memang tak lepas dari kepopuleran Daniel Radcliffe yang masih membintangi film Harry Potter 7 kala itu. Itu benar. Siapa yang tak terkesan melihat ketakutan bintang film paling bersinar di British hingga ikut takut melihatnya ketakutan. Apalagi ada kesan teror yang natural dari scene ketakutan dan penolakan warga desa sekitar Eel Marsh House, ketika pengacara muda dari luar berniat mendatangi rumah berhantu yang menjadi legenda mereka. Tak ada satupun warga yang menerima kedatangan Arthur (Daniel Radliffe) bahkan mereka mengusirnya karena dianggap mengusik hantu berbaju hitam yang mereka takutkan. (sinopsis film The Woman In Black 1).
Perlu diketahui bahwa setting film ini adalah 40 tahun setelah meninggalnya Arthur Kipps (Daniel radcliffe) di film pertama. Juga, Era Edward di setting film pertama yang penuh mitos sudah berganti dengan era Perang Dunia Pertama. Di era, pola pikir masyarakat sudah lebih maju dan terbuka terhadap teknologi. Jadi secara psikologi, sudah berbeda. Di film pertama, teror film terbantu oleh setting waktu yang diambil sehingga terasa seperti teror berjamaah. kesan suram, mitos, seram, terbantu oleh peran para penduduk sehingga karakter The Woman in Black sebagai malaikat pencabut nyawa lebih terasa. "Jika ia terlihat, siapa yang akan mati?" Maka teror dan ketakutan di sepanjang film yang pertama lebih terasa. Berbeda dengan film kedua ini.
Di film kedua ini, terlihat seperti sekelompok orang yang datang le lokasi berhantu yang terisolasi dan mencari penyelesaian sendiri. Penghubung antara film The Woman in Black 1 dan 2 adalah rumah dan hantu Jennet. Janji Daniel Radcliffe akan tampil sebagai Cameo gagal dipenuhi. Karakter pengacara Arthur yang dulu diperankan Radcliffe digantikan pemain yang tidak terkenal (Padahal di film pertama Arthur sudah meninggal). Akan lebih baik lagi jika ada konflik dengan warga sehingga kesan rumah tersebut berhantu lebih terasa. Misalnya para warga ikut meneror semua pendatang agar ketakutan menghuni Eels Marsh House sehingga ketakutan di wajah pemain akan menular ke para penonton. Di film The Woman In Black 2, Eve yang menyadari teror ini. Jean yang menjadi kepala sekolah bahkan tidak percaya pada hantu The Woman In Black 2 kecuali di adegan terakhirnya. Dr Rhodes yang menjadi pengawas sekolah tidak terganggu dengan teror ini. Harry, sang pilot yang juga menjadi pendatang berada di sana dan percaya pada cerita Eve karena cinta dan kenangan buruknya.
Film The Woman In Black 2 gagal menciptakan teror seperti film pertama. Waktu hampir tak dapat perkirakan. Pagi, siang, sore maupun malam lebih banyak beraura suram dengan sedikit cahaya. Saya sempat berfikir... film ini agak melenceng dari film pertama. Di film pertama, Eel Marsh House selalu tertutup air laut mulai jam 5 sore. Rumah terlihat seperti terapung di laut. Tetapi suramnya film membuat saya sulit menentukan setting waktu sore atau malam. Tak jelas kapan air laut menutup daratan dan atau kembali surut. Cahaya matahari pun tidak terlihat pada waktunya. Penonton yang pernah melihat dan mengamati film pertama akan sepakat, ada banyak kejanggalan di film ini menyangkut ketidakkonsistenan waktu pasang surut laut yang menutup akses menuju rumah ini. Para pemain bisa keluar masuk area rumah meski suasana gelap khas malam. Juga latar akses jalan yang kering padahal rumah ini setiap sore – pagi selalu tertutup laut. Menurut saya, ini aneh. Lebih aneh lagi karena Susan Hills, pengarang asli novel ini ikut serta dalam pembuatan cerita. Mereka lupa, atau saya yang kurang memahami maksud cerita mereka? Entahlah. Yang jelas, saya bukan orang pertama yang menganggap film ini kurang horor jika dibandingkan dengan film pertama. Unsur romantis dari kisah cinta Eve dan Harry yang terjalin membuat kengerian akan tokoh Angel of Death agak tertutup. Tak banyak kejutan yang membuat saya terhenyak kaget atau takut. Kesan gelap memang terasa, namun tak segelap di film pertama. Tapi jangan khawatir, film ini tetap asyik ditonton sendiri atau bersama pasangan, terutama bagi penyuka film bersetting abad 13-17. Saya termasuk suka film era ini karena bajunya bagus, tata make up dan rambut juga lebih enak dilihat. Cara hidup yang lebih teratur, dan.... lebih sopan dan tulus mengekspresikan cinta.
