Tahun ini adalah tahun ke sepuluh pernikahan Susindra. Tepatnya 11 Februari 10 tahun yang lalu kami menikah dan secara resmi mengibarkan bendara SUSINDRA. Usia pernikahan yang cukup lama dan bukan tanpa aral. Usia pernikahan yang cukup singkat mengingat salah satu cita-cita pasutri adalah SELAMANYA. Saya ulang sekali lagi kata SELAMANYA dengan huruf kapital dan tebal. Usia 10 tahun pernikahan juga bukan berarti kemapanan hubungan suami-istri karena hati mudah berubah. Banyak pernikahan yang kandas karena tak mampu menjaga komitmen.
Saya pernah menemani saudari dekat saya yang menggugat cerai (rapak). Dari sana saya tahu, alasan tertinggi perceraian adalah faktor komuniksi dan kurangnya nafkah suami. Bukan alasan yang mengada-ada atau diada-adakan. Tapi juga tak seharusnya terjadi seandainya kedua belah pihak saling menyadari makna dari SAMARA. Semua tentu paham bahwa kata "Semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah dan amanah” selalu diucapkan pada pasangan pengantin baru. Bukan ucapan kosong. Bukan pula hanya do’a standar. Sebenarnya itu adalah penggingat bagi pengucapnya.
Ketika menemui kabar bahagia pernikahan rekan kita tak lupa mendo’akan semoga menjadi keluarga SAMARA, tentu kita tak boleh lupa bahwa kata SAMARA itu juga adalah kunci pernikahan kita sendiri. Sebuah kunci yag mudah kita ucap tapi jarang kita kembalikan pada pernikahan kita sendiri.
10 tahun menikah, saya menemui banyak ujian nikmat dan ujian sengsara yang mendewasakan. Saya merasakan usia awal menikah yang sangat-sangat memperihatinkan sehingga konsep makan sepiring berdua sehari 2 kali diberlakukan secara nyata. Di beberapa bulan selanjutnya kami diuji kelimpahan pendapatan sehingga lupa diri. Di tahun selanjutnya ujian nikmat berupa keturunan yang tampan dan ceria diberikan, pun tahun-tahun berikutnya. Ujian nikmat dan sengsara terus berganti untuk mendewasakan kami berdua. Bahkan ujian pertengkaran pasutri pun bisa terjadi kapan saja. Akhirnya kami berdua sepakat membuat banyak rambu-rambu, banyak ranjau pengingat. Kami sepakat agar jangan sampai lupa diri ketika diuji sang maha pencipta. Banyak penyesuaian yang kami tetapkan dan harus saling kami ingatkan. Semua itu untuk mewujudkan keluarga yang SAMARA. Pondasi utama pasutri yang ingin menjaga kelanggengan rumah tangga. Sering diucapkan, namun lupa diterapkan.
Mbak Ida Nur Laila ingin mendapat masukan tentang 3 kriteria wonderful wife dan tips mewujudkannya. Saya ingin urun rembug meski pengalaman berumah tangga saya mungkin tak sebanyak dan tak sehebat mbak Ida. Menurut saya, kriteria wonderful wife adalah wanita yang menjadikan SAMARA sebagai kunci rumah tangganya. Wonderful wife adalah wanita SAMARA.
Apa sih Samara itu? Sama seperti do’a samara yang selalu kita ucapkan untuk pasangan baru. Samara adalah singkatan dari 3 kata, yaitu sakinah (tenang/tentram), mawaddah (muaddah/cinta) dan rahmah (mengasihi). Jadi wonderful wife adalah wanita yang berhati tenang, pencinta, dan pengasih.
1. Wanita sakinah adalah wanita yang tenang dan tentram. Tak selalu bermuara di kata bermateri atau sejahtera. Kata sakinah lebih mengacu pada “mensyukuri dan mencukupkan rejeki dari Allah.” “Alhamdulillah, cukup makan, cukup tidur, cukup sehat, cukup... cukup.. cukup...” Ketika segalanya dicukupkan, yang lebih disumbangkan, maka hidup akan lebih sakinah. Wanita sakinah tahu benar bahwa hidupnya adalah berkah yang diberikan Allah dan ia harus mengembalikan pada keluarganya.
Sakinah berarti wanita tahu cara menjaga dirinya dan cintanya. Ia pandai menjaga diri. Ia pandai bersolek untuk suami. Ia mahir membuat mereka nyaman di rumah. Ketika ada anggota keluarga yang merasa bosan/sedih, ia pandai menceriakan.
2. Wanita Mawaddah berarti wanita yang penuh cinta. Wanita yang mencintai pasangan dan keluarganya. Mawaddah secara harfiah bisa diartikan cinta yang membara. Cinta yang menggebu pada suaminya. Cinta yang tak mudah padam. Boleh juga dikatakan cinta yang didorong oleh nafsu alami yang diberikan Allah pada makhluknya. Mawaddah cinta lebih mengarah ke material seperti cinta akan kecantikan, keindahan, ketampanan, harta benda, namun tetap memiliki kesamaan arti dengan mahabbah (cinta dan kasih sayang).
