Kemarin mbak Irowati membagi cerita tentang pedagang buah di daerahnya yang laris manis dan dagangan buahnya cepat sekali habis. Statusnya saya kutip dari facebook full tanpa edit. EYD dan singkatan a la status facebook saya pertahankan.
Membaca status ini, saya jadi ingat para pedagang langganan saya di pasar. Saya dan suami biasa belanja bersamasambil bergandengan tangan. Saya biasa belanja 2 kali seminggu dan sering belanjain kebutuhan warung nasi ibu. Bahan belanjaan kami ya itu-itu saja dan berjumlah lumayan banyak. Khusus warung nasi ibu, jangan bayangkan warung nasi seperti lazimnya karena ibu saya hanya memasak ½ kg nasi perhari untuk jualannya. Pelanggannya pun tak lebih dari 10 orang. Alasan ibu saya tetap berjualan adalah kasihan kepada para pelanggan yang setiap hari sarapan di warungnya. Jadi beliau berjualan dari jam 5 pagi sampai jam 8 pagi saja (dan hanya untuk kurang dari 10 pelanggan)
Saya dan suami termasuk pembeli loyal. Kami biasa membeli di tempat yang sama sampai terjadi sesuatu yang tak memungkinkan lagi. Kami membeli ayam di pedagang yang sama selama bertahun-tahun. Saya membeli sayur dan bumbu di tempat yang sama selama sekian tahun, bahkan tempe tahu pun selalu di tempat yang sama selama 1 tahun ini. Loyalitas kami biasanya dipengaruhi oleh servis extra yang kami terima dari pedagang tersebut.
Pedagang ayam langganan saya, meski jumlah belanjaan ayam saya sangat kecil, tetapi ia selalu ramah dan memberi timbangan yang lebih sejak pertama kali membeli sampai sekarang. Saya diberi harga bakul meski hanya membeli ¼ kg. Untuk kualitas jangan ditanya lagi. Pedagang tahu-tempe langganan kami pun begitu. Meski termasuk pelanggan baru 1 tahun, tetapi ia selalu memilihkan tahu yang besar-besar untuk saya dan atau menambah extra 1 tahu tiap 10 tahu. Harga tempe pun diberi harga bakul.
Belanjaan saya yang terbanyak biasanya di pedagang sayur. Selain membeli sayur untuk sendiri, juga untuk keperluan ibu menjual bakwan. Saya selalu tersenyum puas melihat timbangan yang anjlog ke bawah dan tidak dikurangi lagi. Beli 1 kg bisa menjadi 1,1 kg. Itupun harganya masih diberi harga murah pula. Jika saya ingin membeli waluh dan tidak ada waluh ketan yang terkenal lezat itu, saya akan diberitahu bahwa waluhnya bukan kualitas bagus.
Mungkin terlihat sederhana bagi pedagang lain. Saya yakin, jika rahasia berjualan ini dibagi, jawaban para pedagang lain adalah’ “kalau Cuma itu sih aku juga bisa.” Sama seperti saya yang menjual kreasi bunga saya dan sering mendapat komentar “Cuma gitu aja aku bisa,” lalu bertanya nritik piye cara bikinne. Kadang memakai alasan membagi ilmu = beramal. Bukannya tersinggung sih..malah lebih sering tertawa. Cuma... kalo semua orang bisa menciptakan sesuatu yang berbeda, tentu tak ada kata leader & follower, kan? Setiap gambar/video tutorial yang saya tiru, saya selalu merubahnya sedikit agar menjadi ciri saya. Jadi... menurut saya aneh jika saya sudah share cara membuatnya lalu masih ditanya detail cara buat ala saya... Saya mengubahnya sedikit karena ingin punya ciri khas dan karena saya tak mau membuat yang persis seperti tutorial. Prinsip Lagniappe juga saya pakai untuk pembeli yang ramah ketika inbox, WA atau SMS. Saya selalu memberikan bonus sebagai rasa terima kasih karena memperlakukan saya dengan baik. Karena itulah banyak pelanggan saya yang tetap setia membeli. Servis yang kecil-kecil seperti inilah yang membuat kita berbeda dari orang (pedagang) lain.
Berbicara tentang pelayanan super ramah dan service tambahan untuk pelanggan, saya jadi ingat dengan kata Lagniappe atau a little something Extra atau Bonus untuk Anda Pelanggan Istimewa!
