Judulnya serem, ya.... Padahal aslinya saya mau nulis yang ringan-ringan saja tentang kematian. Mungkin karena saya menganggap kematian bukanlah hantu yang ditakuti. Kematian mempunyai wujud nyata yang pasti akan menyambangi kita, siap atau tidak siap. Jadi saya hanya berusaha mencintai segala milik saya karena Allah.
Jika diambil dari saya, saya harus siap. Dan Allah telah mengajarkan banyak jalan menuju keikhlasan. Seperti saya yang sudah menerima dengan ikhlas "bagian" saya di dunia yang sering tak berperasaan. Beragam nyeri, ngilu dan tangis berhasil saya lewati dalam tawa.
Saya yang sudah berhasil mengikhlaskan banyak harta milik saya diambil orang (meski wujudnya pinjam, tapi saya sadar ituah cara Allah mengambil rejeki yang "bukan"milik saya dan semoga Allah mencatatnya sebagai sodaqoh). Saya sudah belajar banyak.Saya sudah berhasil menertawakan duka agar menemukan rasa syukur di setiap cobaan dan ujian Allah. Rasa sakit yang ikhlas kita terima bisa meleburkan dosa.
Jika diambil dari saya, saya harus siap. Dan Allah telah mengajarkan banyak jalan menuju keikhlasan. Seperti saya yang sudah menerima dengan ikhlas "bagian" saya di dunia yang sering tak berperasaan. Beragam nyeri, ngilu dan tangis berhasil saya lewati dalam tawa.
Saya yang sudah berhasil mengikhlaskan banyak harta milik saya diambil orang (meski wujudnya pinjam, tapi saya sadar ituah cara Allah mengambil rejeki yang "bukan"milik saya dan semoga Allah mencatatnya sebagai sodaqoh). Saya sudah belajar banyak.Saya sudah berhasil menertawakan duka agar menemukan rasa syukur di setiap cobaan dan ujian Allah. Rasa sakit yang ikhlas kita terima bisa meleburkan dosa.
Tema kematian ini mencuat lebih dahulu sebelum posting lanjutan tentang sunat Destin. Kemarin ketika membuka posting Destin Sunat saya menemukan artikel kematian versi Destin melalui linkwithin. Widget yang satu ini memang jadi andalan saya dalam menemukan postng-posting lama. Hanya butuh 5 menit tuk pasangnya. Jika sobat sudah log in di account blog yang ingin dipasangi likwithin.
Saya memang sedang rindu sekali dengan sulungku ini. Ia tambatan hatiku, seperti halnya suami dan Binbin, anak keduaku. Baru terpisah dengannya sebentar saja, saya sudah teringat terus padanya. Pada kekritisan pertanyaannya, dan kebiasaan diskusi kami. Dia memang tak termasuk anak pintar - atau kami yang tak menitikberatkan pada nilai. Dia menguasai materi dan pengembangannya di kehidupan sehari-hari, itu sudah cukup bagi kami. Bisa jadi karena papa-mama Destin adalah lulusan keguruan dan kami berdua share pikiran aneh kami. :v
Posting kematian ala Destin ini bisa jadi sama seperti kematian versi anak TK atau SD. Bercerita tentang kebiasaan Destin yang kala itu masih berumur 5 tahun, ia sering menghubungkan banyak hal dengan kematian. Saya lupa berapa kali ia menghubungkan kehidupan sehari-hari dengan kematian. Saya selalu sabar melayani ketakutan-ketakutan dan pandangan kritisnya tentang kematian. Dari banyaknya diskusi nyrempet inilah saya menemukan kematian versi saya dan saya tulis di posting yang lain. Kematian versi saya ini memang tak lazim tetapi semoga bisa membantu mengikhlaskan kehilangan yang mungkin sobat rasakan.
Kelihatannya saya cukup berhasil meredakan ketakutan Destin tentang kematian karena ia tak lagi mengkhawatirkannya. Apalagi ia suka sekali dongeng islami. Baru 2 minggu lalu saya dibuat tertawa terbahak ketika Destin membicarakan kematian lagi. Tidak tepat dikatakan kematian versi anak seperti yang lalu, lebih kepada kepolosan anak SD saja. Ceritanya, di laptop ada game Lemonade Tycoon. Ia suka game ini. Dan ia ingin pinjam laptop. Saya sedang asyik menulis ketika keinginan itu muncul. Destin mendatangi saya dan bertanya, "Mama, jika mama sudah di alam barzah, mama tak butuh laptop. Laptopnya boleh buat aku?" Hahahaha... saya langsung tertawa sambil mengacak rambut cepatnya. "Kalo mau pinjam, bilang saja. Tak perlu menunggu mama meninggal. Kalo itu terjadi, semoga kamu sudah punya laptop lagi yang lebih baru dan lebih bagus. Beri mama waktu 30 menit untuk menyelesaikan tulisan mama." Dan saya pun melanjutkan menulis posting Menyemai cinta DnB Susindra
Anak-anak selalu punya cara dan kepolosan yang bisa membuat kita marah, jengkel, sedih, bahaga, bangga, bahkan tertawa. Tergantung cara kita menerima kepolosan mereka.
