Blindness: Ketika Negeri tanpa nama dilanda kebutaan
Details
ISBN: 9789791238238
Author: Saramago
Language: INDONESIA
Date Published: Maret 2008
Type: SOFT COVER
No. of Pages: 452
Dimensions (cm): 14 x 20.5
Novel Blindness terbit pertama kali dalam bahasa Portugis pada tahun 1995 dengan judul Ensaio sobre a cegueira dan menjadi best seller dunia. Novel yang luar biasa ini mengantarkan pengarangnya Jose Saramago mendapat anugerah nobel sastra pada tahun 1998 serta mengukuhkan kedudukan Saramago sebagai sastrawan kelas dunia. Garis besar ceritanya seperti di bawah ini:
Sebuah kota tanpa nama tiba-tiba dikejutkan dengan kebutaan mendadak seorang pria. Kebutaan ini menular ke banyak penduduk lain dan akhirnya ke seluruh Negara. Kepanikan massal terjadi karena banyak kecelakaan terjadi. Pesawat terbang jatuh, bis penuh penumpang bertabrakan. Semua panik tanpa tahu bagaimana mengatasinya karena buta aneh ini membuat para korbannya hanya melihat warna putih. Berbeda dengan kebutaan normal yang membuat korban hanya melihat kelammnya hitam.
Tindakan pertama adalah mengarantina semua korban buta di dalam sebuah RSJ dengan dijaga ketat tentara. Tak ada jalan keluar karena para tentara tak segan menembak mati mereka. Suply makanan diberikan untuk memudahkan hidup korban buta. Tak ada yang tahu bahwa diantara penghuni RSJ ada seorang wanita yang hanya mengaku buta demi menjaga suaminya, si dokter mata. Kita sebut saja tokoh ini sebagai istri dokter
Di kondisi apapun, celah kriminal tetap ada. Sekelompok orang jahat dengan dibantu orang buta sungguhan menguasai rumah sakit dengan sepucuk pistol. Mereka menjarah makanan dan memaksa penghuni lain membayar makanan mereka. Ketika tak ada lagi barang berharga, mereka harus membayar makanan dengan wanita. Semua ini membuat RSJ menjadi cheos dan terjadi pemberontakan. Seorang wanita yang tidak terima dirinya menjadi pelacur demi makanan mendatangi sarang penjahat dan membakar RSJ. Semua yang selamat baru menyadari bahwa RSJ tak lagi dijaga tentara karena semua orang telah buta!
‘Dokter mata dan istrinya’, ‘orang buta pertama dan istrinya’, ‘anak laki-laki bermata juling’, ‘gadis berkacamata hitam’, dan ‘pria bertampal mata hitam’ menjadi satu rombongan dengan misi menemukan rumah dokter mata serta menetap di sana.
Mereka sampai di pusat kota yang telah sepenuhnya lumpuh. Tak ada listrik maupun air karena semua orang telah buta. Mereka yang tiba-tiba buta di jalan tak berhasil menemukan rumah mereka kembali dan menjadi gelandangan. Kotoran, sampah, dan mayat dimana-mana. Penjarahan terjadi dimana-mana karena insting dasar manusia adalah mempertahankan diri.
Akhirnya rombongan sampai di rumah dokter dan mereka hidup bahagia. Semua bersyukur bahwa dengan setitik cahaya, yaitu penglihatan istri dokter, mereka dapat hidup jauh lebih baik daripada semua korban buta yang lain. Di depan nyala redup sebuah lilin masing-masing menyatakan rasa bersyukur mereka atas anugerah yang mereka dapatkan.
Novel yang sangat luar biasa dan menikam sisi kemanusiaan saya hingga merenungkannya. Inikah sosok terkelam manusia? Inikah insting alamiah manusia yang selalu beradaptasi secara luar biasa terhadap kekurangannya? Lebih jauh lagi saya berusaha merenungkan mengapa penglihatan yang diambil? Mengapa bukan indera yang lain? Dan memang benar, penglihatan jauh lebih vital daripada indera lain. Jika indera pendengar, peraba, pengecap, ataupun pembau yang diambil, manusia masih bisa hidup “normal” tanpa cheos massal seperti sekarang. Dan tokoh luar biasa dihadirkan dalam bentuk wanita sederhana yang bahkan kurang pandai memasak. Namun wanita inilah yang menjadi "cahaya" bagi para korban buta lainnya dan sedikit meringankan beban mereka selama di RSJ dengan menyiapkan tali-tali sebagai penunjuk jalan maupun membersihkan kotoran yang berserakan di RSJ. Semua itu demi rasa cintanya pada suaminya, si dokter mata.
