Malam kemarin, secara mendadak saya mengajukan pertanyaan pada 2 wanita tua yang tinggal di pesisir dekat rumah, seusai ngaji di rumah mereka. Entah kenapa tiba-tiba saya ingat mitos tentang duyuk. Mungkin karena pak Ustad yang berceramah malam kemarin menceritakan tentang betapa aman dan tentramnya Jepara. Jauh dari bencana seperti daerah lain.
Saya berkelana terlalu jauh mengingat masa kecil saya yang menemui fenomena tak biasa. Saya hanya ingat sedikit sekali tentang sebuah fenomena menarik ketika saya masih SD. Banyak orang berteriak “Duyuuuuukkk…. Duyuuuukkk….” Sambil mengacungkan tangan ke arah laut.
Mereka yang sudah melihat apa yang dicari akan segera berlari ke rumah. Mencari alat rumah tangga berbahan dari bamboo/kayu yang bisa digunakan seperti layaknya kentongan. Suara “alat kentongan” dan teriakan-teriakan warga riuh rendah menghalau Duyuk kembali ke tengah laut. Apa artinya itu?
Duyuk, konon kabarnya berupa sejenis perahu getek (perahu) dari dedaunan semacam klaras (daun kelapa kering) dan di atasnya ada semacam siwur (gayung dari batok kelapa). Saya sulit menggambarkan karena waktu itu saya samar-samar melihatnya. Ada sesuatu tak biasa mengambang di laut. Jika warga pesisir tidak heboh, saya akan menganggapnya sampah laut.
Seingat saya ada sesuatu mirip lesung (penumbuk padi) dengan siwur menancap di tengah. Saya jadi ingat perahu zaman purba yang dibuat dari sebatang pohon utuh yang dikeruk menyerupai lesung....
Tapi itu hanya ingatan samar-samar.
2 wanita berusia sekitar 70 tahun yang saya tanyai tadi malam sangat terkejut dan berusaha mengingatnya meski susah payah. Memang sudah lama sekali tak terlihat. "Gae mrinding ae" kata mereka sambil mengusap lengan.
Menurut beliau ini, konon katanya, setiap akan terjadi banjir/bencana dari laut, akan terlihat duyuk. Siapapun yang melihat harus segera memberitahu semua warga agar bersama-sama menghalau duyuk kembali ke laut. Para penduduk sekitar akan berteriak-teriak sambil membunyikan aneka bunyi sampai duyuk tak terlihat kembali. Tentu saja warga berdo’a dengan penuh harap dan kecemasan.
Warga sini memiliki kebiasaan jika ombak besar, mereka segera bersiaga di dekat pantai. Ombak besar juga mengancam perahu mereka karena bisa saja rusak. Mereka akan buru-buru mengikat kuat perahu mereka agar tidak saling berbenturan dengan perahu di sebelahnya. Jerat perahu segera diatur sedemikian rupa.
Mitos lain di kalangan nelayan Jepara yang lain saya dengar dari cerita keponakan saya. Ia anak yang rajin dan tak malu menjadi nelayan cadangan kala pekerjaan utamanya sepi. Dan minggu lalu ia dan perahu tempatnya mencari ikan menemukan tornado laut. Dan ia memberitahu saya tentang cara menghalau tornado di laut. Ingin tahu?
Well, agak agak gimana rasanya menjawab. Karena kala diberitahu saya tertawa tak yakin. Ketika saya pastikan berkali-kali, bahkan detailnya, akhirnya saya hanya bisa mendesah, “Yah, namanya adat dan mitos, bagaimana pun tidak logisnya, tentulah dilestarikan.”
Siap tahu? Ada kesan saya memperlama menjawabnya. Hehehe.. Salah satu tips menghalau tornado laut ala nelayan di kampung saya dan sekitarnya (yakin banget, pasti di kota-kota nelayan sekitar Jepara juga begitu) adalah…… seluruh kru perahu/kapal keluar dan membuka seluruh baju. Seluruh baju dalam artian sebenarnya. Tak ada selembar penutup badan. Dan kabarnya tips ini manjur. Tornado di laut bisa sangat menakutkan. Katanya bisa terjadi, beberapa tornado mengelilingi perahu. Dan tornado itu takkan hilang jika masih ada kru perahu yang belum membuka seluruh pakaian. Hii….. takut ah! Kok seperti buatan sang Bhaurekso laut.
