Setiap hari, aku selalu melihat berita di TV. Daripada menonton sinetron, aku lebih suka melihat berita. Bagiku berita tidak mungkin menakutkan. Ternyata, siang itu merubah pandanganku. Melihat berita sebaiknya tidak bersama anak. Mengapa?
Ya, kala asyik menyiapkan masakan hari ini sambil menonton berita, aku tidak tahu bahwa Destin sudah menyusulku. Rupanya dia sudah bosan bermain di depan meskipun beberapa teman masih setia bermain. Tak lama setelah itu, tiba-tiba Destin bertanya; “Ma, memperkosa itu apa? Kok ditangkap polisi? Jahat, ya, ma?"
Oh, la la … aku kaget campur bingung menjawabnya. Dalam hati aku membatin “Anak ini … bukan hanya cerewet, tapi juga selalu ingin tahu. Setiap kali jalan-jalan dia selalu bertanya ini apa, itu apa, pelangi itu apa, mendung itu apa, kenapa pohon pisangnya bengkok, kenapa jalannya rusak, kenapa … Semua harus dijawab dan setiap jawaban bermuara pada mengapa lagi sampai kami kembali ke rumah. Pertanyaan itu sih tak apa, aku bahkan senang dan bangga karena dia tidak lupa pada jawabanku. Tapi ini? MEMPERKOSA. Aduh … pasti Destin yang pengen jadi polisi tertarik mengikuti berita karena ada pak polisi di dalamnya.
Aku jadi bingung jawab apa. Aku diam agak lama setelah mengatakan “Apa ya … Tunggu sebentar mama selesaikan mengiris bumbu ini. OK?”
Jawaban itu sebenarnya taktik agar dapat memberi jeda dan waktu berfikir berfikir sebelum menjawab. Kerena mengelak menjawab, apalagi menjawab “Stt, tabu!” atau menolak menjawab adalah tindakan kuno yang membuat anak penasaran dan mencari jawaban pada orang lain. Sekarang bukan saatnya memarahi anak karena bertanya seperti masa kecil kita dulu.
Setelah selesai mengiris bumbu, aku menjawab Destin, “Memperkosa itu perbuatan yang sangat jahat sehingga dia ditangkap pak polisi dan harus dipenjara yang lamaaaa sekali.”
“Kenapa?” Tanya Destin lagi.
“Karena menyakiti orang lain. Bikin orang nangis.”
“Oh, gitu, ya ma. Pak polisi menangkapnya dimana, ma?”
“Di rumahnya.”
“Kalo Destin jahat, polisi datang ke rumah Destin?” Lanjut Destin.
“Iya.”
“Kalo gitu, Destin ga mau jadi bocah jahat, ah, ma. Destin mo jadi bocah baik. Destin kan pengen jadi poporanger (baca = Power Ranger). Poporanger kan temannya pak polisi. Iya, kan, ma?”
Duh, beruntung sekali Destin tidak melanjutkan pertanyaannya lagi.
Uuuh … Destin, Destin, bikin aku jadi kebat-kebit karena pertanyaanmu, nak.
Ya, kala asyik menyiapkan masakan hari ini sambil menonton berita, aku tidak tahu bahwa Destin sudah menyusulku. Rupanya dia sudah bosan bermain di depan meskipun beberapa teman masih setia bermain. Tak lama setelah itu, tiba-tiba Destin bertanya; “Ma, memperkosa itu apa? Kok ditangkap polisi? Jahat, ya, ma?"
Oh, la la … aku kaget campur bingung menjawabnya. Dalam hati aku membatin “Anak ini … bukan hanya cerewet, tapi juga selalu ingin tahu. Setiap kali jalan-jalan dia selalu bertanya ini apa, itu apa, pelangi itu apa, mendung itu apa, kenapa pohon pisangnya bengkok, kenapa jalannya rusak, kenapa … Semua harus dijawab dan setiap jawaban bermuara pada mengapa lagi sampai kami kembali ke rumah. Pertanyaan itu sih tak apa, aku bahkan senang dan bangga karena dia tidak lupa pada jawabanku. Tapi ini? MEMPERKOSA. Aduh … pasti Destin yang pengen jadi polisi tertarik mengikuti berita karena ada pak polisi di dalamnya.
Aku jadi bingung jawab apa. Aku diam agak lama setelah mengatakan “Apa ya … Tunggu sebentar mama selesaikan mengiris bumbu ini. OK?”
Jawaban itu sebenarnya taktik agar dapat memberi jeda dan waktu berfikir berfikir sebelum menjawab. Kerena mengelak menjawab, apalagi menjawab “Stt, tabu!” atau menolak menjawab adalah tindakan kuno yang membuat anak penasaran dan mencari jawaban pada orang lain. Sekarang bukan saatnya memarahi anak karena bertanya seperti masa kecil kita dulu.
