Destin sudah sunat tanggal 23 Juni 2013 kemarin. Anaknya saja sudah melakukan hobinya, pergi memancing atau menyerok ikan, atau sekedar jalan-jalan naik sepeda kesayangannya. Tetapi saya masih belum siap menceritakan kisahnya. Masih merinding disco. Saya tidak takut darah, sebenarnya. Tetapi saya takut pada luka. Aneh sekali melihat luka seseorang, entah kenal atau tidak, bisa membuat saya ngilu. Sering sekali dulu, di kampus, saya merasa ngilu meluhat luka terkena pisau teman-teman. Jaman kuliah dulu kan selalu saja ada kisah seperti ini, karena dipaksa harus memasak sendiri. Seorang teman mengatakan, ini gift. Saya hanya tersenyum. speechless. Tetapi, meski ngilu, saya tetap tega dan bisa mengurus luka seseorang. Rasa asih bisa mengecilkan rasa ngilu. Aneh, kan?
Karena banyak teman blogger bercerita tentang sunat, saya pengen ikut membagi pengalaman luar biasa ini. Dimulai dari tanggal 19 Juni. Destin pulang sekolah dan berkata, "Ma, di sekolah ada sunat massal. Boleh ikut, ma?" Topik sunat ini sudah sering dibicarakan Destin. Ia begitu ingin sunat. Beragam manfaat sunat ia beberkan setelah mendapat wejangan dari Kepseknya. Meski prestasi belajar Destin termasuk rata-rata bawah, tetapi ia akrab sekali dengan kepseknya. Idola banget, deh. Ia suka sekali dongeng, dan kepseknya suka sekali mendongeng. Terutama dongeng Islami. Beragam manfaat sunat ia kemukakan, termasuk agar ia bisa menjadi imam sholat, merasa sempurna menjadi orang muslim. Dooh... anak mama ini.....
|
Si hitam manis ganteng sebelum di sunat |
Saya pun ke sekolah tanggal 20 juni. Ternyata memang benar. Ada sunat massal tanggal 23 Juni. Hanya punya waktu 3 hari untuk siapin mental, siapin rumah, siapin dana, siapin keluarga yang kaget dan marah, serta... selesaikan order flanel. Rasanya....... Subhanallah.... Ini rasa yang akan sulit lupa meski saya pelupa. Trah Muzali, Trah Mawardi dan Trah Sutadiwirya tak ada yang disunat massal. (FYI, keluarga saya ada banyak karena saya anak angkat di Trah Muzali). Apalagi, menurut mereka, Destin masih terlalu kecil untuk sunat. Baru 8 tahun. Kalo dipestakan akan seperti niat mencari uang. Untuk alasan yang ini, kami senyum2 saja. Kami memang tak berniat mempestakan. Ada 2 kakeknya yang sudah janjiin pesta sunatnya. Karena banyak hal tidak jadi dipestakan, menurut kami tak jadi masalah. Pesta sunat bukan hal wajib dan tak perlu dipaksakan. Saya dan suami yang memang termasuk orang berfikiran simple, tak terlalu memikirkan hal-hal kecil (yang mungkin menjadi hal besar bagi keluarga. :D)
|
Enaknya sunat bareng teman-teman. Ada 15 anak yang sunat hari itu |
Waktu tiga hari itu kami manfaatkan sebaik kami bisa. Ada rasa "..." dikit karena rasanya kami ini sedang merantau dimana dan tak punya keluarga dekat. Tak ada yang support. Tapi kami lalui seperti biasa. Sampai tibalah pada hari H. Saya baru merasa "ngilu" dan grogi ketika mengambil antrian. Apalagi ketika menit-menit prosesi sunatnya. Lemeeesss..... ngilu.. beruntung ada Binbin. Dengan dalih menjaga Binbin, saya tak menemani Destin menuju ruang operasi. Sayang, begitu menyadari kakaknya Destin tidak ada, Binbin langsung mencari Destin. Ketika itulah saya langsung merasa bangga. Banyak yang menyalami saya dan mengatakan, "Anaknya pemberani sekali. Masih kecil tetapi tabah ya. Anteng banget." Beberapa ibu/bapak menyatakan kekaguman karena sedari tadi banyak yang menangis atau meronta-ronta. Cess... serasa diguyur air dingin karena bangga. Bahkan saat pulang pun Destin tetap tersenyum dan jalan kaki sendiri menuju mobil. Bravo Destin!
|
Lihat kebahagiaannya menyambut fase baru |
Ketika masuk ke ruang tunggu, saya baru paham. ternyata ada 2 kamar operasi dengan 2 metode. Metode konvensional dan sunat laser. Destin dapat yang metode konvensional. Saya yang tak paham dan tak sempat cari informasi, hanya ngikut saja. sampai di rumah baru saya paham bedanya. Tetapi saya tetap tidak paham mengapa banyak orang tua yang tidak mau sunat laser.
Sampai di rumah ia tetap kalem-kalem saja. Main, makan, nonton TV. Saya juga sudah lupa dengan rasa ngilu itu. Beberapa saudara dan tetangga yang datang bertanya, itu beneran sunat atau tidak? Kok pakai celana pendek? Anak sekarang... kan lebih enak dari jaman dulu. Ada celdam sunat. Anak bebas meski memakai metode sunat konvensional.
Sudah panjang banget, nih. Lanjut ke Pasca Destin Sunat ya....
11 Komentar
Pintaaar, Destin emang pintar ;)
BalasHapusMamanya yaahh yg ketar ketir sebelum anaknya disunat, hehehh
sepertinya liburan kenaiakan kelas ini banyak dimanfaatkan untuk Sunat yaah... Minggu lalu juga 2 ponakanku disunat, sempat nangis katanya waktu biusnya udah habis, heheheeh nyeri.
Alhamdulillah ponakanku wis sunat.. santai Le, ora masalah ga ada ramai-ramai, macam Uncle sunat dulu juga sepi. sing penting tugel hehe
BalasHapusDiah, makasih ya...
BalasHapusUncle: Yo wes, seng penting tugel. huahahahaha...
Selamat Destin, selamat mbak Susi. Satu fase sudah dilewati. Semoga lekas pulih kembali.
BalasHapusSelamat buat Destin yg sdh sunat :D
BalasHapusmakin rajin ibadahnya ya sayang
jadi ingat waktu dulu saya disunat...
BalasHapustp tenang, disunat gak mempengaruhi ukuran kok...
hahhaa...
UUUPSS....!!
Allhamdulillah Destin ganteng sudah di sunat ya, makin ganteng & jadi anak sholeh ya
BalasHapusalhamdulillah Destin juga udah sunat. Selamat, ya. Hebat, deh. Semoga semakin jd anak yg shaleh, ya. Aamiin
BalasHapusMbak Niken & Jiah: Terima kasih... semoga do'anya terkabul ya..
BalasHapusDdon : Sudah sejak kelas 1 SD mintanya. Kutunda2 karena belum siap.
BalasHapusDihas Enrico: Hahahaha.... Bisa aja....
Mbak Lidya & mbak Myra:Alhamdulillah sudah. Kita punya pengalaman yang hampir sama, ya. TOS!
selain ibadah, sunat untuk menunjukkan lambang kejantanan. anak kedua sya, laki, disunat usia dua bulan. saat sedang lucu2nya, dan pengen gerak ke sana ke mari, sukurnya cepet sembuh
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)