Tapi, sekali lagi, itulah mitos sekitar nelayan Jepara. Ada banyaaaak sekali yang pernah saya dengar. Tapi akan saya bagi lain waktu.
-------
Update 20 Maret 2024
Saya tahu kalau sejak dua tahun ini buyuk menjadi isu hangat di kalangan warga Jepara. Buyuk atau duyuk? Kalau secara konteks, mengacu ke hal yang sama, yaitu "pertanda bencana dari laut". Hanya saja di sini saya menyebut duyuk dengan bentuk khusus berupa daun menyerupai klaras berbentuk perahu getek dan ada siwur yang mengingatkan kita pada sesosok mirip manusia dari jauh.
Buyuk yang viral berupa pohon rembulung yang mengambang di laut. Tahun lalu ada yang mungkin maksudnya membuat visualisasi demi konten, menyertakan aneka sesajen dan bebungaan.
Peristiwa pohon rembulung hanyut ke laut sebenarnya adalah sesuatu yang sangat wajar. Debit air yang tinggi serta kecepatan laju menuju laut sangat mungkin membuat banyak pohon di sekitarnya roboh dan hanyut terbawa derasnya air sungai.
Karena sangat wajar terjadi dan pasti akan terjadi setiap kali curah hujan sangat tinggi maka ia tak bisa dijadikan tetenger akan datangnya bencana.
Jujur saja saya agak-agak risih saat menambahkan ini. Tapi saya pandang perlu juga, karena duyuk (atau bolehlah disebut buyuk) merupakan bentuk kearifan lokal warga Jepara. Sebuah tradisi lisan untuk mitigasi bencana. Beberapa kota memiliki tradisi lisan yang berfungsi sebagai mitigasi bencana seperti di Aceh dulu, yang secara ajaib menyelamatkan ribuan nyawa yang ada di pintu gerbang tsunami. Atau seperti tradisi lisan di Kudus untuk melindungi hutan dari kepunahan.
Jadi tidak bisa sembarangan dikatakan muncul buyuk di lokasi tertentu dan banyak membuat heboh atau malah banyak yang akhirnya menjadi antipati tak lagi memegang ajaran nenek moyang ini.
Saya juga perlu membuat disklaimer bahwa saya tidak menjamin kenangan saya tentang duyuk di Jepara yang saya buat 11 tahun lalu benar-benar akurat seperti itu. Seperti di pembuka, saya bertanya pada dua perempuan sepuh berusia 70 tahun yang menjawab dengan kondisi ketakutan.
Kalau artikel ini menarik, silakan eksplor informasi seputar Jepara ala Susindra.
8 Komentar
Salam Mba Susi,
BalasHapusSekali lagi terima kasih sudah meramaikan GA pertamaku ya...
Pemenangnya sudah diumumkan :)
Oke mbak.
HapusIdiiih kok ada-ada aja sih cara mengusir tornado.
BalasHapusHahahaha..... bacanya aja malu dan geli ya mbak.
Hapuswkwkwk kl buka baju kyk gitu, kayaknya gak cuma tornado, Mbak. Yg ngeliat juga takut :D
BalasHapusHahaha.... iya mbak. aku juga takut.
Hapusooh gitu, jd para nelayan tu pd buka baju toh kalo ada tornado :D
BalasHapusTapi logis jg si klo ada duyuk kosong mengambang itu menandakan ada bencana..
mungkin saja pengguna datuk tersebut terkena bencana di laut, misal tornado. Dan akhirnya tinggal dayuk nya doank yang tersisa dan akhirnya dayuk nya sampai ke pantai :o
suwe ora jamu.. jamu godong kelor..
BalasHapussuwe ora ketemu, ketemu pisan ceritane horor
Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)