Lagniappe (baca = la-nyap) artinya sesuatu yang diberikan sebagai bonus. Langiappe adalah salah satu kata ajaib yang dipraktekkan 200 tahun lalu sampai sekarang oleh para penjaga toko keturunan Creole (Perancis) di South Lousiana. Asal kata lagniappe sendiri berasal dari Spanyol yaitu La ñapa. Kata ini sudah menjadi kosakata resmi bahasa Inggris. Konsepnya sangat unik, yaitu memikat hati pembeli agar menjadi pelanggan dan setia membeli di sana. Cara yang dilakukan tidaklah terlalu unik, namun dampaknya sangat terasa. Setidaknya bagi saya. Tanpa saya sadari, saya sering terjebak menjadi pelanggan sebuah toko/pedagang karena terkesan dengan prinsip lagniappe. Caranya adalah memberi bonus, menambah timbangan yang diberikan, berramah tamah dengan pelanggan dengan menyapa kabarnya dan keluarganya, memberi diskon, dan masih banyak pelayanan lain yang mungkin pernah teman-teman terima dan mengesankan hati kalian.
Lagniappe atau sesuatu yang extra bagi Anda pelanggan istimewa kami. Cara ini sangat efektif digunakan untuk strategi pemasaran toko kelontong atau toko perlengkapan rumah tangga di rumah maupun di pasar. Prinsipnya, cocok untuk toko apa saja, tinggal disesuaikan saja. Ketika seorang pelanggan membeli beras 1 kg misalnya, pastikan ia melihat tambahan timbangan yang anda berikan untuknya (tanpa perlu mengucapkan lagniappe). Atau ketika seorang pelanggan membeli beberapa item, berikan item lain sebagai bonus. Sudahkah kamu menjadi pedagang yang ramah pelanggan dan memberi bonus kecil untuk kesuksesan usahamu? Mulailah dari sekarang dan jangan berhenti meski usahamu sudah berumur ratusan tahun dan beromzet trilyunan.
Gambar berasal dari http://www.creativebug.com/blog/lagniappe-a-little-something-special/
Saya salut dg penjual buah langganan saya yang biasa jualan didekat komplek perumahan tmpt sy tinggal...
Beliau mulai berjualan jam 9 atau 9.30, tapi jam 2 atau 2.30 dagangannya pasti tinggal sedikit bahkan sudah habis.
Padahal yg dijual buanyakkkk, mulai pepaya, anggur, mangga, melon, semangka dll berkeranjang2...
Begitu beliau buka lapak langsung deh pembeli berjubel..
Kalau orang jawa bilang "sampek ora ketok bokonge"...
Mengapa begitu laris ?
Karena buah yang dijualnya murah, fres dan bagus...
Si bapaknya juga ramah... pembeli yg cerewetpun dia dengarkan dengan selalu tersenyum.
Sampai ada yg beli manggis sekilo tapi incip 3 biji ya si bapaknya senyum-senyum saja....
Sudah tahunan sy beli insyaallah selalu manis, tapi bila pas dpt yg masam atau jelek, komplain hari berikutnya pas beli lagi langsung dilebihi timbangannya...
Murah & bagusnya itu lho yg bikin senang pelanggan...
Melon satu biji bukan 1 kg lho ya tp 1 biji, 6 - 7 rb
Semangka tanpa biji 1 kg 13 -15 rb...
Jambu biji ini sekilo cm 6 rb, anggurnya setengah kilo dah banyak hanya 7rb.... jam segini tadi melonnya dah habis tak tersisa...
Perlu dicontoh tuh...
Berjualan itu untung sedikit gpp yang penting rutin ( bhs jawa utun )..,
Sedikit-sedikit akhirnya menjadi bukit....
Kwalitas selalu dijaga,
Yg sabar menghadapi pelanggan secerewet apapun...
Ramah dan murah senyum...
