Hari ini saya bermain solitaire lagi karena latah dengan Giveaway Pribadi dan Mandiri yang digagas mbak Nique & mbak Imelda. Setelah saya bermain 3 kali berturut-turut dan kalah telak baru sadar bahwa option-nya masih game Vegas dan draw 3. Hoho... mungkinkah karena itu saya kalah? Padahal dulu saya cukup mahir game ini. Langsung saya rubah pengaturannya ke standar terendah. Draw 1, skoring standard (saya merasa gengsi jika memakai draw 1 skoring none, hehe). Dan mulailah saya bermain kembali. Apa yang terjadi? Saya mulai bermain kembali dan kalah. Kali kedua baru saya sadar. Ternyata saya bermain solitaire ala freeCell. Saya mengira semua kartu akan naik sendiri secara otomatis setelah terkumpul dari K - As.Saya yang sangat pelupa. :D Setelah ingat cara bermainnya, tentu saja langsung menguasai permainan kembali. Hehe ("Menang... menang.. menang... teriak Binbin kegirangan")
Solitaire dan Sendiri Ala Susindra |
Dulu saya suka sekali game ini. Ketika komputer masih pentium 1 dan 2, serta minim game. Solitaire adalah game kartu sederhana yang sebenarnya menekankan pada taktik. Tak percaya? Cobalah bermain solitaire dan bermainlah menggunakan taktik dan lihat hasilnya. Tidak secara instan, ya. Saya masih ingat bagaimana pengaruhnya pada otak saya dalam memilih-milih mana dulu yang harus dilakukan setelah terbiasa memainkan game Solitaire, Spider Solitaire dan FreeCell. Saya termasuk mereka yang percaya bahwa bermain game secara sehat juga berarti menstimulasi otak. Jika sudah terlalu banyak, barulah membawa pengaruh buruk (dan tetap saja intinya menstimulasi otak ke arah yang buruk.)
Di kesendirian saya sekarang, saat me time, saya suka membaca buku, ebook, bermain game Farmtown, atau menonton film di komputer. Yang tidak berkaitan dengan komputer adalah menjahit potongan-potongan kain flanel yang menjadi aneka kreasi yang unik dan bernilai jual. Padahal jaman dulu saya suka menulis cerpen dan puisi kala senggang. Kadang dengan kertas, kadang dengan komputer, tak jarang dengan hape. Saya cenderung memilih hobi yang dilakukan sendiri. tak selalu di rumah. Di luar rumah pun demikian. Ketika pikiran suntuk dan butuh energi baru, saya menghentikan angkuta depan rumah dan pergi ke taman baca. Tak selalu membaca. Kadang hanya membuka banyak buku sambil melihat anak-anak bermain di taman. Setelah suntuk menghilang saya segera pulang. Bagaimana lagi. Saya seorang istri dan ibu, tak bolehlah terlalu menuruti hasrat hati. Mungkin karena itu terkadang saya merasa agak terbelenggu dan sulit menulis lagi. Dan saya sekarang minder jika ada lomba menulis puisi. :'(
Ketika kuliah dulu saya punya hobi window shoping sendirian di Citraland Semarang. Tak seperti sahabat saya yang sering mencoba-coba pakaian baru meski tak berencana beli, saya hanya puas dengan melihat-lihat model baru tanpa menengok harganya. Setelah puas saya ke Gramedia dan kembali melihat-lihat buku. Jika ada buku menarik yang telah terbuka, baru saya lesehan dan membaca sampai lupa waktu. Di kali lain, saya bisa ditemukan di tangga depan Matahari Johar, tepatnya dibelakang penjual bunga. Saya akan duduk di sana dan membebaskan khayalan saya. Setiap melihat seseorang, saya berusaha menerjemahkan arti roman mukanya, membayangkan kehidupannya berdasarkan pakaian dan tingkah lakunya. Membayangkan siapa yang menunggu di rumah, siapa namanya, dan lain-lain. Tak jarang saya menulis di note jika ada yang menarik. Karena itulah saya cukup produktif menulis meski belum mengenal komputer.