Film The Woman in Black 2 : Angel Of Death sulit menyamai film pertamanya. Terutama dari segi pendapatan. Jika di film pertama mendapat lebih banyak ulasan positif, di film kedua ini sebaliknya. Lebih banyak kritik negatif daripada positif. Seperti saya sebutkan di atas, suksesnya film The Woman in Black 1 tak lepas dari peran daniel radcliffe yang kala itu masih dipuji karena film Harry Potter terakhirnya. Banyak penggemar yang penasaran dengan debut pertamanya di genre film horor. Saya termasuk salah satu orang yang menonton film ini karena adanya Daniel Radcliffe. Suksesnya teror menakutkan di film pertama memang tak lepas dari kepopuleran Daniel Radcliffe yang masih membintangi film Harry Potter 7 kala itu. Itu benar. Siapa yang tak terkesan melihat ketakutan bintang film paling bersinar di British hingga ikut takut melihatnya ketakutan. Apalagi ada kesan teror yang natural dari scene ketakutan dan penolakan warga desa sekitar Eel Marsh House, ketika pengacara muda dari luar berniat mendatangi rumah berhantu yang menjadi legenda mereka. Tak ada satupun warga yang menerima kedatangan Arthur (Daniel Radliffe) bahkan mereka mengusirnya karena dianggap mengusik hantu berbaju hitam yang mereka takutkan. (sinopsis film The Woman In Black 1).
Perlu diketahui bahwa setting film ini adalah 40 tahun setelah meninggalnya Arthur Kipps (Daniel radcliffe) di film pertama. Juga, Era Edward di setting film pertama yang penuh mitos sudah berganti dengan era Perang Dunia Pertama. Di era, pola pikir masyarakat sudah lebih maju dan terbuka terhadap teknologi. Jadi secara psikologi, sudah berbeda. Di film pertama, teror film terbantu oleh setting waktu yang diambil sehingga terasa seperti teror berjamaah. kesan suram, mitos, seram, terbantu oleh peran para penduduk sehingga karakter The Woman in Black sebagai malaikat pencabut nyawa lebih terasa. "Jika ia terlihat, siapa yang akan mati?" Maka teror dan ketakutan di sepanjang film yang pertama lebih terasa. Berbeda dengan film kedua ini.
Di film kedua ini, terlihat seperti sekelompok orang yang datang le lokasi berhantu yang terisolasi dan mencari penyelesaian sendiri. Penghubung antara film The Woman in Black 1 dan 2 adalah rumah dan hantu Jennet. Janji Daniel Radcliffe akan tampil sebagai Cameo gagal dipenuhi. Karakter pengacara Arthur yang dulu diperankan Radcliffe digantikan pemain yang tidak terkenal (Padahal di film pertama Arthur sudah meninggal). Akan lebih baik lagi jika ada konflik dengan warga sehingga kesan rumah tersebut berhantu lebih terasa. Misalnya para warga ikut meneror semua pendatang agar ketakutan menghuni Eels Marsh House sehingga ketakutan di wajah pemain akan menular ke para penonton. Di film The Woman In Black 2, Eve yang menyadari teror ini. Jean yang menjadi kepala sekolah bahkan tidak percaya pada hantu The Woman In Black 2 kecuali di adegan terakhirnya. Dr Rhodes yang menjadi pengawas sekolah tidak terganggu dengan teror ini. Harry, sang pilot yang juga menjadi pendatang berada di sana dan percaya pada cerita Eve karena cinta dan kenangan buruknya.
