Bagi teman-teman yang telah mengikuti draft novel Susi berjudul Perangkap Sepi kemarin, Susi ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Apalagi teman-teman yang telah memberikan kritik, saran dan masukan. Susi bahagia sekali. Terima kasih. Pagi ini Susi sudah menyiapkan jilid 2 dan silahkan langsung dinikmati, dikomentari, dikritik habis-habisan, kalo perlu dibantai. Susi akan senang sekali feedback apapun untuk project dadakan Susi yang tidak sengaja tercetus di pagi yang narsis.
*************************
Ni semakin gelisah. Seiring berjalannya waktu, hatinya semakin hampa. Kerinduan pada anak & suami semakin menyiksa. Namun yang menggelisahkan hati Ni adalah mimpi-mimpi yang dialami selama berada di mess. Mimpi tentang masa lalu bersama dia yang tak boleh diingat. Andi.
Malam pertama di mess sangat mengingatkan Ni pada pengalaman di kost ketika kuliah dulu. Kamar sempit 2,5 x 2,7 meter bercat putih bersih. Hanya diisi sebuah tempat tidur kecil, almari simpel dan meja sudut kecil. Tanpa hiasan maupun lukisan. All white & clean. Benar-benar sederhana namun menawarkan kenyamanan. Sejenak Ni merasa déjà vu. Sesuatu di masa lalu memaksa keluar dari ingatan.
Begitulah. Malam pertama di mess dihiasi kenangan masa kuliah. Meski kehadirannya hanya sekilas, namun memberi bekas. Sekedar mengingatkan kehadiran Sarah dan Andi di masa lalu. Ni terbangun dengan bingung karena harus mengumpulkan kembali ingatannya agar memahami dimana dia berada saat ini.
Ni menghidupkan laptop kembali untuk menikmati lagu-lagu Frente – bizarre love triangle – yang mengingatkannya pada Andi & sahabatnya Sarah. Dua sahabat kental yang berjanji akan terus bersama, tak terpisahkan oleh jarak dan waktu jika kelak mereka lulus kuliah. Ni tersenyum mengingat kala itu.
Hari berlalu sangat cepat dan indah bersama Sarah. Berjalan menyusuri mimpi di jalan menuju taman kampus. Teringat la butte de Montmartre khayalan mereka yang sebenarnya hanya sebuah bukit penuh dengan menara-menara televisi di. Sungai Rhône dan Garonne yang berupa selokan di pinggir jalan Trocadero. Juga persimpangan jalan taman yang mereka namakan Bizarre love triangle, tempat mereka berbagi mimpi & hati. Tempat pertama kali Ni tahu ternyata Sarah mencintai Andi, yang sebenarnya diam-diam menjadi kekasih hati Ni.
Hari berlalu sangat cepat dan indah bersama Sarah. Berjalan menyusuri mimpi di jalan menuju taman kampus. Teringat la butte de Montmartre khayalan mereka yang sebenarnya hanya sebuah bukit penuh dengan menara-menara televisi di. Sungai Rhône dan Garonne yang berupa selokan di pinggir jalan Trocadero. Juga persimpangan jalan taman yang mereka namakan Bizarre love triangle, tempat mereka berbagi mimpi & hati. Tempat pertama kali Ni tahu ternyata Sarah mencintai Andi, yang sebenarnya diam-diam menjadi kekasih hati Ni.
“Mengapa kamu tidak pernah bercerita selama ini Andi-lah yang berada di hatimu?” Tuntut Ni ketika Sarah menyebut nama Andi. Telah berkali-kali Ni gagal mengorek siapa cowok yang menggelisahkan hati Sarah.
“Karena aku malu.” Kata sarah sambil menundukkan kepala. Semburat merah samar terlihat di pipi Sarah. Ni menelan ludah.
“Kamu serius?” tanyanya.
Tentu saja.”
“Benar-benar mencintainya?” Selidik Ni sambil merasakan denyut sakit samar di dada.
“Dia menghias mimpiku tiap hari, Ni. Membuatku tak nyenyak tidur, tak enak makan. Oh… dia begitu … LUARBIASA.” Sarah menutup matanya. Senyum menghias wajahnya. Sarah terlihat sangat cantik. Ni menelan ludah kembali.
“Andai aku tahu…” Ni tak sanggup melanjutkan kalimatnya.
“Tahu apa, Ni?”
“Tahu bahwa kamu mencintainya. Hmm….” Ni tak tahu harus berkata apa. Dia menatap kerlap-kerlip bukit Gombel yang mereka namakan la butte de Montmartre. Di Perancis sana, la butte de Montmartre memiliki bangunan putih indah bernama Sacre-Coeur (hati suci). Ni merasakan ironi. Haruskah dia melepas Andi demi Sarah? Seperti Sacre-Coeur yang merupakan memorian kesucian hati nabi Isa? Dan mereka tengah berbagi hati di persimpagan Bizarre love triangle. Sebuah nama yang mereka lekatkan tanpa sengaja hanya karena suka pada lagunya. Ironis sekali.
Hari berganti dan Ni tetap tak bisa mencari jalan keluar. Sebenarnya lebih mudah jika Ni mengaku saja pada Sarah tentang kisah cintanya dengan Andi. Namun Ni merasa tindakan itu terlalu kejam. Sarah berhati lembut dan sangat pemalu. Beda sekali dengan Ni yang ceria dan mudah bergaul. Sarah seperti porselen yang indah namun rapuh. Dan Ni telah berjanji akan menjaga porselen yang rapuh itu.
**********************
Bersambung lagi, ya..... Hehe.. Susi harus bekerja dulu. Yang mau membantu mengedit, Susi akan sangat berterima kasih. Yang ingin memberi komentar atau semangat, jangan ragu-ragu. Hehe.. ge-er, ya? Gapapa, kan? Mumpung Susi berani mengekspos karya dadakannya. Semoga kelak cita-cita Susi jadi novelis tercapai. Kapan, ya? Harus banyak belajar dulu, nih.
Bagi teman-teman yang penasaran & tidak kenal nama-nama yang Susi cetak tebal di atas, berikut ini gambar-gambar yang Susi sebutkan di atas.
Basilique Sacre-Coeur.
La butte Montmartre.
Ini adalah daerah tertinggi di Paris Perancis yang sangat terkenal. Di sini jugalah letak Moulin Rouge yang terkenal itu yang dimainkan Nicole Kidman.
Salah satu sudut jalan Trocadero di Paris. Kenal dengan menara di atas?
2 Komentar
wah mbak aku asyik menikmati foto2nya, jadi lupa sama ceritanya :)
BalasHapusnanti aku baca ulang ya pulang sekolah Pascal
Wkwk.... Boleh-boleh.
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)