Novel ini memang tidak memberi nama pada semua tokoh maupun setting. Hanya sebutan ‘Dokter mata', 'istri dokter mata’, ‘orang buta pertama', 'istri orang buta pertama', ‘anak laki-laki bermata juling’, ‘gadis berkacamata hitam’, dan ‘pria bertampal mata hitam’. Pun tokoh-tokoh lain juga hanya diberi nama sesuai ciri mereka.
Meski dari cover terkesan novel berat, namun Blindness termasuk novel yang enak dibaca karena gaya penulisan untuk edisi terjemahan Indonesia telah diadaptasi dengan baik oleh penerjemahnya yaitu Arif Bagus. Sayang sekali cover edisi bahasa Indonesianya sama sekali tidak memuaskan karena bergambar seorang wanita tanpa mata. Sekilas para pembeli akan mengira buku ini buku bergenre horror. Akan jauh lebih baik jika covernya disamakan seperti edisi bahasa Inggrisnya yang lebih enak dilihat seperti ini.
Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca karena menggali sisi psikologi manusia secara apik dan menyadarkan kita betapa besar anugerah Allah yang kita terima meski tidak kita sadari keberadaannya serta membayangkan apa yang terjadi jika satu saja nikmat itu diambil dari kita. Kita pun tak perlu mengerutkan kening untuk memahami apa yang diceritakan Saramago karena gaya penulisannya yang enak dibaca. Dan jangan lupa untuk menunggu seri terjemahan Indonesia untuk sekuel-nya ‘Seeing’ yang telah terbit pada tahun 2004. Tak sabar menunggu? Mengapa tidak membaca edisi bahasa Inggrisnya saja?
Details
ISBN: 9789791238238
Author: Saramago
Language: INDONESIA
Date Published: Maret 2008
Type: SOFT COVER
No. of Pages: 452
Dimensions (cm): 14 x 20.5
Novel Blindness terbit pertama kali dalam bahasa Portugis pada tahun 1995 dengan judul Ensaio sobre a cegueira dan menjadi best seller dunia. Novel yang luar biasa ini mengantarkan pengarangnya Jose Saramago mendapat anugerah nobel sastra pada tahun 1998 serta mengukuhkan kedudukan Saramago sebagai sastrawan kelas dunia. Garis besar ceritanya seperti di bawah ini:
Sebuah kota tanpa nama tiba-tiba dikejutkan dengan kebutaan mendadak seorang pria. Kebutaan ini menular ke banyak penduduk lain dan akhirnya ke seluruh Negara. Kepanikan massal terjadi karena banyak kecelakaan terjadi. Pesawat terbang jatuh, bis penuh penumpang bertabrakan. Semua panik tanpa tahu bagaimana mengatasinya karena buta aneh ini membuat para korbannya hanya melihat warna putih. Berbeda dengan kebutaan normal yang membuat korban hanya melihat kelammnya hitam.
Tindakan pertama adalah mengarantina semua korban buta di dalam sebuah RSJ dengan dijaga ketat tentara. Tak ada jalan keluar karena para tentara tak segan menembak mati mereka. Suply makanan diberikan untuk memudahkan hidup korban buta. Tak ada yang tahu bahwa diantara penghuni RSJ ada seorang wanita yang hanya mengaku buta demi menjaga suaminya, si dokter mata. Kita sebut saja tokoh ini sebagai istri dokter
Di kondisi apapun, celah kriminal tetap ada. Sekelompok orang jahat dengan dibantu orang buta sungguhan menguasai rumah sakit dengan sepucuk pistol. Mereka menjarah makanan dan memaksa penghuni lain membayar makanan mereka. Ketika tak ada lagi barang berharga, mereka harus membayar makanan dengan wanita. Semua ini membuat RSJ menjadi cheos dan terjadi pemberontakan. Seorang wanita yang tidak terima dirinya menjadi pelacur demi makanan mendatangi sarang penjahat dan membakar RSJ. Semua yang selamat baru menyadari bahwa RSJ tak lagi dijaga tentara karena semua orang telah buta!
‘Dokter mata dan istrinya’, ‘orang buta pertama dan istrinya’, ‘anak laki-laki bermata juling’, ‘gadis berkacamata hitam’, dan ‘pria bertampal mata hitam’ menjadi satu rombongan dengan misi menemukan rumah dokter mata serta menetap di sana.
Mereka sampai di pusat kota yang telah sepenuhnya lumpuh. Tak ada listrik maupun air karena semua orang telah buta. Mereka yang tiba-tiba buta di jalan tak berhasil menemukan rumah mereka kembali dan menjadi gelandangan. Kotoran, sampah, dan mayat dimana-mana. Penjarahan terjadi dimana-mana karena insting dasar manusia adalah mempertahankan diri.
