Hari kedelapan setelah lebaran idul fitri atau tanggal 8 syawal, masyarakat Jepara merayakan pesta Lomban yang terdiri dari 3 tahap, yaitu tradisi sedekah laut, festival kupat lepet, serta pesta Lomban itu sendiri. Prosesi sedekah laut diawali di tempat pelelangan ikan/TPI Ujung batu dan diakhiri di pantai Kartini Jepara dan kemudian dilanjutkan dengan festival kupat-lepet. Acara Lomban dilaksanakan di 3 pantai di Jepara yaitu pantai Kartini, pantai Bandengan/pantai Tirto Samudro, dan pantai Benteng Portugis.
Tradisi sedekah laut ini dimulai dari pentas wayang semalam suntuk di beberapa tempat pelelangan ikan dan pada pagi harinya dilanjutkan dengan pelarungan kepala kerbau pilihan yang perpusat di TPI Ujung Batu Jepara pada pukul 6 pagi. Semua sesaji yang berupa kepala kerbau, kupat lepet yang berjumlah sama dengan tahun (1432), dan jajan pasar lengkap, semua dijadikan satu dalam miniatur perahu dari rakit dan kertas. Upacara ini dipimpin pemuka agama setempat serta bupati dan jajaran muspida Jepara. Setelah do'a-do'a dipanjatkan, sesaji diangkut ke perahu pengangkut yang diikuti ratusan perahu lain serta KMP Muria. Di lokasi yang ditentukan, do'a-do'a kembali dipanjatkan sebelum sesaji dilepaskan.
Setelah sesaji dilarung, seketika itu pula seluruh perahu nelayan berlomba mendekati sesaji dan mengambil sesaji sebanyak-banyaknya. Di perahu lain yang tidak ikut berebut akan saling melempar kupat-lepet ke perahu terdekat selayaknya perang. Dengan iringan mercon dan kembang api, suasana "perang kupat lepet" benar-benar tercipta. Selesai pesta, seluruh penumpang perahu yang merapat ke dermaga akan mendapat serangan terakhir dengan amunisi yang sama, yaitu kupat lepet. Semua tradisi di atas dimaksudkan sebagai rasa syukur para nelayan terhadap nikmat Allah yang berupa tangkapan ikan yang melimpah.
Tradisi unik ini telah ada sejak ratusan lampau. Sumber utamanya berasal dari majalah bahasa Melayu/kalawarti yang bernama "Slompret Melayu" yang terbit pada abad XIX, tepatnya tanggal 12 dan 17 Agustus 1893. Ternyata tradisi berabad lalu tetap terjaga sampai sekarang dan prosesi yang dilakukan tetap sama.
Usai prosesi pelarungan kepala kerbau, para pengunjung bisa mengikuti festival kupat lepet, yaitu berebut gunungan kupat-lepet yang telah disiapkan di dermaga dengan jumlah kupat lepet sesuai tahun pelaksanaan. Tradisi terakhir ini adalah prosesi tambahan karena tidak pernah tercantum di majalah di atas.
Pesta Lomban mengakhiri rangkaian pesta rakyat Jepara yang unik ini dan dilaksanakan serentak di 3 pantai terbesar di Jepara, yaitu pantai Kartini, pantai Bandengan/Tirto samudro, serta pantai Benteng Portugis.
Tradisi sedekah laut, festival kupat-lepet, serta Lomban ini biasanya disebut dengan satu kata saja, yaitu Pesta Lomban. Kegiatan ini selalu menarik perhatian masyarakat Jepara dan sekitarnya. Bahkan banyak wisatawan asing yang ikut melihat prosesi dengan menyewa perahu speedboot meski tidak terlibat di dalamnya. Ribuan motor dan mobil menuju titik yang sama hingga tidak diijinkan masuk ke dalam pantai. Pengunjung dari berbagai kota memadati pantai-pantai yang ditunjuk dari pukul 5 pagi sampai 10 malam. Naaaah... bagi kami warga dekat pantai, biasanya mengunjungi pantai kartini pada malam hari dengan naik dokar/delman.
