IBU: Cinta Tiada Akhir

22 Desember selalu dirayakan dengan hari ibu. Di hari ini sering terdengar/terlihat tulisan Selamat hari ibu.
Seharusnya saya menulis di 3 blog wanita saya: Perjalanan Hati, Kisah Susindra, dan Catatan Wanita di Blogdetik. Dan saya baru bisa buka blog sekarang! Berasa kejar-kejaran dengan waktu, nih. 

IBU.... ada rasa hangat dan kadang dingin ketika mengingat kata ini. Mengingat sosok para ibu saya yang sesungguhnya. Ada kepasrahan pula di sana. Saya sudah membuka diri tentang rahasia ibu saya. Pembentuk sifat utama saya. Un Voyage du Coeur yang menjadi tema blog ini dan Cinta Untuk Ibu. Di tulisan itu saya membuka diri sebagai anak kandung, anak angkat, anak tiri, anak menantu, dan anak susu dari beberapa ibu yang saya miliki. Ya, saya memiliki kehidupan kompleks yang sangat sedikit pemiliknya.

Seharusnya saya menuliskan semua cinta yang adil kepada semua ibu saya. Tetapi saya hanyalah manusia biasa. Saya diberi keterbatasan hati (dan ruang posting yang tentunya menjadi unlimited jika diberikan pada semua ibu saya). Tanpa bermaksud mengesampingkan jasa semua ibu, saya memilih ibu angkat saya (lagi) yang saya tahu pasti (secara lisan dan perbuatan) memiliki CINTA TIADA AKHIR PADA SAYA. Saya sudah menulisnya hari ini di blog Kisah Susindra tentang DEFINISI IBU.


Ibu hajjah Panirah, itulah nama yang ia sandang. Sebuah tambahan hajjah yang disematkan pada bulan Januari 2009, bertepatan dengan usia 2 bulannya sulung saya, Destin. Ia bukan wanita yang lembut. Cenderung ceplas-ceplos karena hidupnya pun bergulung sedemikian cepat. Sangat sabar namun mudah marah. Tentu saja. Usianya telah senja. Ketika sakit tak reda dirasa, kesabaran menjadi hal yang kadang terlupa. Saya yang merawatnya hanya tersenyum ketika ibu murka. Namun melihat sinar kecewa di mata saya, amarahnya akan mereda dan berkata, "Ojo serek, wong tuo yo ngono. Mengko kowe ngerti yen wes tuo (Jangan sakit hati, seperti itulah orang tua. Nanti kamu akan paham jika sudah tua (karena orang tua sering lupa))" sebagai pengganti kata maaf. "Iya, bu. Tentu saja, anakmu ini segera melupakan amarahmu karena pelita kasihmu selalu menyinari hatiku." Meski jawaban itu tak terdengar di telinganya yang mulai tuli, ia tahu cinta saya padanya. Adakalanya ibu menyesalkan sesuatu yang mengganjal hatinnya ketika berkata, "Kowe anakku seng paling ra' nduwe tapi paling sabar lan ngajeni (Kamu anakku paling tidak punya, tapi paling sabar dan menghormatiku)". Saya tahu ke arah mana percakapannya. Selalu tentang rumah tinggal ibu ini yang sudah dihibahkan almarhum bapak padaku, tetapi sudah secara legal menjadi milik anak kandungnya.

Saya tak meresahkan keresahannya, karena saya sudah memiliki rumah pengganti di Purwokerto. Meski sangat jauh, tetapi saya sudah punya. Pengetahuan ini tak menyurutkan resahnya. "Oh ibu, jangan biarkan resah itu mengganggumu. Anak kesayanganmu ini baik-baik saja."