Setelah selesai mengiris bumbu, aku menjawab Destin, “Memperkosa itu perbuatan yang sangat jahat sehingga dia ditangkap pak polisi dan harus dipenjara yang lamaaaa sekali.”
“Kenapa?” Tanya Destin lagi.
“Karena menyakiti orang lain. Bikin orang nangis.”
“Oh, gitu, ya ma. Pak polisi menangkapnya dimana, ma?”
“Di rumahnya.”
“Kalo Destin jahat, polisi datang ke rumah Destin?” Lanjut Destin.
“Iya.”
“Kalo gitu, Destin ga mau jadi bocah jahat, ah, ma. Destin mo jadi bocah baik. Destin kan pengen jadi poporanger (baca = Power Ranger). Poporanger kan temannya pak polisi. Iya, kan, ma?”
Duh, beruntung sekali Destin tidak melanjutkan pertanyaannya lagi.
Uuuh … Destin, Destin, bikin aku jadi kebat-kebit karena pertanyaanmu, nak.
****************************************************************
Repost dari Blog pertama Susi, duniamama. Banyak sekali hal indah yang aku share di duniamama. Sayang sekali dobel blog utama di blogger sangat merepotkan. Jadi semua kupindah di blogsusindra.
13 Komentar
destin umurnya berapa sih mba? kritis banget ya..
BalasHapusmemang lebih baik menonton berita, tapi aku gak sampai pascal menonton berita kekerasan mbak, biasanya suamiku kasih kode untuk pindah chanel atau mematikan TV
BalasHapusMmm... ciri2 anak pintar anaknya mba Susi...
BalasHapus*sering bertanya... :)
Mbak Hilsya: Ketika posting ini dibuat, Destin berumur 5 tahun, mbak.
BalasHapusMbak Lidya: Sayangnya sekarang berita kekerasan lebih banyak daripada berita yang mengabarkan keberhasilan seseorang mbak.
Ning: Dengan pola asuh sekarang yang lebih demokratis, semua anak pasti menjadi penanya yang hebat.
Nah lho... dilema juga ya mbak... memperkosa memang identik dengan tindakan pelecehan sexual, padahal makna sebenarnya: memaksa, ya gak sih??? Mungkin bisa dibilang ke anak-anak: tindakan memaksa orang untuk melakukan hal-hal buruk dan tidak sopan, hahahaha... *ikutan bingung dah
BalasHapusorangtua harus waspada apa yang dilihat dan ditontonnya ya mom..baru tadi malam daoat pertanyyan dari jek, pelecehan seksual itu apa sich bu? wadooohhhhh
BalasHapusItu memang pertanyaan yang sangat kritis
BalasHapusdan kita harus ekstra hati-hati dalam menjawabnya ...
Salam saya Bu Susi
Destin anak yang cerdas dan kritis ya mbak... Memang serba salah juga ya, pengennya ngasih tontonan yang mendidik untuk anak, tapi kenyataannya, di sela2 tontonan yang terlihat baik, masih saja terselip hal-hal yang kurang baik untuk anak...
BalasHapusMas Choirul: Karena papa-mamanya tidak terlalu suka nonton TV - selalu di depan komputer, anak2 jadi jarang nonton TV. TV sekarang hanya boleh distel di Trans TV, Trans 7, Metro TV & Global TV. Ups... ngiklan.
BalasHapusHilal: Anak menyerap informasi apapun. Beruntung jika dia mau menanyakan/konfirmasi. Jika tidak... mungkin itulah manfaatnya selalu meluangkan waktu khusus untuk diskusi. uang diskusi utama Susindra ya di dapur.
Mas Prima: Itu jawaban yang bagus, mas. Sip.
BalasHapusPak Yoga, mas Herdoni & mbak Fitri ibu Dzaki: Hehe... selalu ada saat pertama ya mbak. Kita harus banyak belajar menjawab diplomatis. satu yang pasti, jangan sampai habis sabar dengan pertanyaan anak yang tak pernah habis.
Alhamdulillah, meski prestasi di TK tak terlalu baik, tapi pada dasarnya dia selalu ingin tahu. Hanya sayang sangat pemalu & suk menyembunyikan diri. Khas banget mamanya. ;)
BalasHapusMbak Tiara: Selalu ada hal baru yang bisa kita pelajari dari anak ya mbak. Punya anak berapapun, selalu ada proses belajarnya karena tak pernah sama.
jawabannya oke banget...bisa jadi contoh juga nih kalau ada pertanyaan sejenis
BalasHapushehehehehee..hal hal seperti ini penting banget buatku Mbak
BalasHapussiap siap kalo Dija nanti mulai tanya aneh aneh
Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)