Film The Woman In Black 2 gagal menciptakan teror seperti film pertama. Waktu hampir tak dapat perkirakan. Pagi, siang, sore maupun malam lebih banyak beraura suram dengan sedikit cahaya. Saya sempat berfikir... film ini agak melenceng dari film pertama. Di film pertama, Eel Marsh House selalu tertutup air laut mulai jam 5 sore. Rumah terlihat seperti terapung di laut. Tetapi suramnya film membuat saya sulit menentukan setting waktu sore atau malam. Tak jelas kapan air laut menutup daratan dan atau kembali surut. Cahaya matahari pun tidak terlihat pada waktunya. Penonton yang pernah melihat dan mengamati film pertama akan sepakat, ada banyak kejanggalan di film ini menyangkut ketidakkonsistenan waktu pasang surut laut yang menutup akses menuju rumah ini. Para pemain bisa keluar masuk area rumah meski suasana gelap khas malam. Juga latar akses jalan yang kering padahal rumah ini setiap sore – pagi selalu tertutup laut. Menurut saya, ini aneh. Lebih aneh lagi karena Susan Hills, pengarang asli novel ini ikut serta dalam pembuatan cerita. Mereka lupa, atau saya yang kurang memahami maksud cerita mereka? Entahlah. Yang jelas, saya bukan orang pertama yang menganggap film ini kurang horor jika dibandingkan dengan film pertama. Unsur romantis dari kisah cinta Eve dan Harry yang terjalin membuat kengerian akan tokoh Angel of Death agak tertutup. Tak banyak kejutan yang membuat saya terhenyak kaget atau takut. Kesan gelap memang terasa, namun tak segelap di film pertama. Tapi jangan khawatir, film ini tetap asyik ditonton sendiri atau bersama pasangan, terutama bagi penyuka film bersetting abad 13-17. Saya termasuk suka film era ini karena bajunya bagus, tata make up dan rambut juga lebih enak dilihat. Cara hidup yang lebih teratur, dan.... lebih sopan dan tulus mengekspresikan cinta.
The Woman In Black 2
Sutradara : Tom Harper
Produser: Simon Oakes, Richard Jackson, Ben Holden, Tobin Armbrust
Cerita : Susan Hill
Pemeran : Phoebe Fox, Jeremy Irvine, Helen McCrory, Adrian Rawlins, Leanne Best, Ned Dennehy
Studio : Hammer Films, Entertainment One, Cross Creek Pictures
Durasi : 98 menit
Tanggal rilis : 30 Desember 2014 (Dubai premiere), 01 Januari 2015
Selain menonton filmnya sendiri, beberapa sumber dari Wikipedia
24 Komentar
Reviewnya mantap. Jadi pengen download film keduanya ini, yang pertama udah nonton.
BalasHapus:)
Hapuskalau posting review, saya usahakan lengkap mas. ini ada beberapa salah tulis karena ngantuk banget waktu bikin. makasih apresiasinya ya
Oke ini berhasil bikin penasaran tapi teteup nggak berani nonton huaahahah
BalasHapusHahahahaha..... gapapa mbak. memang selera itu berpengaruh kok.
HapusYg pertama menurutku kurang serem jg haha soalnya aku nonton ngga pake tutup mata lbh serem the ring atau silence of the lamb yg kedua blm nonton, pengen nonton menguji adrenaline hahahac
BalasHapusSaya tidak suka film horor thriller mbak. lebih suka horor yg menakutkan dari segi hantunya. kalau sudah berdarah2.... nyerah deh. baru baca sinopsisnya dah males banget
Hapushwaaaaa! Naksir ama Phoebe Fox .... :p
BalasHapusCantik banget ya mas Eksak? Dia cocok banget dengan dandanan ala abad 15-sekarang
HapusHiiiii mbak susi, kau ajakin aku nonton ini ogah... Senyemmm
BalasHapusGadis imut seperti kamu baca teenlit dan FTV saja biar tambah awet imutnya
Hapusfilm horor itu menakutkan tapi bikin penasaran :)
BalasHapusIya mbak Santi
Hapusaku jg termasuk pecinta film horror
BalasHapusHihi.. ternyata suka ya mbak. saya punya banyak review dan sinopsis film horor mbak
Hapusfilmnya seru :D
BalasHapus:)
HapusHanya asyik ditonton mbak
Oh ternyata ada sinopsis film thriller segala ya Bunda Susindra,, akh jadi pengin BW ke yll :) Tengkyu :)
BalasHapusdi blog ini ada cukup banyak mbak
Hapussepertinya menakutkan untuk di tonton sendirian
BalasHapusNggak menakutkan mas. hantunya jarang keluar tuk ngagetin
HapusPingin nonton tapi takut... suka horor tapi penakut...galau euy
BalasHapusHIhihi.... malah enak sih mbak. hihihi.... suka tapi takut. sensasinya pasti berbeda.
Hapuspernah lihat trailernya di youtube
BalasHapuskayaknya kelam banget...
cuma kalo film asal britania ini bahasa inggrisnya saklek banget :)
beda sama hollywood yang agak slengean
hi hi hi
Hihi... begitulah. memang beda bahasanya
HapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)