Akhirnya rombongan sampai di rumah dokter dan mereka hidup bahagia. Semua bersyukur bahwa dengan setitik cahaya, yaitu penglihatan istri dokter, mereka dapat hidup jauh lebih baik daripada semua korban buta yang lain. Di depan nyala redup sebuah lilin masing-masing menyatakan rasa bersyukur mereka atas anugerah yang mereka dapatkan.
Novel yang sangat luar biasa dan menikam sisi kemanusiaan saya hingga merenungkannya. Inikah sosok terkelam manusia? Inikah insting alamiah manusia yang selalu beradaptasi secara luar biasa terhadap kekurangannya? Lebih jauh lagi saya berusaha merenungkan mengapa penglihatan yang diambil? Mengapa bukan indera yang lain? Dan memang benar, penglihatan jauh lebih vital daripada indera lain. Jika indera pendengar, peraba, pengecap, ataupun pembau yang diambil, manusia masih bisa hidup “normal” tanpa cheos massal seperti sekarang. Dan tokoh luar biasa dihadirkan dalam bentuk wanita sederhana yang bahkan kurang pandai memasak. Namun wanita inilah yang menjadi "cahaya" bagi para korban buta lainnya dan sedikit meringankan beban mereka selama di RSJ dengan menyiapkan tali-tali sebagai penunjuk jalan maupun membersihkan kotoran yang berserakan di RSJ. Semua itu demi rasa cintanya pada suaminya, si dokter mata.
Novel ini memang tidak memberi nama pada semua tokoh maupun setting. Hanya sebutan ‘Dokter mata', 'istri dokter mata’, ‘orang buta pertama', 'istri orang buta pertama', ‘anak laki-laki bermata juling’, ‘gadis berkacamata hitam’, dan ‘pria bertampal mata hitam’. Pun tokoh-tokoh lain juga hanya diberi nama sesuai ciri mereka.
Meski dari cover terkesan novel berat, namun Blindness termasuk novel yang enak dibaca karena gaya penulisan untuk edisi terjemahan Indonesia telah diadaptasi dengan baik oleh penerjemahnya yaitu Arif Bagus. Sayang sekali cover edisi bahasa Indonesianya sama sekali tidak memuaskan karena bergambar seorang wanita tanpa mata. Sekilas para pembeli akan mengira buku ini buku bergenre horror. Akan jauh lebih baik jika covernya disamakan seperti edisi bahasa Inggrisnya yang lebih enak dilihat seperti ini.
Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca karena menggali sisi psikologi manusia secara apik dan menyadarkan kita betapa besar anugerah Allah yang kita terima meski tidak kita sadari keberadaannya serta membayangkan apa yang terjadi jika satu saja nikmat itu diambil dari kita. Kita pun tak perlu mengerutkan kening untuk memahami apa yang diceritakan Saramago karena gaya penulisannya yang enak dibaca. Dan jangan lupa untuk menunggu seri terjemahan Indonesia untuk sekuel-nya ‘Seeing’ yang telah terbit pada tahun 2004. Tak sabar menunggu? Mengapa tidak membaca edisi bahasa Inggrisnya saja?
*******
Artikel ini diikutsertakan pada Book Review Contest di BlogCamp “
21 Komentar
Kalo edisi bhs inggris plng cm saya liat doank mbak hehe
BalasHapusSaya telah membaca dengan cermat artikel sahabat.
BalasHapusSaya catat sebagai peserta
Terima kasih atas partisipasi sahabat
Salam hangat dari Surabaya
Waaah... bayangin kalau dibikin film pasti keren banget..
BalasHapusmulai berpikir masukin ini buku ke list yang mau dibeli tahun depan heheh
Wow...novel yg menggambarkan sisi gelap manusia ya, seru keknya mba Sus.
BalasHapusGudlak ngontesnya yaa ;)
covernya seram tapi isinya bagus ya mbak.lagi gak mood ngontes nih mbak.dukung mbak susi aja deh :)
BalasHapusIya ya Mbak kadang cover itu menipu, maka kita tak boleh menilai hanya dengan lihat cover ya Mbak ;)
BalasHapusSucses ya Mbak...
Mbak Tarry: Edisi bahasa Indonesianya sudah terbit, malah lebih enak dibaca.
BalasHapusPakde Cholik: Terima kasih pakde.