Pesta lomban 2011 ini cukup membingungkan bagi masyarakat sekitar. Karena kebiasaan yang ada adalah pada tanggal 8 syawal. Hari raya kemarin jatuh pada hari rabu, sehingga hari Selasa (7 Syawal) kebanyakan warga tidak menyiapkan hidangan Lomban. Semua terkejut ketika mengetahui prosesi sedekah laut dilaksanakan pada hari Selasa, dan lebih membingungkan lagi karena festival kupat-lepet pada hari Rabu. Susi sempat bingung ketika melihat gunungan kupat-lepet lewat depan rumah pada pukul 8 pagi. Masa sih prosesi sedekah laut terlambat? Ternyata tahun ini ketiga prosesi dipisah pada hari Selasa dan Rabu. Di bawah ini adalah jadwal resmi dari Pemda Jepara:
1. Hari / Tanggal : Selasa, 6 September 2011Jam : 06.30 WIB
Tempat : TPI Ujung Batu
Acara : Prosesi dan Selamatan serta Pelarungan Kepala Kerbau oleh Muspida
2. Hari / Tanggal : Selasa, 6 September 2011
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Pantai Kartini
Acara : Pelaksanaan Pesta Lomban dan festival Kupat Lepet 2011
Bisa dikatakan, baru kali ini pesta lomban tidak dipenuhi dengan hidangan lezat khas lomban karena kurangnya sosaialisasi. Pada hari Selasa, kebanyakan rumah tidak memiliki hidangan khas lomban, yaitu kupat lepet beserta semua makanan pendukungnya. Termasuk di rumah keluarga Susi. Mungkin para sahabat bingung dengan maksud kalimat di atas. Warga Jepara memang memiliki tradisi unik. Ketika hari raya idul fitri, semua memang memasak hidangan nan lezat, namun jangan harap menemukan ketupat/lepet di rumah-rumah. Pasar pun sepi dan langka dengan hidangan tersebut. Pada tanggal 4-8 syawal, barulah para pedagang ramai menjajakan janur (daun kelapa muda) dan bakal ketupat. Para pedagang musiman memenuhi sepanjang jalan pasar. Kami akan memasak aneka hidangan lezat guna menyambut para tamu dari jauh yang sengaja datang ke rumah. Rumah Susi dan kakak Susi akan menerima banyak sekali tamu dan menjamu mereka dengan hidangan khas kami seharian. Pun begitu dengan rumah-rumah lain. Makanan melimpah melebihi hari raya idul fitri. Kita tak ingin mengecewakan para tamu, kan?
Meski begitu, pada hari Rabunya, kami tetap menyiapkan banyak hidangan karena sebagian besar pengunjung hanya tahu pesta lomban diadakan pada hari Rabu sesuai tradisi.
Yah, itulah cerita pesta sedekah laut dan lomban 2011 di Jepara. Apa pesta khas di kotamu?
11 Komentar
kalau di jawa memang begitu ya mbak, ketupat dimasak seminggu setelah lebaran.
BalasHapusDi tempat saya tinggal, ngga ada pesta khas ..
Bukan di Jawa, mbak Dey. Tepatnya di pantura
BalasHapusDi kampung bapakku di bangkalan madura juga pesta ketupatnya seminggu setelah lebaran...katanya suasananya lebih rame dibanding hari lebaran...makanya yang pulang kampung kebanyakan baliknya nunggu acara ini selesai.....
BalasHapuskayaknya seru yach mbak kalo bisa melihat secara langsung acara2 seperti ini. Selama ini aku cuma bisa nonton dr TV hihih...
Tentu amat menarik bila bisa hadir langsung dalam acara Tradisi Lomban dan Sedekah Laut 2011 di Jepara. Tradisi yang sudah berumur lebih dari 100 tahun. Banyak makna simbolik yang dapat diambil sebagai 'pelajaran' dalam ritual tersebut. Isi kehidupan ini memang penuh dengan makna. Semuanya tidak terjadi begitu saja dan kebetulan. Trims infonya. Salam sukses.
BalasHapuspertama kali dengar ada lebaran ketupat itu di KalTim dari tetangga, mungkin di sana juga ada tradisi seperti cerita mbak susi,
BalasHapussudah nggak begitu ingat, sudah lama sekali
ga pernah tau.. aku tinggalnya di gunung :)
BalasHapusDi madiun jatim jg hr raya ke 7 bikin ketupat mbak.
BalasHapusPasti meriah sekali ya hehe
di Banjarmasin ada juga mbak pesta gitu pas malam ke berapa gitu saya lupa dan kebetulan lokasinya jauh dari rumah saya, namanya Tanglong.
BalasHapusWahh..pengetahuan baru bagi saya mba Sus..
BalasHapusdari ceritanya saya jadi teringat film Sang Pencerah nih bu. KH. Ahmad Dahlan berusaha mendobrak tradisi tapi ternyata hingga sekarang belum berhasil yah.....hehehehe
BalasHapusmohon maaf lahir batin apabila ada komentar2 yang kurang berkenan
kalau di daerahku sih gak ada acara apa-apa mbak. kupat lepet itu yang seperti apa ya?
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)