Di lain posting, saya pun pernah membagi kematian versi klien saya. Kematian versi pembalap. Ia mengalami sendiri dan menceritakannya. Karena ia berbahasa Perancis, bisa jadi pemahaman saya akan ceritanya masih di bawah 80%. Tetapi cukuplah untuk memahami kematian versi pembalap. Mungkin sobat pernah mendengar pembalap Belgia yang terkenal bernama Bernard Dhetier. Saya menemukan cukup banyak artikel dan videonya di google. Ia pernah jadi klien saya sebagai guide maupun pembeli mebel. Kebetulan saya bisa berbahasa Perancis dan lumayan lancar. Beberapa kali kami tour de Java selama 7-10 hari untuk mencari handicraft dan furniture unik. Ia share tentang cara mengatasi ketakutan akan kematian yang mengantarkannya pada puncak prestasi sebagai perally internasional. Dan itu diawali dengan kematian yang nyaris merenggutnya. Ketika sedang berlatih, mobilnya melewati jalan yang sedikit tak rata dan langsung membuat mobilnya melayang dan terbalik. Mobil turun ke lembah dan mendarat di jalur kereta api. Navgatornya masih pingsan ketika sebuah kereta api menghantam mobil mereka. Hanya ada sedikit waktu untuk meloncat dari mobil. Telapak tangan kanannya hancur. Ia trauma berat. Namun butuh 3 tahun untuk membuatnya kembali menjadi perally. Ia tak hanya mengalahkan kematian. Ia bahkan memakai kematian itu untuk belajar. Ia mendesain mobil khusus yang mengantarkannya pada karier sekarang, ia belajar lebih aware dan bersahabat dengan jalan, dan ia berhasil. Tak bisa saya bayangkan, hanya satu lubang kecil bisa mengantar seseorang pada kejatuhan atau kemenangan. Luar biasa.
Itulah sedikit share saya tentang kematian versi saya, versi anak TK saya, dan versi pelanggan saya. Semoga bisa menjadi tips mengatasi rasa sakit karena kematian sanak-saudara. Semoga bisa menjadi tips mengikhlaskan kehilangan kita, dan semoga bisa menjadi tips mengatasi rasa takut pada kematian. Sekali lagi, Kematian itu ada dan nyata. Bersiaplah menyambutnya.
9 Komentar
hahahha ternyata cuma pengen injam laptop. Destin gemesin, deh :D
BalasHapusBanget mbak Myra. Celetukkannya lucu-lucu dan kadang bikin ortu ngakak. Kalo ortu ain marah ga yah, anaknya ngomong gitu?
BalasHapusMas Indra Ejawantah: Aamiin.... semoga saja ia tertarik ngeblog dan belajar mendapat uang dari sini.
Kematiaan...
BalasHapusselalu ngeri untuk dibicarakan ketika kita berlumur dosa...
saya selalu penasaran bagaimana rasanya saat nyawa dicabutdari raga, kena pisau saja meringis....
Polosnya anak-anak ya mba.....Selamat menjalankan Ibadah Puasa ya Buat Mba susi dan keluarga.
BalasHapusiya, kematian itu ada dan dekat.
BalasHapussayangnya aku kok belom siap menyambutnya ya Mbak....
hiks
Destin kalau mau pinjam laptop sekaranga aja gak usah nunggu nanti :)
BalasHapusDihas: Mungkin benar adanya, tapi tak harus alasan itu. Ini hanya masalah kesiapan saja.
BalasHapusMbak Fitri: Iya, mbak. Banyak yg salah mengartikan kepolosan macam ini dengan hal negatif.Saya hanya memaknainya dengan ketidaktahuan dan keingintahuan saja. Celoteh macam ini adalah hiburan keluarga.
Elsa: Terkadang butuh waktu lebih lama lagi. :)
BalasHapusMbak Lidya: Hahaha... anak itu memang benar2.... memang beberapa waktu lalu kami diskusi tentang alam barzah. Seperti saya singgung, anak ini suka dongeng Islami, dan ia sering peka terhadap beberapa hal dan mengajak saya mendiskusikannya.
Aduuh, memang kematian sudah ada waktunya tersendiri sih ya, Bun. Tapi koq, ya. Tetap saja aku belum siap. Hihihihi
BalasHapusDestin lucuu, ambil saja laptonya. :D
Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)