Satu lagi yaitu jujur, bila enak dibilang enak bila tdk yakin si Bapak selalu bilang "saya belum nyoba bu... monggo klo mau, silahkan dibeli, kalau tdk sreg gak beli ya gpp.." sambil tetap tersenyum.... #edisiilmuberdagang
Membaca status ini, saya jadi ingat para pedagang langganan saya di pasar. Saya dan suami biasa belanja bersama
Saya dan suami termasuk pembeli loyal. Kami biasa membeli di tempat yang sama sampai terjadi sesuatu yang tak memungkinkan lagi. Kami membeli ayam di pedagang yang sama selama bertahun-tahun. Saya membeli sayur dan bumbu di tempat yang sama selama sekian tahun, bahkan tempe tahu pun selalu di tempat yang sama selama 1 tahun ini. Loyalitas kami biasanya dipengaruhi oleh servis extra yang kami terima dari pedagang tersebut.
Pedagang ayam langganan saya, meski jumlah belanjaan ayam saya sangat kecil, tetapi ia selalu ramah dan memberi timbangan yang lebih sejak pertama kali membeli sampai sekarang. Saya diberi harga bakul meski hanya membeli ¼ kg. Untuk kualitas jangan ditanya lagi. Pedagang tahu-tempe langganan kami pun begitu. Meski termasuk pelanggan baru 1 tahun, tetapi ia selalu memilihkan tahu yang besar-besar untuk saya dan atau menambah extra 1 tahu tiap 10 tahu. Harga tempe pun diberi harga bakul.
Belanjaan saya yang terbanyak biasanya di pedagang sayur. Selain membeli sayur untuk sendiri, juga untuk keperluan ibu menjual bakwan. Saya selalu tersenyum puas melihat timbangan yang anjlog ke bawah dan tidak dikurangi lagi. Beli 1 kg bisa menjadi 1,1 kg. Itupun harganya masih diberi harga murah pula. Jika saya ingin membeli waluh dan tidak ada waluh ketan yang terkenal lezat itu, saya akan diberitahu bahwa waluhnya bukan kualitas bagus.
Mungkin terlihat sederhana bagi pedagang lain. Saya yakin, jika rahasia berjualan ini dibagi, jawaban para pedagang lain adalah’ “kalau Cuma itu sih aku juga bisa.” Sama seperti saya yang menjual kreasi bunga saya dan sering mendapat komentar “Cuma gitu aja aku bisa,” lalu bertanya nritik piye cara bikinne. Kadang memakai alasan membagi ilmu = beramal. Bukannya tersinggung sih..malah lebih sering tertawa. Cuma... kalo semua orang bisa menciptakan sesuatu yang berbeda, tentu tak ada kata leader & follower, kan? Setiap gambar/video tutorial yang saya tiru, saya selalu merubahnya sedikit agar menjadi ciri saya. Jadi... menurut saya aneh jika saya sudah share cara membuatnya lalu masih ditanya detail cara buat ala saya... Saya mengubahnya sedikit karena ingin punya ciri khas dan karena saya tak mau membuat yang persis seperti tutorial. Prinsip Lagniappe juga saya pakai untuk pembeli yang ramah ketika inbox, WA atau SMS. Saya selalu memberikan bonus sebagai rasa terima kasih karena memperlakukan saya dengan baik. Karena itulah banyak pelanggan saya yang tetap setia membeli. Servis yang kecil-kecil seperti inilah yang membuat kita berbeda dari orang (pedagang) lain.
Bunga kreasi saya ada tutorialnya kalau mau mencari, tetapi saya beri ciri khas saya sehingga menjadi kreasi baru dan unik |
Berbicara tentang pelayanan super ramah dan service tambahan untuk pelanggan, saya jadi ingat dengan kata Lagniappe atau a little something Extra atau Bonus untuk Anda Pelanggan Istimewa!
Lagniappe (baca = la-nyap) artinya sesuatu yang diberikan sebagai bonus. Langiappe adalah salah satu kata ajaib yang dipraktekkan 200 tahun lalu sampai sekarang oleh para penjaga toko keturunan Creole (Perancis) di South Lousiana. Asal kata lagniappe sendiri berasal dari Spanyol yaitu La ñapa. Kata ini sudah menjadi kosakata resmi bahasa Inggris. Konsepnya sangat unik, yaitu memikat hati pembeli agar menjadi pelanggan dan setia membeli di sana. Cara yang dilakukan tidaklah terlalu unik, namun dampaknya sangat terasa. Setidaknya bagi saya. Tanpa saya sadari, saya sering terjebak menjadi pelanggan sebuah toko/pedagang karena terkesan dengan prinsip lagniappe. Caranya adalah memberi bonus, menambah timbangan yang diberikan, berramah tamah dengan pelanggan dengan menyapa kabarnya dan keluarganya, memberi diskon, dan masih banyak pelayanan lain yang mungkin pernah teman-teman terima dan mengesankan hati kalian.