Wanita mahabbah adalah wanita yang mampu menjaga nyala api cintanya dengan tetap membuat suami hanya melihat dirinya dan tertarik padanya. Percaya atau tidak, lelaki beristri tak melihat bentuk tubuh istrinya. Dalam bentuk apapun, sang istri adalah makhluk paling seksi baginya. Nah, para wanita, berbahagialah menjadi istri dan jagalah bara cintamu. Jadilah istri yang pandai bersolek untuk suami, jangan sebaliknya: awut-awutan di rumah tetapi tampil cantik di luar rumah. :D
3. Wanita Rahmah berarti wanita yang mengasihi. Kata rahmah berarti ampunan, anugerah, belas kasih, dan rejeki. Tipe cinta yang lembut. Penyeimbang dari cinta mawaddah yang mengebu. Wanita rahmah tahu cara mengasihi dan mengampuni kesalahan pasangannya. Ia tahu benar tak ada pasangan yang sempurna. Tak ada manusia yang sempurna. Kekurangan suami adalah kelebihan istri, dan sebaliknya, kekurangan istri adalah kelebihan suami. Semua saling menyempurnakan. Cinta adalah pemersatu keduanya. Rahmah juga berarti menjaga komitmen yang disepakati bersama. Ia mampu menjaga suami agar tetap menafkahinya dengan rejeki yang halal. Ia mampu menjadi berkah bagi suami dan anak-anaknya.
Begitulah kriteria dan tips menjadi wonderful wife. Mungkin terlihat sederhana dan klise, namun itulah pemersatu cinta Susindra. Pondasi rumah kami sehingga tak mudah roboh diguncang gempa yang berasal dari dalam maupun luar. Semoga bermanfaat.
Hampir lupa dengan permintaan sohibul hajat tentang masukan bagi keindahan blognya. Terima kasih pada mbak Ayunda Slamet yang mengingatkan. Saya penganut paham "Sederhana itu indah, navigasi blog itu bonus". Blog mbak Ida termasuk yang sederhana dan navigasinya lengkap. Pendek kata, jika pengunjung tertarik membaca postingan lain, sudah ada label, arsip blog berdasarkan bulan, dan popular post di blog mbak Ida. Template dominan putih juga menamplkan kesan bersih. Kurang lebih sama dengan blog saya yang dominan putih-biru. Jika ada yang perlu dipindah, menurut saya laman/page yang memanjang di sidebar. Akan lebih elok jika dipindah ke atas. 2 banner grup (KEB dan WB) lebih enak jika nyempil di pojok seperti di blog saya. Cara pasangnya pun sangat mudah. Coba buka bengkel blognya uncle Lozz Akbar, hanya tinggal copas scriptnya saja. Mudah kan?
Saran kedua adalah untuk kewajiban memberi link ke semua kata wonderful wife. Mohon maaf jika saya hanya memasang link di dua kata saja. Setahu saya yang awam ini, memberi terlalu banyak link (apalagi sama) di dalam satu posting tidak disukai oleh google. Takutnya malah akan menjatuhkan peringkat SEO. Saya memperhatikan jika membuat tulisan review, "Hanya 1 link" sering menjadi syarat penulisan review. CMIW, saya masih sangat awam dan baru kembali dari hiatus lama, jadi mungkin pengetahuan saya belum berkembang lagi.
19 Komentar
Terima kasih pencerahannya, Mbak... Ternyata samara juga bagian dari karakter wonderful wife itu sendiri agar bisa mewujudkan rumahtangga samara pula ya. *Pelajaran baru :)
BalasHapusSama-sama mbak, terima kasih sudah berkenan membacanya. semoga bermanfaat. :)
Hapuswah kriteria yang bagus banget..
BalasHapus"Kelebihan suami adalah kekurangan istri, dan kelebihan istri adalah kekurangan suami.." setuju saling melengkapi,,
mab ada yang kurang, kritik saran buat blognya mba Ida Nurlaila kok gak ada? ayo mba direvisi.. mumpung belum DL
Terima kasih ya mbak sudah diingetin.
Hapusmaturnuwun.
Ika nyimak dan belajar ya Mak.
BalasHapusSilahkan mak.
HapusSaya hanya mampu menulis yang sederhana saja. Semoga yang sederhana ini bermanfaat
whaa saya jadi terharu, ternyata menjadi seorang istri tidak mudah. Saya harus memperbaiki diri supaya istri menjadi pendamping yang sempurna
BalasHapus:)
HapusTak mudah pula menjadi suami, bang mandor.
xixixi.. makasih ya
sepuluh tahun sudah
BalasHapussemoga senantiasa bahagia
dalam rahmat dan ridha Allah Ta'ala
Aaminn... terima kasih pak ustad. :)
HapusAlhamdulillah..
BalasHapusAkhirnya bisa ngontes lagi..
Semoga ketiga tipe ini ada pada bidadari kecil saya.. :)
Iya, alhamdulillah. tak berani janji muluk-muluk, cukuplah ada waktu membaca dan menulis kembali beberapa hari sekali. Mencukupkan saja.
Hapusikut nyimak dulu karena belum berkeluarga
BalasHapusSilahkan mas/mbak. :)
HapusSebenarnya itu adalah penggingat bagi pengucapnya ...
BalasHapusIni benar sekali ...
Banyak kita lupa ... apa yang kita ucapkan dan doakan kepada orang itu ... hendaknya kita sendiri melakukannya
salam saya Mbak Sus
(11/3 : 9)
Iya pak, saya juga sering lupa loh. beruntung menulis ini, jadi ingat dan paham.
Hapuscongrats susi :)
BalasHapusMbak Hilsya... apa kabar?
Hapusmakasih ya mak susi...jejaknya mepet nih
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)