Amelia @Pagi2buta: Filmnya sudah dibuat 2 tahun lalu namun hanya sempat diekspos di "JUST ALVIN" karena larang-tayang di Indonesia. Penggambaran penduduk butanya sedemikian vulgar hingga banyak "nuddies" yang berkeliaran di lorong RSJ (hanya sekilas) atau mereka yang ml di lorong (juga sekilas dan tak sampai menimbulkan b****i. Sangat layak tonton. Pemainnya sangat total.
Mbak Orin: Menggambarkan sisi terbaik dan terburuk manusia jika satu saja inderanya diambil.
BalasHapusBagaimana sekelompok manusia yang tdk saling kenal dapat hidup berkelompok dan menanggung beban bersama. bagaimana mereka tetap mensyukuri nikmat yang mereka dapatkan. Ketika tak ada lagi penghubung dunia luar, dan mereka menemukan radio kecil, mereka menikmati siaran radio dengan segala haru dan bahagia.
Mbak Lidya dan mbak Yunda: terkadang cover bisa menipu dan sekilas jika membaca sinopsis di belakang novel orang akan mengkategorikannya sebagai bacaan berat.
BalasHapusApalagi terjemahan di 41 bahasa lainnya disesuaikan versi aslinya yang tidak memakai tanda baca apapun kecuali titik dan koma. Beruntung versi Indonesia meski dibilang "versi cacat" tetap memakai tanda baca yang lazim. salut buat penerjemahnya.
Iya emang bacaannya kaya yang berat banget 8lihat covernya*..
BalasHapusMakasih ya Mba Sus review nya,jadi tau deh..
iya serem banget covernya mbak...
BalasHapuscalon pembaca jadi ketakutan duluan tuh
Mbak Ncie: Terima kasih ya sudah datang & membaca.
BalasHapusElsa: Yep. Lumayan susah juga carinya di toko buku. Benar2 bukan karya populer meski best seller di internasional.
keren bu,,
BalasHapussehari bisa mereview dua buku,, hihihii,,
dari covernya kayaknya jadi horo gitu ya? heheh
Kebetulan sudah baca semuanya, mas Mabruri. Konsep review sudah ada hanya baru kemarin ada waktu membuatnya. Lagi kejar tayang untuk ikut 2 kontes yang masanya cukup singkat.
BalasHapusTerpaksa beberapa jadwal posting atrtikel dimundurkan demi 2 buku ini. yah.. ikut meramaikan..
Wuah...paling awal nih kirim book review nya, jempol deh sama mam Susi. Saya sudah baca 3 buku, dr dl pengin nulis review nya...duh gak sempet...eh males ding, soalnya beda dengan nulis cerita pengalaman yang cenderung lbh mudah. Kalau nulis book review harus "lebih serius" hehehe cari alasan. Sukses buat kontes book review nya mam :-)
BalasHapuswah mantap...dah ikutan book review ditempat pak dhe..walah saya jalan ditempat neh..abis blom ada buku yang tamat...semoga sukses :)
BalasHapusBundit, Terima kasih ya doanya. Dari 3 buku itu pilih yang paling disuka, kan lebih mudah. Tak perlu membaca lagi, hanya perlu mengingat-ingat sedikit bagian yang kita lupa, jadi tdk lama bacanya.
BalasHapusMama Kinan: Hehe... ada-ada saja, mbak. Pasti jauh lebih banyak buku yang sudah tamat dibaca. Buku uang diincar belum tamat, ya? Hmm... aku hanya khawatir jika nanti bukuku keduluan di-review orang. Makanya kebut-kebutan nulisnya. Moga saja hasilnya tidak terlihat jika ini posting ngebut, ya.
blind, kalo semua gelap tentu mengerikan ya mbak, tapi dari orang buta ada mata hati yg tajam. jadi pgn baca bukunya mbak...salam dan sukses
BalasHapusMbak Puteri: Iya, mbak. dunia akan kacau karena semua memiliki posisi yang setara. Kesetaraan ini membuat basic insting kita semakin dominan hingga berlaku hukum rimba.
BalasHapusSelamat, review ini telah terpilih sebagai pemenang di book review contest BlogCamp. Sekali lagi, selamat!
BalasHapusSelamat pagi sahabat tercinta,
BalasHapusSaya datang lagi lagi untuk mengkokoh-kuatkan tali silaturahmi sambil menyerap ilmu yang bermanfaat disini.
Selain itu saya sampaikan kabar gembira bahwa sahabat mendapatkan tali asih
dari Komandan BlogCamp Group karena artikel sahabat terpilih salah satu sebagai pemenang
Book Review Contes.
Selamat yaa, silahkan cek pengumuman pemenang Book Review Contest di BlogCamp.
Salam hangat dari Surabaya
Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)