Lagniappe atau sesuatu yang extra bagi Anda pelanggan istimewa kami. Cara ini sangat efektif digunakan untuk strategi pemasaran toko kelontong atau toko perlengkapan rumah tangga di rumah maupun di pasar. Prinsipnya, cocok untuk toko apa saja, tinggal disesuaikan saja. Ketika seorang pelanggan membeli beras 1 kg misalnya, pastikan ia melihat tambahan timbangan yang anda berikan untuknya (tanpa perlu mengucapkan lagniappe). Atau ketika seorang pelanggan membeli beberapa item, berikan item lain sebagai bonus. Sudahkah kamu menjadi pedagang yang ramah pelanggan dan memberi bonus kecil untuk kesuksesan usahamu? Mulailah dari sekarang dan jangan berhenti meski usahamu sudah berumur ratusan tahun dan beromzet trilyunan.
Sudahkah kamu ikut giveaway istimewa saya yang berhadiah total senilai 6,7 juta?
Gambar berasal dari http://www.creativebug.com/blog/lagniappe-a-little-something-special/
22 Komentar
MANTAAAP banget ini Mak...!
BalasHapusKeren..! Kalau SEMUA pebisnis memegang filosofi ini, haqqul yaqin, jiwa dagang ala Rasulullah bisa kita rasakan.
Benar sekali Mak. Sulit sekali mencari pedagang jujur yang meneladani cara dagang Rosulullah.
Hapuskalau bapak pedagangnya seperti itu pasti para pembeli kerasan mak,,mereka juga akan menjadikan langganan sendiri spt mereka,,cara spt ini juga bisa ditiru,,,semoga kita bisa berbuat baik untuk sesama,,,
BalasHapuspastinya aku ikutan tuh giveawaynya,,,hehehe
Benar sekali mbak. Penjual seperti ini biasanya pelanggannya banyak dan loyal
Hapusdapet ilmu baru nih, mak ... 'lanyap' alias lagniappe (sekalian belajar nulis dgn bener) hehe ..
BalasHapusHatur nuhun
Sedikit diserempetkan ke bidang ilmu yg saya pelajari kala kuliah dulu mak. hihi.. meski IRT, kudu tetap up to date. hihi
HapusJika pedagang yg baik hati dan jujur sprti yg diceritakan mba Susi diatas, InsyaAllah rezekinya akan selalu lancar ya mba...
BalasHapusIya mbak. Takkan memutus rejeki meski banyak dagangan dimakan calon pelanggan.
Hapussebagai pelanggan atau pembeli seneng ya kalau dikasih bonus. belum lama aku beli sesuatu seneng banget dikasih hadiah tas yang bisa dijadikan sajadah
BalasHapusIya mbak. meski sederhana, bonus membahagiakan pembeli
HapusKonsep pedagang itu juga bisa dijadikan acuan buat ngeblog lho :)
BalasHapushalah kenapa jadi ngeblog.
Setuju sama Mbak Susi, kadang hal-hal kecil dari memberikan perhatian bisa membuat orang lain senang ya.
Bisa dimodif di bidang apa saja mbak. hehe...
Hapussebutanya unik ya mbk..lagniappe,mirip2 lagi appe??hehehehe....
BalasHapusHahahaha.. ayo main kata yuk mbak.....
HapusBener banget mbak..pelanggan adalah raja. Kita hrs bisa melayani dan memberi kepuasan pada pelanggan.
BalasHapusSebagai pelaku OS, saya sepakat mbak.
Hapusmantap kok madame susi, hehe.. tulisan sedikit di perbesar biar nyaman di baca. saya kurang nyaman loh madame. memang begitulah pedagang jujur ya?
BalasHapusAduh... ga bisa settingnya mas....
Hapusmbakyu.. ora ono Lagniappe kopi buat saya?
BalasHapusKamu yg ke sini ato kami yang ke sana? :p
Hapussaya senneg banget kalau ada penjual yang seperti itu, Mbak :)
BalasHapusSaya juga mbak. Rasanya seperti di istimewakan.
HapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)