Anak kesayangan? Ya! saya anak kesayangan ibu. Betapa sering ibu melukai hati anak-anaknya ketika memujiku. Obat saya lebih manjur. Masakan saya memang hanya tempe, tetapi tiap hari ditunggu ibu karena makan berlima. Ibu selalu meminta bantuanku dan memilih menungguku ketika butuh sesuatu. Dengan bercanda ibu berkata, "Kuwi ga enakke dadi wong kere, dikongkon terus. Mangkane ndang sugiho koyo dulur-dulurmu ( Itu tidak enaknya jadi orang miskin, jadi kusuruh terus. Makanya, cepatlah kaya seperti para saudaramu - karena semua anak kandung ibu termasuk kaya, berpangkat dan terpandang di Jepara.)" Saya menjawabnya dengan tertawa juga. Benarkan, ibu saya sering ceplas-ceplos dan doyan bercanda?
Foto ibu dan saya di warung

Mungkin ibu memiliki sedikit sesal di hatinya karena tak bisa membela saya. Mungkin ibu jenuh dengan sakit yang menusuk di seluruh badannya. Mungkin ibu marah dengan kakinya yang harus diseret ketika melangkah. Tetapi ibu sedemikian ngotot berjualan di warung. Ibu tak mau berhenti berjualan. Tiap fajar ibu membuka lapak di warung yang pernah saya tulis di posting tentang asal muasal berdirinya warung blogger. Menjelang siang sampai sore ibu di rumah mbakyu saya yang lokasinya dekat warung. Saya yang mendapat giliran merawat ibu tiap sore - fajar berusaha membantunya menyiapkan makanan dagangannya berupa nasi meniran (semacam nasi lemper) setiap malam. Saya berusaha menambah jatah tidur malam ibu dengan memasak menu ini. Lumayan menambah 2 jam jatah tidurnya. Saya bukan jenis orang yang bisa tidur jam 8 malam dan bangun jam 12 malam. Masakan ibu yang lain dimasak jam 2 - jam 4 fajar. Saya pernah mencoba 2 bulan. Tidur jam 8-9 malam bangun jam 12 malam sampai fajar untuk memasakkan dagangan ibu, badan saya terasa hancur karena saya tidak bisa tidur siang, Serius! Saya tidak bisa tidur siang! :(

Ibu, semoga balasanku untuk cinta tiada akhirmu bisa meringankan derita tuamu. Seandainya kubisa melakukan lebih.. akan kulakukan asal tak mengingkari nuraniku. Maafkan anakmu yang mengecewakanmu ini. Anakmu ini lebih berminat menarik harta melalui jalan yang aman dan menyenangkan meski tak banyak hasilnya. Masih kere katamu, tapi anakmu ini adalah manusia yang kaya arti. Masih berlauk tempe tiap hari tapi tempe adalah makanan kebanggan Indonesia. Seperti itulah anakmu menjadi. Terlihat sepele, namun memiliki arti dan fungsi - meski butuh kacamata khusus untuk melihat kelebihannya. Semoga ibu memahamiku. Tentu saja, karena ibu sangat mencintaiku. Benarkan, IBU? Aku sangat sayang ibu, melebihi semua yang bisa ibu bayangkan.
Dan tangis saya tak lagi bisa saya tahan. Maaf, berhenti di sini.

8 Komentar

  1. Ibu,...masa tua tak menyurutkanmu unt tetap beraktivitas mengisi waktu..

    hepi mother's day buat Ibu mba'susi,....

    BalasHapus
  2. Un Voyage du Coeur itu bahasa apa mak?
    Btw, ibunya tetap fotogenik meskipun sudah tua yah :)

    BalasHapus
  3. Selamat Hari Ibu ^^

    Alhamdulilah ya mbak, Ibunya sudah ke Tanah Suci :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, alhamdulillah. Senang sekali rasanya.

      Hapus
  4. sebentar, mau tanya dulu, artinya Un voyage du coeur itu apa ya? ibu angkatmu itu sakit apa kok jalannya diseret?
    mbak, aku terharu baca cerita ibumu ini. kasih sayang ibu tidak terbatas ya dimana-mana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Un voyage du coeur artinya perjalanan hati, mbak.
      Ibu sakit rematik campur osterioporosis. terlihat banget dari kerapuhan tulangnya dan sakit yang berasal dari dalam (tulang).

      Hapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)