Dan ketika kuliah dulu, saya baru bisa merasakan arti sendiri yang sebenarnya. Meski bukan anak manja, namun memulai hidup baru sebagai mahasiswa di rantau (hanya 100 km tapi rasanya sudah 2 dunia berbeda). Saya terbiasa melakukan pekerjaan domestik sehingga urusan yang itu tak jadi masalah. Penyesuaian terberat saya adalah berbagi kamar dengan teman. Room mate saya tak bisa tidur jika lampu menyala sementara saya sebaliknya. Jadilah kami agak kurang sreg meski tetap berusaha saling menghormati. Dan mati lampu (semua rumah) pertama saya adalah yang terburuk. Semua gelap gulita. Saya merasa sesak nafas dan langsung keluar kamar. Menangis sendirian di depan rumah sambil menunggu lampu menyala. Rasanya saya berada di kegelapan selama berhari-hari padahal mungkin hanya beberapa jam saja. Pun mati lampu kedua, dan ketiga. Setelah itu saya memastikan memiliki senter agak tidak ketakutan jika mati lampu. Saya tak berani menceritakan pada teman-teman karena takut diolok-olok. Saya putuskan mengatasi sendiri ketakutan saya, dan saya berhasil.
Apakah saya pribadi yang mandiri? Saya harap orang yang mengenal saya akan menyebut saya pribadi yang mandiri. Karena saya memang sering nekat melakukan banyak hal sendiri. Termasuk memanjat genteng, menyeret perabot rumah tiap ingin mendekor ulang. Memiliki suami memang berarti banyak kemudahan - dan saya juga termasuk manja pada suami - namun saya selalu ingat bahwa ketertarikan pertama suami pada saya dulu adalah kemandirian saya, dan saya ingin terus menjaganya. Jadi selama suami bekerja atau lembur saya akan menjadi wanita mandiri dan takkan mengeluh padanya hanya karena anak belu tidur sampai jam 12 malam, anak terluka, atau hal-hal lain yang sekiranya bisa saya lakukan sendiri.
Apakah sahabat tertarik menulis tanteng solitaire, sendiri dan mandiri? Yuk ikuti Giveaway Pribadi dan Mandiri. Syaratnya menjadi anggota warung blogger, menulis di blog dengan judul Solitaire dan sendiri. Info lebih lengkap baca di TKP, ya.
*******
Tulisan ini diikutkan pada perhelatan GIVEAWAY : PRIBADI MANDIRI yang diselenggarakan oleh Imelda Coutrier dan Nicamperenique.
9 Komentar
Saya sampai sekarang malah ora mudheng sama permainan remi tersebut lo Mbak, eh ternyata kesendiriannya Mbak Susi ini patut ditiru, suka membaca hehe sip
BalasHapusSemoga berjaya di kontesnya Kak Ni dan Mbak Imelda Mbak Susi
Memanjat genteng? Hihihi...
BalasHapusSukses kontesnya ya mbak xD
@Mbak Nicamperenique : Terima kasih, ya...
BalasHapus@Sofyan: Makanya saya kelabakan ketika "dihukum" mata sakit & kepala pusing tiap kali lihat monitor komputer.
Saleum,
BalasHapusSaya sudah mosting GA nya mbak nique lho mbak, jika ingat maen soliter ini terkadang sempat pusing 8 keliling pas mentok gak bisa diapa-apain lagi, hehehe
Susah kalau teman sekamar maunya beda dengan kita ya,
BalasHapusPernah harus ngotot dgn teman yg terbiasa tidur dengan TV menyala dan lampu terang, sedangkan kami bertiga tak mau ,
Yg menang udah pasti yg banyakan dong, he..,he..
kalau tidur malam lampunya nyala atau mati mbak?
BalasHapuskalo sya dgn game knp ya gag terlalu "ngeh"...lebih suka kalo jenuh dengarkan musik..
BalasHapusbtw mb Susie phobia dengan gelap ya...kalo sya justru lebih suka tidur dalam keadaan lampu mati, soalnya mata jadi cepat terpejam.
saya juga suka game ini Mbak, diantara game bawaan komputer keknya cuma ini yg menarik hati.
BalasHapusweew salut buat Mbak yg sampe manjat genteng dan menyeret perabot gitu, *thumbs up*
anak2ku juga pada takut kalo gelap...makanya kalo mati lampu malam2 suka senewen sendiri...soale anak2 pasti langsung tidur...untunglah hapeku ada senternya...jd klo mati lampu langsung pake senter itu...dan anak2 jd ngga takut lagi....
BalasHapussukses utk kontesnya mbak....smoga menang
Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)