Hari ini Jepara sangat terik. Panas matahari membakar tubuh dan angin
kencang berhembus membawa udara panas menyengat. Di sudut gudang, satu
set kursi sudut motif daun pisang menunggu dipoles sang maestro.
Kusi sudut |
Kemarin
dia sudah harus sabar digosok dengan amplas kasar. Daki-daki dan permukaan yang kasar telah lebih halus. Ukiran-ukirannya yang kemarin masih tajam sekarang sudah lebih halus dan berbentuk sempurna. Motif
daun pisang dan totol-totol sudah halus. Ia sudah siap dipercantik hari
ini. Dan ketika membayangkan tangan-tangan ahli finishing menyentuhnya, ia tersenyum
bahagia. Namun ia tersenyum kecut karena ternyata perlu banyak proses sebelum disentuh sang maestro finishing mebel. Ia mengingat dengan susah payah prosesnya, karena melelahkan. Amplas kasar, amplas halus, filer, amplas filer, sanding, amplas sanding, dan ia baru bertemu sang maestro menjelang sore nanti untuk pewarnaan dan top coat finishing mebel. Banyaknya..... "Sesuatu yg indah harus melewati banyak proses agar sempurna," pikirnya membesarkan hati.
Pagi tadi ia sudah menjalani proses amplas halus sebelum dilapisi filler. Lapisan filler serupa bedak yang akan menutup pori-pori kulitnya. Ia merasa sayang ketika ibu-ibu amplas menggosok filler yang menempel. Ia ingin menggeliat, memberontak, tapi tak ada geraknya. Ia hanya terdiam melihat semua filer berjatuhan di tanah. "Amplas jelek! Ibu amplas jahat!" teriaknya putus asa. Tak satu pun ibu amplas menghentikan pekerjaannya.
Ternyata, setelah amplas filer selesai, si kursi sudut menyadari perubahan kulitnya. Amplas filer ini kembali memunculkan permukaan jati dan serat kayunya. Ia tersenyum bahagia melihat permukaan kulitnya menjadi lebih halus dan katanya, filer membantu memunculkan serat jati. Jadi ia akan lebih cantik nanti. "Baiklah.. demi tampil cantik, aku rela." pikirnya dalam hati agar lebih tabah. Pernah ada seorang tamu di tempatnya di ukir, wanita pengukir berbincang-bincang tentang artis tertentu sambil mengukir, dan salah satu yang ia ingat adalah, "Tampil cantik harus tahan sakit."
Menjelang Duhur tadi, cairan lengket disemprotkan ke tubuhnya. Seorang laki-laki muda menyemprotkan cairan itu dengan teliti. semua permukaan harus tersemprot, bahkan di bagian tak terlihat. Ahai.... malu rasanya. bahkan bagian terdalam pun tak luput darinya. haiyaaa....... dan setelah istirahat 2 jam, ia harus diamplas lagi. "Amplas lagi?" keluhnya. Katanya... sanding membantu mengikat warna mebel dan menutup serat. Kursi sudut mulai bosan dengan proses finishingnya. Rajin sekali para ibu itu mengamplasnya. Menurut rumornya, di kota-kota lain, proses finishing mebel tidak setebal dan serumit proses finishing di Jepara. Ia jadi penasaran, seperti apa ia nanti jika disandingkan dengan kursi sudut dari kota lain.
Kursi sudut setia menanti sentuhan sang maestro yang sedang mengaduk warna |
Jam 3 sore.... akhirnya... sang Maestro finishing mendekat dan memeriksa kesiapannya. Ia segera menjauh untuk mengaduk campuran warna finishing. Sang kursi sudut telah siap mengakhiri penantiannya. Ia akan segera menerima sentuhan warna. Ia dengan hati-hati meratakan seluruh warna kayu. mata jelinya berkali-kali menemukan titik yang belum sempurna. Akhirnya... selesai juga. Ia telah siap. Dan benar saja, sentuhan sang maestro menyempurnakan kecantikannya. Detail ukiran daun
pisangnya telah terlihat sempurna. Ia tersenyum bahagia membayangkan
pemilik barunya akan bahagia menerima kehadirannya. Aaah... bahagianya.
Ia hanya menunggu 1 proses penyempurna lagi besok sebelum diantar ke tuannya
yang baru. Ia harus sabar menanti dipoles dengan top coat semi-gloss untuk
memberinya cahaya.
Dan inilah nasib si kursi tamu minimalis motif daun jati keesokan harinya. Ia telah bersinar oleh lapisan top coat melamin. Ia telah berjajar rapi di atas mobil dan diantar ke pemesannya.
Lihatlah. Ia tampak cantik menghiasi sudut ruang tamu sebuah rumah baru jadi dan siap menyambut para tamu dari tuan rumahnya yang baru.
Maaf... saya sedang belajar miksi lagi. Sudah lama tak menyentuh bidang ini dan ketika melihat foto2 ini di folder komputer, saya ingin share dengan bahasa yang berbeda. Seluruh foto di posting ini dokumentasi pribadi. Saya sedang berupaya kembali berjualan mebel onlin. Sebelum bangkrut dulu saya dan suami khusus melayani penjualan mebel ke Perancis (sebagai pemilik maupun pegawai marketing online). Kali ini saya mencoba pasar mebel lokal Indonesia sambil menunggu modal kembali. Semoga kami dapat berdiri kembali dan ikut meramaikan pasar mebel lokal maupun internasional. Jika Anda tertarik membeli mebel dari saya, dapat menghubungi saya melalui facebook Susi Susindra atau page saya Susindra Furniture. Saya juga memiliki sebuah page khusus berjualan online dan share tutorial bunga flanel dan pita di Susindra Craft. Saya baru akan memberi kontak pribadi dari kontak facebook/page yang saya sebutkan di atas.
15 Komentar
jadi cantik dan elegan ya mbak....seperti proses hidup, bersusah2 dahulu, bersenang2 kemudian....sukses selalu untuk mbak Susi
BalasHapusIya mbak. seperti itulah proses hidup eh proses finishing mebel Jepara mbak
Hapusaku gak punya kursi tamu loh mbak skr, cuma punya 2 kursi jati aja
BalasHapusAyo beli ke aku mbak. hihihi
HapusKursinya baguus, berapa harganya? iklan yang maniis
BalasHapusinbox ya mbak Ety
HapusBagus juga jika mulai menulis fiksi utuk menambahy kemampuan
BalasHapusLanjutken
Salam hangat dari Surabaya
terima kasih pakde. saya perlu belajar menulis lagi gaya cerita saya belum enak, apalagi renyah.
HapusCantiiiiiii kursinya, Mbak Sus .. di Jepara berapaan itu harganya?
BalasHapusinbox ya mbak Mugniar
Hapussemangat ya mbak....
BalasHapusterima kasih mbak Elsa
Hapuspanjang ya prosesnya :)
BalasHapusIya mbak. Kualitas mebel jepara memang bisa diandalkan. mungkin harga leboih maahal, tapi dibandingkan kualitasnya jelas beda
HapusKursi sudut seperti ini ...
BalasHapussepertinya tepat untuk menyiasati ruang tamu yang sempit ...
sehingga penggunaan ruangan jadi lebih efektif
salam saya Mbak Sus
(23/10 : 29)
Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)